Asyik, asyik, asyik!
– Madam A –
Saya kaget sekali ketika suami memutuskan supaya kami menginap di Hotel Grand Tjokro Bandung. Sumpah, kageettt bangettt. Padahal sejak awal diskusi menentukan tempat menginap saya meminta dia untuk book hotel yang berada di tengah kota dengan harga lebih terjangkau saja.
“Aku inget waktu terakhir kali kita ke Bandung, kamu bilang pengen nginep di hotel itu. Yaudah kita kesana aja.” katanya memberi alasan.
Saya speechless, antara terharu sama gemes. Terharu karena ternyata dia masih ingat salah satu keinginan saya, which is jarang banget terjadi. Gemes karena saya punya rencana untuk muter-muter kota Bandung pakai sepeda dan sarapan di Sari-sari karena kangen sama serabi kinca-nya. Dan rencana tersebut terpaksa batal.
“Udah to, kamu nurut aja wis sama suamimu ini.” lanjutnya santai melihat saya yang mulai manyun dan mecucu.
Saya mencibir permintaannya dan memandang nanar email berisi surat pemesanan kamar dari salah satu market place perhotelan. Biaya menginap sudah dibayar, sudah tidak bisa direfund ataupun ganti tanggal. Semua sudah fix.
Hufthh…
Oh iya, saat itu suami memesan dua kamar.Satu untuk keluarga kecil kami, satunya lagi buat kedua orang tua saya yang turut serta mampir ke Bandung sebelum pulang ke Jogja. Kami semua memang sedang berada di Garut, tepatnya di Kampung Sampireun untuk menghadiri acara pernikahan keluarga.
FIRST IMPRESSION
Saya tertidur cukup lelap dalam perjalanan Garut-Bandung. Maklum, badan remuk redam karena mesti bangun sejak dini hari untuk menyetrika seragam pernikahan anak-anak, suami serta punya saya sendiri. Udah gitu, selesai acara saya juga tidak sempat istirahat karena harus langsung packing siap-siap check out.
Meski akhirnya check out bisa diundur sampai jam 3 sore, nyatanya tetap saja saya enggak bisa leyeh-leyeh juga. Anak-anak minta main perahu di danau plus ada saudara-saudara lain yang sudah lama tidak jumpa. Saya lebih memilih ngobrol dan melepas rindu dengan mereka.
Perjalanan ke Bandung berlangsung cukup lama karena Bandung diguyur hujan sangat deras. Mana pakai petir pulak, serem banget! Di saat yang bersamaan perut mulai bunyi keroncongan tanda minta diisi. Rasanya laper banget sampai kliyengan. Terpikir untuk makan di restoran tapi kok males kalau basah-basahan. Mau pesen go food juga mesti bakal ditolak atau lama karena hujan.
Akhirnya kami mencapai mufakat untuk cari restoran cepat saji yang bisa dibungkus, makannya di hotel. Untung saja hotel yang berada di kawasan Cihampelas ini dikelilingi banyak pilihan tempat makan.
Begitu sampai hotel, kami langsung disambut ramah oleh para pegawai di sana. Barang-barang kami turunkan. Saya check in, suami parkir mobil, papa mama mengawasi anak-anak yang langsung sorak-sorak bergembira bisa keluar dari mobil.
Nah, saya menemukan hal yang berbeda ketika pertama kali menginjakkan kaki di hotel ini. Kalau biasanya pegawai hotel mengenakan pakaian yang resmi seperti jas atau kemeja warna hitam dengan topi khas daerah, pegawai Hotel Grand Tjokro justru sangat kasual. Outfit mereka adalah kaos berwarna kuning cerah dengan beberapa corak warna oren, hijau, dan merah. Kaus tersebut dipadankan dengan celana jeans atau chino.
Sayang banget kemarin enggak sempat foto-foto, udah nggak ngeuh banget sama hape yang disimpan entah dimana. Kecampur-campur sama barang lain kayaknya.
Anyway saya takjub. Vibes bawaan hotel ini tuh santuy banget. Berasa bukan di hotel , berasa lagi cuci mata di mall. Waktu itu lobby hotel juga tampak lengang, lampu-lampunya terang menenangkan. Sofa yang tersedia pun terlihat empuk, manggil-manggil untuk diduduki. Sesaat saya sampai lupa kalau di luar sana petir lagi sahut-sahutan.
“Ibu, kamar ibu ada di lantai lima. Kemudian dikarenakan pandemi, waktu sarapan harus digilir. Ibu mau sarapan jam berapa?” tanya mas-mas resepsionis ramah sambil memberikan kartu kamar.
“Baik, jadwal ibu sarapan adalah jam 6 pagi. Apabila ingin berjalan-jalan, ada mini zoo di gedung sebelah. Bisa dikunjungi dan beberapa wahananya gratis untuk anak-anak.” lanjut masnya itu lagi setelah saya menjawab, sambil menunjuk gedung yang ada di sebelah kiri.
Kondisi Kamar
Saking kliyengannya, saya cuma ngangguk-ngangguk mendengar informasi dari si mas-mas. Maklum, baterai sudah sepuluh persen. Yang ada di kepala dari tadi cuman rebahan di kasur empuk.
Lagi-lagi, rebahan ternyata cuma mimpi. Begitu masuk kamar, saya langsung menata barang dan memandikan anak-anak. Saya sendiri juga mandi dan sholat.Pokoknya di masa pandemi, mandi itu wajib. Apalagi habis dari tempat ramai.
Selesai mandi dan makan (akhirnya!) saya bisa leyeh-leyeh. Sok dramatis menjatuhkan badan ke arah ranjang empuk dan selimut tebal khas hotel. Mmmm…nyaman banget rasanya bisa gogoleran di atas kasur bersih. Anak-anak yang sudah wangi dan kenyang pun menyalakan TV.
Selama liburan, aturan menonton tivi anak-anak memang saya longgarkan. Eh enggak ding, saya hapus malah, wakakaka. Lha piye, biasanya nyampe hotel juga udah pegel, udah enggak punya tenaga kalau ngajak mereka aktivitas pengalih perhatian. Jadi suka-suka anak-anak baelah, yang penting saya bisa istirahat. Kewarasan itu penting untuk liburan yang hakiki.
Btw, suasana kamarnya khas hotel kekinian lah ya. Bantal-bantalnya empuk, ada air mineral, pot pemasak air, meja, kursi, serta televisi dan lemari baju mungil serta lemari pendingin di pojok ruangan.
Tayangan televisinya sendiri cukup beragam meski saya sedih karena RTV dan Disney Junior justru enggak ada. Padahal dua channel tersebut adalah kuncian saya untuk para bocils.
Menemukan Playground
Hamdallah, sujud syukur banget-banget karena saya bisa tidur dengan nyenyak malam itu. Super duper pules tanpa kebangun-bangun blas. Ketika bener-bener melek, badan dan pikiran udah jauh lebih fresh dibanding kemarin.
Selesai sholat subuh saya pun kembali leyeh-leyeh sembari menanti waktu untuk sarapan tiba. Saya berdiskusi dengan Yusuf mengenai aturan sarapan. Seperti yang kita ketahui, jatah sarapan per kamar adalah untuk dua orang dewasa. Anak-anak saya yang tiga biji itu biasanya belum dihitung. Masalahnya, Yuan sudah 7 tahun lebih. Terkadang ada hotel yang sudah mencharge sarapan untuk anak di atas 7 tahun.
“Yaudah, kamu, mama dan papa turun duluan aja untuk makan. Jatahku biar dipakai sama Yuan. Aku makan pop mie aja. Tapi nanti kalau ternyata boleh, kamu kabarin aku supaya aku turun.” ujar Yusuf memberi keputusan.
“Haaa, kok gitu? Masak kamu cuman sarapan pop mie?” Ya ampun, sedih banget denger suami bilang kayak gitu.
“Nggak apa, udah kamu pergi sana. Udah jam 6 nih, biar enggak terlalu rame di sana.” ujarnya sambil mendorong saya dan menyiapkan masker anak-anak.
Dengan berat hati saya turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama anak-anak serta papa dan mama. Begitu sampai di lantai yang dimaksud dan pintu lift terbuka, saya justru menemukan area bermain untuk anak-anak.
Ketiga anak saya kontan langsung lari secepat kilat menuju tempat bermain yang tersedia. Saya sendiri bertanya kepada petugas yang menjaga pintu masuk restoran. Dari situ saya jadi tahu, ternyata Hotel Grand Tjokro menerapkan aturan bahwa anak-anak yang tingginya kurang dari 130cm, bebas charge alias masih free.
Wuaaaa!!
“Iya ibu, jadi meski anak ibu usianya 10 tahun tapi kalau tingginya dibawah 130 cm maka tetap free.” terang petugas itu panjang lebar.
Review Sarapan
Widih, saya auto ngabarin Yusuf dong. Alhamdulillah, lega rasanya tahu kalau dia enggak perlu mengalah untuk makan pop mie di kamar sendirian. Melas banget 🙁
Perlu negosiasi cukup alot supaya anak-anak mau beranjak dari playground dan masuk ke restoran. *elap keringet*
Tapi itu worth it banget bok karena hidangan makanan di buffet sarapan Hotel Grand Tjokro sangat variatif dan enak! Pilihan menunya banyak, mulai dari Western, Asian, sampai makanan khas Indonesia juga ada.
Saya sendiri mencoba menu-menu tak biasa seperti ayam peking dengan saus lada hitam dan barbeque dan ayam bumbu Thailand. Anak-anak memesan spageti saus putih yang dimasak di tempat. Saya juga sempat mencoba kupat tahu dan bubur ayam, serta sepotong sushi.
Btw, dikarenakan pandemi, kita dilarang mengambil sendiri ya. Kita cuma boleh mengambil piring atau alat makan. Untuk makanannya akan diambilkan oleh para chef serta petugas bermasker dan bersarung tangan.
Btw, tidak hanya menu utama, camilannya pun macam-macam. Saya suka sekali churros khas restoran ini, garing di luar, renyah di dalam. Anak-anak sendiri memilih untuk mengambil es krim sebagai pencuci mulut.
Kualitas makanannya perlu saya beri dua jempol. Rata-rata makanan hotel biasanya kurang berasa, tapi tidak dengan sajian yang ada di Hotel Grand Tjokro Bandung.
MINI ZOO HOTEL GRAND TJOKRO BANDUNG
Puas dengan sarapan yang sungguh mantulita dan endolita, kami memutuskan untuk mampir ke Mini Zoo terlebih dahulu. Mumpung baterai masih penuh, wkwkwk.
Menurut penjalasan salah satu petugas, Mini Zoo berada di gedung yang berbeda dari tempat kami sarapan dan tidur. Ada di gedung sebelah, di lantai 10. Di sanalah kolam renang serta lokasi bermain lain berada.
Wuaaaa, lagi-lagi saya kembali takjub. Lantai paling atas hotel ini disulap menjadi kebun hidroponik, kebun binatang serta playground yang mampu menampung cukup banyak orang. Bahkan, ada permainan horse riding segala.
Yusuf memilih untuk memberi makanan burung, mengajak anak-anak menyimpan sejumlah jagung di tangan dan membiarkan burung-burung merpati mematuknya. Anak-anak bersorak geli dan girang.
Ketika makanan habis, kami beranjak ke tempat hewan-hewan berada. Koleksi hewan di Mini Zoo cukup beragam, ada kura-kura, ikan, kelinci, kambing, monyet, anak sapi, iguana, burung hantu. Anak-anak super excited melihat itu semua. Yusuf kembali membeli makanan serta sebotol susu sapi perah untuk diberikan ke anak sapi.
Apakah jalan-jalan kami selesai sampai di sana? Tentu saja tidak. Setelah rampung menyapa dan mengenali semua hewan yang ada di sana, kami beralih ke playground terbuka yang tersedia. Di sana ada kolam pasir, permainan masak-masakan, ayunan, perosotan, dan juga mainan panjat-panjatan.
Satu jam lebih kami habiskan di tempat itu. Sebetulnya, kami juga berniat bermain di permainan yang berada dalam ruangan bernama Bubba Land. Sayangnya permainan di sana berbayar.
Saya menolak pastinya. Lha wong permainan yang gratis aja banyak dan asyik-asyik aja kok. Toh permainan berbayar ini ada juga di tempat lain, ehehehe. *hemat*
HOTEL RAMAH ANAK PALING DIREKOMENDASIKAN DI BANDUNG
Iya loh, Grand Tjokro Bandung ini adalah hotel paling ramah anak yang pernah saya temui. Alasannya tentu saja karena menyediakan arena bermain di berbagai tempat serta adanya menu es krim sebagai pencuci mulut.
Saat memesan, saya mendapatkan harga 750k semalam. Harga ini tentu saja sangat sepadan dengan yang didapatkan. Kamar yang nyaman, makanan yang lezat, pelayanan ramah dan komunikatif, terakhir tentu saja keberadaan Mini Zoo yang membuat orang tua tidak perlu ribet mencari wahana bermain anak-anak.
Nah, kalau teman-teman mau ke Bandung dan mencari hotel yang ramah anak? Saya sangat merekomendasikan tempat ini sih. Worth every penny 🙂
3 Komentar. Leave new
Mbak Ajeng, seru banget liburannya. Duh, jadi rindu piknik. Btw Mbak, harga kamarnya 750k itu untuk weekday atau weekend, ya?
kalau bawa anak kecil aklau ada taman bermainnya pasti suka ya
Noted bangetttt. Aku tiap kali staycation antara JKT ato bdg, grand Tjokro ini pasti kluar. Di JKT juga ada, tp aku blm prnh coba stay di sana. Dr segi harga msh okelaaaah, dan aku liat review dan rating kepuasan pelanggan juga tinggi di berbagai OTA :). Makanya kapan2 pgn coba stay di sana.
Anak2ku bisa betah ini mba kalo ada mini zoo dan Playground.
Btw, kalo sarapannya di tentuin waktu, trus telat bangun misalnya, apa bakal di pindahin jdwal jadinya?
[…] Bandung menjadi salah satu kota impian karena kota ini besar, lengkap, nyaman, makanannya enak (teuteup) dan punya kampus-kampus terbaik di Indonesia. Selain itu, Bandung juga dekat dengan Majalengka, kota di mana keluarga besarku dari pihak Mama tinggal. Jadinya kalau mau silaturahmi enak. Ehehehe. […]
[…] Baca Juga : Rekomendasi Hotel Ramah Anak di Bandung […]