Bukan, bukan saya yang meniqaaaaa!
Madam A
“Jeng, aku nikahnya di Kampung Sampireun ya.”
Begitu bunyi WA Alvin, kakak saya yang memberi kabar kalau di bulan Oktober tanggal 24 tahun 2020 nanti dia akan menikah dengan seseorang yang dua bulan sebelumnya sudah dia lamar. Saya auto googling, mencari tahu lebih jauh tentang tempat ini.
Saat lamaran kemarin, kami diinapkan di sebuah resort bernama Kampung Sumber Alam, di daerah Cipanas, Garut. Tempat itu sungguh indah dan menyenangkan. Meski begitu, kakak saya bilang kalau pemandangan dan suasana di Kampung Sampireun bahkan lebih indah lagi. Wuih, saya geleng-geleng kepala, Kalau yang kemarin saja sudah indah, yang lebih indah akan seperti apa? Saya kan jadi penasaran.
Wow, wow, wow! Saya berdecak kagum begitu google mengeluarkan hasil pencarian. Kampung Sampireun adalah sebuah resort dengan danau di dalamnya. Danau beneran loh, bukan cuman sekedar kolam-kolaman saja karena kedalamannya hingga 3 meter.
Pemandangannya pun hijau dan terasa sejuk meski saya melihat hanya lewat foto. Saya jadi enggak sabar pengen buru-buru ke sana. Berharap banget Alvin ngabarin kalau hari pernikahan dimajukan saat itu juga, biar saya bisa segera cusss. *Kemudian dijitak Alvin*
Anyway, sebetulnya saya agak kasihan sama kakak saya itu karena harus menikah di masa-masa pandemi. Sedih karena ini berarti dia dan calonnya hanya bisa mengadakan acara untuk kalangan terbatas. Itupun tetap harus disyukuri karena pemerintah telah melonggarkan aturan beracara. Pada awal-awal pandemi, teman-teman yang sudah mendapatkan jadwal untuk menikah saja harus ditunda sampai entah kapan. Padahal mereka udah dapat jadwalnya loh itu.
Kampung Sampireun dipilih karena tempatnya terbuka. Selain itu tersedia juga kamar-kamar serta ruang paviliun yang unik karena menyatu dengan alam. Memang, terkait dengan pandemi, acara-acara yang melibatkan cukup banyak orang lebih aman dilakukan di ruang terbuka dengan sirkulasi udara yang baik.
Long short story, setelah melewati berbagai halangan, rintangan, serta deg-degan (DKI sempat mengadakan PSBB secara ketat lagi untuk melandaikan kurva) hari yang dinantikan pun semakin dekat. Berdasarkan rencana, pernikahan diadakan di hari Sabtu sehingga saya memilih berangkat kamis malam menuju Bandung terlebih dahulu.
Bandung menjadi titik kumpul dengan orang tua yang datang dari Jogja. Saya juga bisa istirahat sebentar, mengumpulkan tenaga dan siap-siap hingga akhirnya berangkat ke Garut bersama-sama.
FIRST IMPRESSION KAMPUNG SAMPIREUN
Oh ya, meski berada di kawasan Kabupaten Garut, Kampung Sampireun ini cukup jauh ya dari kotanya. Ada sekitar 30 menit perjalanan lah dari pusat kota. Meski ya enggak mblusuk-mblusuk banget sih. Khas resort-resort yang masih berada di kawasan perkampungan.
Beranjak dari Lobby, ada tangga ke bawah yang mengarah langsung dengan danau.
Robbi Habli Minnas Sholihin..
Kami duduk cukup lama di Lobby sambil menanti kamar dan porter. Eh, enggak cuman duduk aja ding, saya dan Enin olahraga mengejar anak-anak yang lari kesana kemari saking bahagianya ketemu tempat luas. Kami wajib berhati-hati karena ada danau yang dalamnya 3 meter, ngeri aja gitu kalau sampai kecebur.
Saya sendiri terharu karena akhirnya apa yang saya lihat di google kini bisa dirasakan langsung. Keindahan Kampung Sampireun bukan kaleng-kaleng. Sampe speechless lihatnya.
Ketika sampai di lokasi waktu menunjukkan pukul 15.00, masih agak siang tapi tapi hawa dingin mulai terasa. Udara di sana begitu segar, sejauh mata memandang semuanya hijau. Andai ada teh manis panas dan bala-bala haneut, tentu semua akan lebih sempurna. *ngarep*
Setelah menunggu akhirnya porter siap, kami pun beranjak menuju kamar. Setahu saya, Alvin memesan setidaknya 3 ruang bungalow dan 5 kamar biasa untuk keluarga besar baik dari pihak mama ataupun papa. Bungalow ini terletak di bagian atas, agak tinggi. Saya harus ekstra hati-hati karena jalanan licin sehabis hujan, tangganya pun cukup curam.
Saya dan papa mama menempati salah satu bungalow yang tersedia. Bungalow ini terdiri dari ruang tamu yang memiliki sofa serta televisi, dan dua buah kamar yang besar. Setiap kamar memiliki kamar mandi yang juga sangat luaassss! Mantulita pokoknya.
Di bagian luar ada teras yang menyediakan meja serta kursi, jadi kita bisa leyeh-leyeh sambil menikmati suasana. Meski begitu, saya bersama anak-anak lebih memilih untuk turun ke bawah, jalan-jalan melihat sekeliling serta naik perahu.
Ada satu rumah yang khusus digunakan untuk spa. Saya iseng bertanya mengenai biaya untuk pijat-pijat di sana. Harga untuk sekali massage adalah 200k. Namun, salah satu terapis mengatakan bahwa khusus hari itu, ada diskon 30% bagi pelanggan. Widih, sangat menggoda eui, mana saya sebetulnya saya emang pegel-pegel. Sayang udah keduluan janji sama anak-anak untuk main.
Perahu tersedia di sekeliling danau. Ada beberapa titik tepian yang menjadi tempat menambat perahu. Kamar-kamar yang ada di bawah bahkan lebih keren lagi, terasnya berhadapan ke danau dan bisa naik perahu dari sana langsung.
Sumber foto : Kakaknya Kakak Ipar *mbulet*
Jujur nih, aslinya saya TAKUDH! Perahunya kok kayak udah tua dan enggak imbang gitu. Tapi sebagai emak-emak enggak mungkin kan ya nunjukin rasa takut ke anak? Bisa kabur semua mereka nanti, enggak jadi jelajah danau. Padahal saya kan perlu update berita di Instagram Stories *halah*
Untungnya Yusuf cukup sigap memaksa saya untuk naik meski perahunya goyang-goyang. Huwaa, ngeri parah, takut banget perahunya bakal kebalik terus kami tenggelam. Hiii.
Yuan si sulung jejeritan, dia bahkan memohon-mohon supaya kami batal saja. Ternyata dia lebih panik dibanding emaknya, huahahaha. Cuma Luna sama Aylan yang tenang dan kelihatan excited naik perahu. Eskpresi wajah mereka datar banget, persis bapaknya.
Btw, ternyata ketakutan saya enggak jadi kenyataan dong. Kami berlima sukses berlayar di danau tersebut. Yuan bahkan sudah berani meminta Yusuf untuk bergantian mendayung, membuat Luna dan Aylan ribut meminta hal yang sama.
Seru banget eui main perahu gini. Ikan-ikan yang ada di dalam danau langsung mendekat ke arah perahu. Kayaknya default mereka, perahu yang datang pasti bawa makanan ikan. Sayang banget saat itu kami enggak bawa, huhu.
MENIKAH DI KAMPUNG SAMPIREUN
Malam harinya, keluarga dan tamu-tamu yang menginap untuk acara mulai berdatangan. Kami makan malam di Restoran Bambu Suling, agak jauh dari kamar. Makanan yang disajikan salah satunya adalah Mie Kocok dan itu enak banget!
Sedikit tips, kalau mau menginap di Kampung Sampireun wajib bawa baju lengan panjang dan jaket karena dingiiiiinnn! Ampun-ampun dinginnya, Aylan waktu tidur sampai narik-narik Yusuf untuk meluk dirinya biar anget. Padahal selama ini dia tuh jarang banget mau pakai selimut atau dipeluk saat tidur.
Hamdallah, untungnya kamar mandi menyediakan air panas sehingga saat wudhu enggak gemeteran banget. Begitu juga saat mandi, bathub di kamar cukup gede dan bisa menampung hingga 80 liter air. Sebelum mandi, kita bisa mengisinya dengan air panas terlebih dahulu sehingga enggak kedinginan. Maklum, acaranya mulai pagi, mau enggak mau sebelum subuh kita harus sudah mandi kan.
Lokasi Pernikahan
Foto by @fanziindrawan
Acara dilaksanakan di ruang terbuka, bersebelahan langsung dengan restoran. Meski dikelilingi oleh puluhan pohon bambu yang menjulang tinggi, tempatnya tetep kece dan tertata rapi.
Jalannya Acara
Sebelum masuk ke lokasi yang tempatnya agak tinggi, pihak Wedding Organizer melakukan screening terlebih dahulu di pintu masuk bagi para tamu maupun keluarga. Prokolnya cukup standar, seperti pengukuran suhu dan kewajiban untuk mencuci tangan atau memakai hand sanitizer.
Foto by @fanziindrawan
After The Wedding
Acara Ijab-Qabul berjalan dengan sangat khidmat. Kedua mempelai pun akhirnya sah menjadi suami istri di mata hukum dan agama, Masya Allah Tabarakallah.
Saya suka sekali dengan pengaturan acara pernikahan dua orang ini. Tamu memang sangat terbatas, tapi tetap terasa intim dan hangat. Mempelai wanita memakai pakaian adat sunda siger, membuatnya terlihat anggun. Alvin sendiri pada saat acara terlihat tegang dan gugup, tapi doski berhasil mengucapkan ijab-qabul dengan suara lantang dan cuma sekali saja.
Selesai acara ijab-qabul ini para tamu dipersilahkan untuk langsung menyantap hidangan yang telah disediakan. Restoran terbuka ini bersebalahan dengan lokasi acara. Peralatan makan ditata sedemikian rupa, untuk mengambil makanan pun pihak restoran sudah memasang sekat plastik. Piring dan sendok hanya boleh satu kali digunakan.
Kursi dan meja restoran juga telah ditata agar tetap menjaga jarak. Saya tidak sempat mengambil fotonya karena udah ribet sama anak-anak yang heboh lihat kue-kue.
Btw, makanan yang disediakan oleh pihak Kampung Sampireun cukup lezat. Pilihannya pun variatif. Sembari makan, pihak keluarga maupun tamu menyempatkan diri untuk berfoto bersama kedua mempelai di pelaminan.
Foto by @fanziindrawan
foto by @fanziindrawan
Foto keluarga ini sebetulnya belum lengkap, ada kakak saya di Jogja serta adik di Gresik yang tidak bisa hadir. Meski demikian, fotonya cakep banget yah!
JANGAN RAGU UNTUK MEMILIH KAMPUNG SAMPIREUN
Yap! Meski bukan saya yang menikah, saya sangat merekomendasikan teman-teman yang tinggal di Garut dan sekitarnya untuk held your wedding here.
Masalah tempat, Kampung Sampireun enggak perlu diragukan lagilah. Karyawannya ramah, hiburannya banyak, makanan yang disediakan juga lezatos.
Oh iya, kalau enggak salah, manten juga dapat jatah untuk menginap semalam di sini setelah menikah. Lumayan buat istirahat sambil bulan madu kan.
Acara selesai sekitar jam 12 dan kamipun bersiap-siap untuk pulang. Namun pihak hotel memberikan kelonggaran bagi pihak keluarga sampai jam 2 siang untuk bersiap-siap packing barang. Suka banget!
Makanan yang tidak habis saat acara pun semuanya diserahkan kembali ke pihak keluarga. Menurut saya, ini memang salah satu ciri katering pernikahan yang berkualitas sih. Saat saya menikah dulu, pihak katering juga begitu. Semua dibungkus dan diserahkan keluarga, tidak diambil sendiri.
Btw, foto-foto cakep yang saya pajang di sini ada beberapa hasil jepretan mas @fanziindrawan. Temen-temen bisa cek instagramnya.
Alhamdulillah, sambil menunggu waktu check out, kami masih menyempatkan diri untuk kembali bermain perahu di danau bersama keluarga lainnya. Benar-benar bersyukur bisa bertemu mereka sampai ketika hendak berpisah, rasanya berat.
Well, saya rasa semua yang ingin saya sampaikan sudah saya tulis. Semoga suatu hari nanti saya bisa kembali berlibur di Kampung Sampireun. Terima kasih banyak untuk keluarga besar mama dan papa yang telah berkenan membagi fotonya. Terima kasih banyak untuk Alvin dan Shela yang telah mengumpulkan kami semua di sana.
Terakhir, semoga kita semua diberikan kesehatan dan keselamatan hingga akhirnya bisa bertemu kembali. Sampai jumpa di tulisan berikutnya!
3 Komentar. Leave new
CAKEEEO BANGEEET YAA MBAAAAK.. Ak baru tau sih kalo jadi wedding venue gini jadi cakeo banget dekorasinya…
memang di garut banyak sekali penginapan yang model seperti itu di atas air, bikin asyik ya
Aku jd kangeeen Ama Garut. Trakhir kesana pas nikahan anak buahku, tp waktu itu stayed di rumah temen. Garut memang cakep siiih, dan aku suka Krn masih dingin :).
Sukaa ih Ama baju seragamnya mba. Warnanya baguus :). Adikku okt kemarin jg nikah. Tapi di Medan, dan aku ga bisa DTG Krn blm berani bepergian naik pesawat. Seandainya bisa naik mobil sih aku datangin. Tp kalo transport umum ga dulu lah. Sediih itu nikahan adek sendiri tp ga bis DTG 🙁
Jd pengen stay di kp Sampireun kalo ntr ke Garut lagi 🙂
[…] punya usut, salah satu blognya ternyata hasil hibah dari mantan pacar yang mengajaknya menikah. Ommoo, uwuw banget! Suaminya ini pedekate in dia dengan menjadi blogger. Pantesan Mbak Rhos luluh […]
[…] Wajib Baca : Menikah di Kampung Sampireun, Garut […]