Tips membeli rumah agar tak menyesal. Sebagai kontraktor (baca : orang yang sering ngontrak rumah), punya rumah sendiri adalah sebuah mimpi yang aku dan suami sangat idam-idamkan. Well, mengontrak tuh ya enak sih, tapi memiliki tempat bernaung yang benar-benar milik pribadi tetap saja rasanya berbeda.
Sebetulnya, suamiku ini seorang pi en es sebuah kementrian yang ‘siap ditempatkan di mana saja’. Hampir Sembilan tahun menikah, entah sudah berapa kali dia berganti-ganti kantor. Momen pindah kantor alias mutasi ini sungguh bikin deg-degan karena pola perpindahannya tak bisa ditebak. Hanya pegawai bagian mutasi dan Allah SWT yang tahu.
Suami sebagai pegawai yang baik dan jujur, serta aku sebagai istri yang luar biasa, hanya bisa pasrah ketika SK keluar. Anggap aja kejutan.
Sisi baiknya, aku dan suami sepakat untuk tidak mengeluh dan memilih excited jika memang terangkut gerbong mutasi. Apa ya, anggap aja ini adalah kesempatan untuk bertualang mengenal kota-kota di Indonesia. Semakin sering pindah-pindah otomatis pengalaman kami menjadi lebih kaya dan saudara di perantauan pun makin banyak.
Eh tapi, meski senang bisa jalan-jalan keliling Indonesia, aku tetap berpikir realistis. Jadi gini, berkaca dari pengalaman teman-teman lain yang lebih senior, tidak semua kota tempat mutasi suami cocok untuk membawa keluarga. Faktornya banyak, ada yang mungkin fasilitas kesehatannya kurang bagus, fasilitas pendidikannya tertinggal, situasi dan kondisi yang kurang aman atau lain-lainnya.
Aku sendiri mengamati, rata-rata keluarga yang memilih untuk LDM alasan utamanya adalah karena di dalam keluarga sudah ada anak usia sekolah. Memindahkan sekolah kan enggak semudah membalikkan tangan, apalagi kalau anaknya sudah betah di sekolah tersebut. Hambok yakin, kebanyakan anak males banget kalau harus pindah dan adaptasi lagi dengan lingkungan baru. Belum lagi biaya pindah rumah dan pindah sekolah yang mesti ditanggung.
Bandung, Salah Satu Kota yang Asyik Untuk Ditinggali
Berkumpul jadi satu dengan suami dan anak-anak merupakan kondisi ideal sebuah keluarga. Namun, bila memang harus terpisah jarak untuk sementara waktu, yaudah enggak apa-apa. Terkadang, kita harus berdamai dengan kondisi-kondisi tertentu kan?
Aku sempet ngobrolin hal ini sama suami. Buatku, dia boleh saja mutasi dari satu kota ke kota lain asalkan kami punya satu tempat khusus untuk pulang. Kami memberi nama tempat ini sebagai homebase. Tempat untuk tinggal sekaligus bertumbuh.
Sambil berkhayal, kami menyebut nama-nama kota yang sepertinya asyik. Pilihan pertama tentu saja Yogyakarta, kota tempat kami berdua berasal. Kemudian ada Malang, Purwokerto, dan Bandung.
Bandung menjadi salah satu kota impian karena kota ini besar, lengkap, nyaman, makanannya enak (teuteup) dan punya kampus-kampus terbaik di Indonesia. Selain itu, Bandung juga dekat dengan Majalengka, kota di mana keluarga besarku dari pihak Mama tinggal. Jadinya kalau mau silaturahmi enak. Ehehehe.
5 Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Membeli Rumah
Khatam menjadi kontraktor membuat aku punya bayangan tentang rumah tinggal milik sendiri. Selama ini aku bersyukur, rumah-rumah yang aku sewa pemiliknya baik dan lokasinya strategis. Tapi tetap saja jika itu rumah sendiri, kita mau yang terbaik kan?
So, buatku inilah 5 hal yang perlu diperhatikan ketika hendak membeli rumah :
- Posisi menentukan prestasi.
Pepatah ini wajib kita pegang erat-erat saat mencari rumah. Amati lokasinya, lebih rendah atau lebih tinggi dibanding lingkungan sekitar. Ingat, lebih rendah lebih rawan tergenang alias banjir. Kemudian cek jarak rumah dengan fasilitas kesehatan, pendidikan, belanja juga hiburan. Kedekatan dengan fasilitas tersebut akan membuat kita less drama dan less worry. Apalagi jika kita jadi single fighter sementara (mudah-mudahan enggak)
- Perhatikan Kondisi Air.
Aku tipe yang enggak sanggup hidup tanpa air bersih. Habisnya, hampir semua kegiatan di rumah itu butuh air, mulai dari mandi, cuci, dan kakus.
- Pilih One Gate System.
Aku tuh agak gimana gitu sama perumahan yang pintunya banyak dan ngejeblak semua. Sering banget denger kasus pencurian dan tindak kejahatan yang lain. One gate system relatif lebih aman karena orang yang keluar masuk terpantau, satpam juga lebih fokus menjaga.
- Perhatikan Lingkungan.
Enggak tahu kenapa aku suka tipikal perumahan yang enggak dibatasi pagar. Kayak lebih ramah ke tetangga gitu. Apalagi kalau ada taman bermain untuk anak, jalanannya lebar muat dua mobil ketemu.
- Pilih Developer Terpercaya
Pastikan developer yang membangun rumah kita benar-benar amanah agar kita tidak kecewa ataupun dirugikan. Perhatikan bangunan dengan sungguh-sungguh, terutama material yang digunakan serta bagaimana pihak developer menangani masalah customer sebelumnya. Jika perlu, tanyakan apakah developer memberi garansi terhadap rumah yang akan kita beli atau tidak.
Rekomendasi Hunian di Bandung
Supaya enggak terlalu jadi pikiran #tsah, aku iseng-iseng nyari info hunian di Bandung terus menemukan Kenari Kebonkopi Alamasri. Wah wah, aku langsung makdeg karena kok konsep hunian yang dibangun memenuhi harapanku. Desain rumah minimalis, dekat dari berbagai fasilitas kebutuhan keluarga, nuansa asri yang asyik untuk kegiatan outdoor, biaya IPL terjangkau, serta sistem keamanan yang bikin tenang.
Kenari Kebonkopi Alamasri dikembangkan oleh PT Harapan Putera Maju Bersama bekerja sama dengan arsitek Bestgroup yang sudah berpengalaman merancang Gateway Pasteur, Casa Grande, Ivory hotel dan masih banyak lagi. Kualitasnya enggak perlu diragukan lagi lah yaa.
Terus, sistem pembayaran yang bias dilakukan untuk membeli hunian di sini juga macam-macam. Bisa pilih cash keras, cash bertahap, ataupun KPR. Tergantung kesanggupan masing-masing keluarga.
Hmm…jadi makin semangat membayangkan ngopi cantik di depan rumah sambal ngelihatin anak-anak asyik main sama teman-temannya. Mudah-mudahan segera kesampaian ya. Bandung, aku datang!