Akhirnya, berani nulis tentang Covid 19 juga
– Madam A –
Covid 19 Itu Nyata, Jangan Denial Kayak Donald Trump Ya! Berita tentang presiden Amerika yang Positif Covid 19 memang jadi trending topik di mana-mana. Maklum, orang tersebut awalnya memang kayak agak meremehkan virus ini.
Saya sendiri sebetulnya udah was-was sih, terutama sejak kejadian di Wuhan dan kota itu lockdown total selama puluhan hari. Entah kenapa meski terasa jauh, saya yakin virus itu pada akhirnya akan sampai ke Indonesia. Dan beneran dong sampai. Bahkan, setelah 7 bulan kasusnya masih terus meningkat. Orang-orang yang kena pun sudah bukan si A atau si B yang enggak kita kenal lagi.
Yep, positif rate di Indonesia adalah sekitar 13-14% yang artinya apabila ada 10 orang diperiksa, maka 1 orang pasti positif. Angka ini sempat naik ke angka 23%, dimana dari 5 orang diperiksa, 1 diantaranya pasti positif.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan agar covid 19 bisa kita hempas jauh-jauh?
MEMAHAMI VIRUS COVID 19 LEBIH JAUH
Malu bertanya sesat di jalan. Nah, daripada cuma mendengar katanya-katanya, edukasi diri kita sendiri yuk. Covid 19 adalah penyakit baru yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan dan radang paru. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-Cov-2).
Penularan virus ini berasal dari droplet atau tetesan cairan yang berasal dari batuk dan bersin. Kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan. Menyentuh benda atau permukaan dengan virus di atasnya, kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci tangan.
Adapun faktor pendorong masifnya transmisi dari virus Covid 19 adalah rendahnya pemakaian masker, praktek cuci tangan, serta masih tingginya perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain. Belum lagi ditambah dengan orang-orang yang tidak percaya, denial, berita hoax, komorbid, serta stigma negatif.
Sedangkan gejala klinis yang menjadi tanda serangan Coronavirus, diantaranya: demam diatas 37,3°C, batuk, pilek, gangguan pernafasan (sesak nafas), sakit tenggorokan, letih, lesu, hilangnya indera penciuman (tidak dapat mencium bau) dan diare (gejala ini dialami oleh sebagian pasien positif COVID-19).
PROTOKOL KESEHATAN 3M ADALAH KUNCI
Nah ini, tanggal 30 September kemarin saya mengikuti seminar online yang diselenggarakan oleh Ditpromkes (Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ) Kemenkes RI.Dokter Riskiyana selaku direktur menyampaikan bahwa Covid 19 ini memang merubah semua norma-norma yang ada, baik individu ataupun masyarakat.
Pemerintah menetapkan bahwa perilaku 3M dapat memutus mata rantai penyebaran virus. Apa itu 3 M?
- Memakai masker.
- Mencuci tangan.
- Menjaga jarak.
Selain perilaku 3M, pastikan kalau kita juga sadar diri untuk menghindari keramaian. Lalu, jangan lupa tetap olahraga 30 menit setiap hari, konsumsi gizi seimbang, mengelola stress. Misal punya komorbid atau penyakit bawaan yang memperberat ya berarti kita harus makin kenceng menjaga penyakit ini agar tidak makin parah.
Anyway, saya sendiri punya protokol kesehatan yang harus dipatuhi loh di rumah. Terutama untuk suami ataupun saya yang harus keluar rumah. Protokol tersebut antara lain :
- Perilaku 3M
- Melepas sepatu dan tidak menyentuh apapun ketika sampai di rumah
- Mandi
- Memasukkan baju serta ubo rampenya ke dalam ember yang berisi sabun
PEMAHAMAN PSIKOLOGIS AGAR MAMPU MENERAPKAN 3 M TANPA PAKSAAN
Saya sering bertanya-tanya ke arah rumput yang bergoyang, kenapa ya orang-orang kita ini susah sekali disuruh pakai masker? Padahal fungsi masker itu melindungi diri kita dan orang lain.
Nah, pertanyaan yang tak kunjung ada jawabannya itu terjawab di seminar kemarin oleh Bunda Romi. Bundo Romi adalah panggilan akrab dari dr. Rose Mini. Kata Bunda, orang enggak mau pakai masker karena tidak memahami bahwa hal tersebut baik dan menguntungkan bagi dirinya.
Mindset banyak orang memakai masker itu merepotkan, engap, dan mengganggu penampilan. Padahal ya, manusia itu makhluk yang mudah adaptasi. Memang, membiasakan diri untuk memakai masker itu tidak nyaman. Tapi kalau dilakukan terus menerus ya lama-lama akan biasa saja. Jadi habbit gitu loh.
Nah, memasukkan pemahaman kalau memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak ini baik untuk diri sendiri dan orang-orang yang kita cintai ternyata enggak semulus itu. Susaahhhhhh. Prosesnya panjang. Bahkan seringnya, harus diadakan razia atau hukuman dulu baru deh orang-orang manut.
Tapi harus diakui, faktor kepatuhan tidak hanya datang dari dalam diri saja. Bunda Romo menyampaikan ada dua faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat disiplin orang ke perilaku 3M. Pertama, faktor internal yang mencakup kurangnya moral virtue dan kesalahan dalam proses belajar. Kedua, faktor eksternal meliputi aturan pemerintah yang tidak baku, tidak adanya contoh dan konsekuensi yang tidak jelas bagi pelanggar.
Bunda Romi menegaskan bahwa meski sulit, kita harus mencoba dan memaksa diri untuk patuh. Kebiasaan-kebiasaan baik harus dimulai dari sendiri, kemudian keluarga, baru deh lingkungan dan masyarakat sekitar kita.
BERSAMA, KITA BISA KALAHKAN VIRUS COVID 19
Pada kesempatan yang sama, hadir pula mbak Wardah Fajri alias Kak Wawa yang merupakan founder dari komunitas BloggerCrony. Beliau adalah salah satu penggerak kampanye-kampanye kebiasaan baik melawan Covid 19 di media sosial.
Baca Juga : Tips Tetap Tenang Selama Pandemi Dari Ibu Elly Risman
Komunitas BloggerCrony mengadakan kampanya untuk posting pedagang-pedagang yang berjualan tapi memakai masker dan taat protokol. Pada perayaan hari kemerdekaan Indonesia kemarin komunitas tersebut juga mengadakan perayaan dan kompetisi secara virtual. Seru abis!
Saya sepemikiran dengan Kak Wawa, bahwa para penggiat media sosial khususnya Blogger bisa membawa pengaruh yang luar biasa. Kita punya tugas mulia untuk mengedukasi diri sendiri dan juga masyarakat, insya Allah kita bisa bertahan menghadapi Covid 19 bersama. Yuk, semangat!