LihatDuniaLagi berdua tok sama suami adalah mimpi. Dan semoga mimpi ini bisa terwujud
Madam A
Rasanya udah berjuta-juta kali aku bertanya kepada rumput yang bergoyang, “Kok bisa ya aku mau menikah? Kok mau-maunya ya aku nikah sama dia? Kok sanggup ini loh aku bertahan?” Alhamdulillah rumput-rumput tersebut enggak kasih jawaban. Mmm… kalau sampai ada jawaban sih aku bakal ngacir karena ketakutan 😣
Selama seminggu terakhir ini hubunganku sama suami, yang merupakan teman hidup hampir sebelas tahun, rasanya sangat gondal-gandul. Kami berdua lagi tegang dan sensitif, disenggol sedikit aja bisa langsung duar duer duar duer. Well, sebetulnya aku sih yang kebanyakan auto semprot, meanwhile suami lebih suka diam dan mendiamkan. Nyebelin tenan.
Yaa itulah bedanya orang dengan kepribadian sanguins dan orang kepribadian plegmatis. Aku tipikalnya ramai kayak pasar. Sedangkan dia sebaliknya, anteng kayak tembok. Entah gimana ceritanya dulu itu kami saling tertarik dan akhirnya menikah. Padahal perbedaan karakter di antara kami cukup dalam.
Baca Juga : Istri Sanguins, Suami Plegmatis
Selama ini sebetulnya kami berdua berjuang untuk belajar saling menyesuaikan diri sih. Meski perjalanannya sangat panjang, berliku, penuh gronjalan, kadang-kadang dihantam gempa dan hujan badai pula, toh terbukti kami bisa bertahan hingga sekarang. Enggak mudah mempertahankan sebuah hubungan itu, tapi bisa.
Aku tahu dia itu bucin banget sama aku, seperti halnya aku bucin ke dia. Cuma ya itu, suami terkadang agak susah menampakkan rasa cintanya yang membuncah. Tapi gak tahu juga kalau ternyata justru aku yang enggak sadar dengan bentuk cintanya dia. Sesekali, komunikasi di antara kami emang stuck banget sampai akhirnya kami malah enggak bisa konek blas.
Makannya, ketika kemarin dia naruh handuk di atas kasur yang baru aja aku beresin, aku langsung meledak dan merepet panjang. Sebagai ganti perlakuan tersebut, suami enggak mau WA ke aku sampai makan siang padahal biasanya begitu sampai kantor dia langsung berkabar. Aku paham kalau dia enggak berkenan dengan kemarahanku yang terlalu besar untuk sebuah kekeliruan cukup kecil.
Hufth…
Akibat didiemin sama suami,hari-hariku berasa pahit dan hambar banget. Terus sikapku ke anak-anak juga jadi rada aneh, enggak luwes seperti biasanya. Bertengkar dengan suami emang enggak ada enaknya sedikitpun. Aku menyesal udah berlebihan. Tapi egoku justru ngasih tahu kalau marah-marah adalah hal yang benar. Haduu.
Akhirnya aku mengambil keputusan untuk minta maaf dan melakukan evaluasi hubungan. Sorry mori stroberi nih, bukan hanya kerjaan kantor aja yang bisa dievaluasi. Hubungan suami-istri pun wajib. Aku gak mau terjebak dalam hubungan yang makin kesini kok malah makin kesana. Jelas-jelas diantara kami berdua ada sesuatu yang harus diperbaiki. Sebelum segalanya bertambah runyam.
Evaluasi Hubungan Suami Istri
“Kita ini kenapa?” tanyaku ketika kami berdua akhirnya punya kesempatan untuk Pillow Talk.
“Enggak ada apa-apa kok sama kita, kamu itu yang kenapa.” balas dia. Ckckckck, sungguh suatu jawaban yang memancing keributan.
Aku mencoba kembali memahami kalau ini merupakan salah satu ciri khas orang plegmatis. Cuek dan selalu merasa tidak ada masalah yang terjadi. Pelan-pelan aku kembali mengajak dia ngobrol dengan menggunakan I-Message. Aku minta maaf lebih dulu, habis itu bicara baik-baik tentang kejadian-kejadian gak mengenakkan yang lumayan sering terjadi belakangan.
Aku juga mencoba untuk membuang egoku jauh-jauh. Tidak ada orang yang suka dikasarin. Kecuali di ranjang, eh ups. Aku ditegur sedikit sama suami aja bisa mewek. Perasaan suami yang kesal karena dimarahin pun valid kok.
Naah, ternyata bener. Ketika aku bicara dengan nada lembut, ekspresi minta maaf, dan sambil ngelus-ngelus lengannya, dia mau mendengarkan. Plus menanggapi juga sih. Alhamdulillah.
Pada akhir pembicaraan, sebuah kesimpulan pun kami jabarkan : KAMI KURANG PIKNIK.
KURANG.PIKNIK.
Wuaa wuaa wuaa, rasanya kok rada nganu gitu ya. Kayak yang dibuat-buat banget alasannya tauh. Tapi beneran loh ini, aku dan suami sepakat kalau kami berdua itu kurang piknik. Kurang jalan-jalan, kurang menikmati waktu bersama, kurang momen ketawa-ketawa berdua.
Setelah ditilik ke belakang, aku dan suami emang syibuukk banget. Dia dikejar-kejar target karena sudah hampir akhir tahun. Sekarang berangkat pagi dan pulang malam ketika anak-anak sudah tidur seolah jadi rutinitas biasa.
Beberapa rencana keluar saat weekend terpaksa cancel karena selalu ada anak yang tiba-tiba sakit. Awalnya si Teteh, kemudian si Abang. Mereka berdua sehat, lanjut si dedek. Anak-anak sehat, eh akunya yang enggak bisa. Kayak susaaahh banget menyamakan jadwal padahal kami cuma berlima.
Dari sisi keuangan juga kami sedang mumet-mumetnya. Genteng rumah bocor akibat angin kencang dan hujan deras. Pompa air bermasalah. Cuma dua hal yang butuh perhatian tapi dihitung-hitung budgetnya lumayan bikin anggaran perawatan rumah membengkak. Belum lagi terakhir bapak mertua alias ayahnya suami masuk RS dan dia buru-buru pulang ke Jogja untuk merawat.
Aku enggak mau hitungan sih kalau buat orangtua mah. Haqqul yakin bakalan ada gantinya. Terus masalah biaya ekskul dadakan sekolah si Abang, biaya persiapan masuk SD si Teteh, biaya kesehatan karena semua anggota keluarga ping-pong sakitnya. Pokoknya obrolan tentang biaya yang harus dikeluarin ini emang bikin perut auto mules dan tidur jadi enggak nyenyak.
Ketika anak-anak sakit, kami berdua tidur terpisah. Enggak bermaksud sengaja untuk pisah ranjang, tapi emang sering kebablasan tidur di kamar anak-anak aja sampai pagi. Apalagi setelah sholat subuh kami sudah bertempur dengan aktivitas masing-masing sampai akhirnya suami pamitan berangkat ngantor. Udah enggak ada itu istilah bonding skin to skin untuk mengeratkan hubungan. *eh malah curcol*
Yawis, gak heran lagi kenapa kami bisa mendingin begini. Memanas pun karena saling sebel, bukan karena ‘pengen’, wkwkwk. Obrolan 21++ yang kami lakukan sangat challenging hingga akhirnya kelupaan sama obrolan 21++ yang lain.
“Kita butuh jeda.” kata aku pada akhirnya yang diiyakan dengan segera oleh suami.
“Tapi mau liburan kemana ya? Uang kita udah untuk persiapan si Teteh masuk SD tahun depan, terus tahun depannya lagi si Dedek yang masuk SD, terus depannya lagi si Abang masuk SMP. Kalau enggak disiapin, kita sendiri yang susah nanti.” kataku sedih.
Suami menepuk-nepuk pundak dan menyeretku untuk meletakkan kepala di lengannya. “Gak papa, susun aja dulu rencana liburannya. Act like we gonna do it. Mana tau rencana kita beneran bisa kenyataan. Mana tau bisa bikin kita semangat. Enggak ada ruginya sama sekali kok bermimpi itu.” celetuknya.
Aku tertawa. Udah lama gak dengar kalimat yang lumayan panjang dari suamiku yang plegmatis itu. Obrolan kami berdua malam itu pun berlanjut dengan lebih slebew, eh selow maksudnya.
Pentingnya Piknik Bagi Pasutri 10 tahun ++
Jangan percaya kalau usia pernikahan lebih dari 10 tahun itu sudah melewati fase krisis. Buatku, fase krisis dalam hubungan suami-istri bisa datang kapan saja. Enggak harus menunggu setelah usia pernikahan mencapai dua digit.
Dulu, kami memang ajrut-ajrutan mengurus tiga anak yang masih balita. Saat ini ketiganya sudah sekolah semua, dan kami tetap sibuk. Masalah yang dihadapi bukan lagi tentang ASI, MPASI, ataupun popok. Saat ini kami bergerilya dengan si sulung yang pemikirannya beranjak remaja, si tengah yang mulai bergaul dengan teman-temannya, dan juga si bungsu yang mulai suka membuat ulah.
Masalahnya tetap ada, cuma beda bentuk aja.
Makannya, di saat-saat seperti ini aku dan suami harus selalu kompak. Biar aku enggak merasa seolah berjuang sendirian.
Sayang banget, waktu berkualitas yang kami miliki menurun jauh. Boro-boro kompak, bisa senyum dan ngomong I love you satu sama lain aja susye. Karena itulah kami butuh piknik berdua saja. Mumpung anak-anak udah rada gedean dan bisa dititipin ke kakek-neneknya.
Dunia aku dan suami sejak menjadi orang tua rasanya cukup terbatas antara kantor, sekolah, tetangga, dan mungkin tempat wisata keluarga yang berlokasi di sekitaran rumah saja. Apalagi aku belum punya kendaraan roda empat sehingga kalau mau keluar kota ramai-ramai berlima harus sewa mobil yang artinya butuh budget lumayan besar. Dan hal ini mau enggak mau membuat kami berpikir ulang.
Pergi Berdua Adalah Mimpi
Menyusun rencana liburan pura-pura yang diharapkan menjadi kenyataan, membuat suami kembali ingat bahwa dia punya mimpi untuk mengajak aku liburan berdua tok tanpa anak-anak.
“Maaf ya, belum kesampaian.” katanya dengan rasa bersalah.
Aku mengulum senyum karena memang masih ingat betul dengan janjinya. Tapi aku sendiri sadar untuk menunda mewujudkan mimpi tersebut. Piknik berdua LihatDuniaLagi belum bisa menjadi prioritas utama meski aku ingin. Sangat ingin sampai rasanya sakit melihat orang lain bisa second honeymoon kemana-mana sedangkan kami hanya di rumah saja. *buru-buru istighfar*
Aku tidak sanggup untuk memaksakan kehendak ketika uang yang dikumpulkan sudah ada peruntukannya masing-masing. Biaya sekolah anak, makan, transport, dan biaya kehidupan sehari-hari adalah prioritas. Belum lagi sejak papa meninggal karena covid, suami turut membantu mengirimkan dana yang nominalnya lumayan untuk mamaku yang saat ini menjadi janda.
Iya, suamiku sebaik itu. Dia tidak pernah merasa terbebani saat turut menyumbang untuk mamaku setiap bulannya. “Masak untuk orangtua sendiri aku enggak ngasih? Tenang to, insya Allah ada gantinya.” santai dia menjawab rasa tidak enakku yang mengatur keuangan di awal bulan.
Maka, meski sedih aku berusaha untuk tidak pernah mengeluh masalah uang. Selama ini perselisihan yang kami alami kebanyakan karena kekeliruan sikap saja.
So, pergi piknik berdua LihatDuniaLagi adalah mimpi yang hendak kami rawat hingga menjadi kenyataan.
Pergi Berdua Penting Agar Hati Terus Bertaut
Anak-anak yang pintar secara akademik maupun sosial, tumbuh dari pola asuh orang tua yang bahagia. PR-nya nih, gimana bisa bahagia kalau orangtuanya berantem melulu? Makannya menurutku, seorang suami dan istri itu boleh banget kok pergi berdua. Bukan hal yang egois selama tidak mengabaikan anak-anak mereka.
Aku sendiri merasa ketika hubunganku dengan suami itu mindfull, saling mengisi, memahami, nyambung. Cara aku berkomunikasi ke anak-anak juga jadi lebih baik. Toh anak-anak juga pasti bahagia jika tahu kedua orangtuanya saling mencintai. Percaya deh, meski meraka sering geli, “Ih apaan sih Ayah dan Mama sayang-sayangan gitu.”, di dalam hatinya mereka itu merasa aman.
Cuma ya itu, untuk menautkan hati terkadang butuh waktu spesial. Harus sama-sama rileks. Punten-punten nih ya, ibu-ibu mah gak akan rileks kalau di rumah melulu karena pasti ada aja yang harus dikerjain. Emang harus keluar, harus piknik, harus LihatDuniaLagi supaya suasana dan momennya dapet.
Pergi Berdua LihatDuniaLagi Penting Agar Perdamaian Dunia Rumah Tangga Tercapai
Kalau aku amat-amati ya #tsah, pasangan yang sering ngobrol itu relatif damai rumah tangga-nya. Tapi tergantung sama topik obrolan masing-masing sih. Ketika lagi piknik atau honeymoon, biasanya obrolan akan lebih cair. Entah itu ngomongin pemandangan, hotel, makanan, kejadian menarik, pokoknya beda jauh sama yang biasanya deh!
Dalam suasana hati yang nyaman, obrolan berat pun biasanya jadi lebih enteng dikemukakan. Coba deh lihat, dua negara yang sedang bertikai biasanya didamaikan dengan cara mengadakan pertemuan di negara lain kan? Nah, begitu juga dengan negara versi super mini, yaitu keluarga.
Terjebak dengan rutinitas yang itu-itu aja bikin kreativitas mentok. Enggak heran kalau beberapa saran pernikahan menyebutkan quality time itu penting. Pergi berdua dengan suasana berbeda bisa menciptakan rasa damai. Semua masalah yang tadinya kerasa berat jadi lebih masuk akal, karena suami dan istri bisa menciptakan sudut pandang berbeda.
LihatDuniaLagi Yuk, Ke Temanggung Aja Gimana?
Judul diatas merupakan pertanyaan yang aku lontarkan ketika pertama kali kami menyusun rencana liburan pura-pura. Suami melongo dan terheran-heran, “Kok kamu random banget, tiba-tiba aja milih Temanggung?”
Aku ketawa ngikik ngelihat ekspresinya dia. Ya ampun, si plegmatis yang biasanya gak punya ekspresi itu ternyata bisa loh pasang muka shock. Hahaha gemesh! Pengen unyel-unyel deh, wkwkwk.
Anyway, aku enggak sembarangan asal cap cip cup pengen jalan-jalan ke kota yang terleteak di Provinsi Jawa Tengah dan dapet julukan sebagai Kota Tembakau itu.
Ada beberapa destinasi wisata yang memancing rasa penasaranku banget. Tempat-tempat itu aku yakin sangat cocok menjadi lokasi piknik yang bisa bikin aku dan suami menyingkir dari rutinitas sejenak untuk lebih banyak tertawa, terkagum-kagum, berdiskusi, dan tentu saja saling menautkan hati. #eciye
Merasakan Keunikan Pasar Papringan Temanggung
Sebagai pejuang zero waste, kegiatan yang dilakukan di Pasar Papringan membetot perhatianku. Pasar yang satu ini super unik karena hanya buka pada hari minggu wage atau setiap 35 hari sekali dan melayani aktivitas jual beli TANPA PLASTIK!! Catat itu kisanak!
Enggak berhenti sampai disitu, transaksi jual-beli di pasar tersebut pun dilakukan dengan uang yang dibuat dari bambu. Pengunjung harus melakukan penukaran uang terlebih dulu dengan beberapa keping bambu sebagai alat pembayaran.
Sajian kulinernya enggak kalah menggoda karena diolah dari hasil tani penduduk setempat langsung. Sebagai pecinta makanan tradisional, aku ingin sekali mencobanya. Kemudian ada juga pertunjukan pentas seni tradisional dari masyarakat setempat.
Aigoo, ada begitu banyak hal yang bisa didapat dari kunjungan ke satu tempat, gimana aku enggak mupeng?
Saat mendengar kalau aku pengen pergi ke Pasar Papringan, respon suami cuma ngangguk-ngangguk doang dong, huh. Tapi ya nggak papa sih karena aku tahu, di dalam hatinya dia juga berminat untuk pergi. Sepuluh tahun menikah sudah cukup menjadikanku cenayang yang bisa baca hati suami tanpa perlu dia bicara.
Pacaran Layaknya Tokoh Drakor di Wisata Alam Posong
Biar bisa seperti pasangan muda yang belum merasakan betapa ekstrimnya tanggung jawab menjadi orang tua, jalan-jalan ke Wisata Alam Posong sangat cocok jadi pilihan. Maklum, wisata yang terletak di lereng gunung Sindoro ini berada di ketinggian 1.000 Mdpl sehingga hawanya dingin dan cocok banget buat pelukan.
Iyes, pelukan dengan tujuan biar tetep hangat di tempat kayak gitu pastinya enggak akan dipandang lebay. Habis itu dilanjut gandengan sambil tangannya diselipin ke dalam saku pak suami supaya persis kayak di drakor-drakor kesayangan. Sungguh sangat uwu.
Menurut bayanganku, adegan kayak deskripsi diatas bisa mendongkrak level cinta yang tadinya minus jadi plus-plus. Apalagi kalau tanpa anak-anak ya. Kalau ada anak-anak rencana itu dijamin gagal total karena yang digandeng ya bocah-bocah itu biar enggak kabur dan ngglundung. Hufth, the perks of being a parent…
Bikin Foto-Foto Romantis Yang Bikin Jomblo Gigit Jari di Sigandul View
Sebetulnya aku enggak punya dendam tertentu sama golongan jomblowan dan jomblowati sih. Cuman sedikit iri aja karena mereka bisa bebas traveling tanpa ada ekor di belakang, wakakaka.
Anyway, kalau dari beberapa sumber yang aku baca, Sigandul View ini termasuk atraksi wisata terbaru di Temanggung. Konsepnya alam banget tapi dengan fasilitas lengkap seperti jembatan , cafe, tempat ibadah, taman kelinci, kolam ikan, dan pastinya pemandangan gunung yang super amazing.
Rencanaku, kalau kesini aku mau ngopi-ngopi cantik. Tapi karena aku punya asam lambung, kopinya diganti minuman lain gak papa. Daripada habis ngopi aku semaput dan kudu disuntik penghilang rasa sakit di rumah sakit terdekat.
Habis itu, aku pengen foto-foto dengan pose kayak artis-artis drakor. Bikin konten buat Tiktok, Instagram Reels dan nulis di blog supaya banyak orang makin aware kalau Temanggung itu layak banget dibuat mampir. Lah, kok malah jadi belok untuk kerja? *LOL*
Tapi tetep, tujuan utamanya sih ngobrol sambil pegangan tangan dengan nuansa yang berbeda. Suasana yang asri, seger, alami, pastinya bisa bikin aku dan suami lebih nyaman untuk membuka diri. Aku rindu ngobrolin hal-hal kecil yang bisa bikin hati hangat dan terhibur.
Menemukan Hotel Serta Akomodasi Lain Bersama Traveloka
“Menurutmu, kita ke Temanggung naik apa?” tanya suami sambil neglihatin aku yang lagi semangat nyusun itinerary rencana liburan pura-pura.
“Ya kita sewa mobil dong dari sini. Berangkat bareng anak-anak, terus mampir Jogja buat ngedrop mereka dulu di rumah Mama. Habis itu baru kita cus ke hotel. Tapi hotelnya beda kota, sambil keliling gitu.” paparku.
Iya, aku justru berencana untuk menginap di Hotel yang berada diluar kota Temanggung tapi masih dekat, seperti Magelang atau Semarang. Jarak Magelang dan Temanggung sekitar 24km dan bisa ditempuh dengan 50 menit perjalanan. Sedangkan ke Semarang memang lebih jauh jaraknya, sekitar 80km dan membutuhkan waktu 2 jam perjalanan.
Tapi aing beneran penasaran pengen kukurilingan. Mumpung cuma berdua tanpa bawa anak-anak gitu loh. Secapek-capeknya tetep enggak terlalu capek karena hanya bawa badan masing-masing aja. Kalau bawa anak apalagi tiga biji sekaligus, ke atraksi wisata deket rumah aja capeknya dobel-dobel.
Nah, booking hotel di Traveloka memang pilihan paling asyik sih. Soalnya informasi yang dijembrengin disana tuh luengkap! Mulai dari cari hotel, pesan tiket pesawat, kereta, bus, sewa mobil, cari properti untuk Holiday Stays, rekomendasi tempat makan, sampai informasi tentang tempat-tempat menarik yang dikunjungi juga ada.
Selama ini aku memang sering pakai Traveloka juga sih, selain proses pemesanannya mudah, pembayarannya asyik, diskonnya gede! Apalagi kalau pas ada event tertentu, bisa menang banyak!
Traveloka juga jadi peganganku untuk menyusun itinerary dengan budget yang terbatas. Meski rencana perjalanannya pura-pura, niat dan susunan acaranya tetep serius dong. Gimanapun, aktivitas bikin itinerary ini mengasyikkan banget.
So, inilah beberapa hotel yang menjadi tujuan aku menginap bersama suami kalau impian untuk piknik berdua LihatDuniaLagi ke Temanggung jadi kenyataan :
Grand Artos Hotel and Convention
Oke, dikarenakan tempat tujuanku itu nuansa alam, sebagai gantinya aku pengen menginap di hotel yang bernuansa urban. Seperti Grand Artos Hotel and Convention yang dapat review bagus banyak banget ini.
Terlebih lokasinya strategis, dekat dengan pusat perbelanjaan sehingga memudahkan untuk cari makan atau beli kebutuhan dadakan. Kalau dilihat-lihat, kamarnya juga nyaman banget. Kebayang dong, habis jalan-jalan yang dipengenin cuma bisa mandi air hangat dan gogoleran di kasur empuk.
Terus pemandangan dari kamar hotel ke kota Magelang juga cakep. Bismillah, bismillah, bismillah, semoga jadi kenyataan bisa menginap di sini!
Louis Kienne Hotel Simpang Lima
Pagi di Magelang, sesiangan di Temanggung, malam hari di Semarang. Udah kayak burung aja, dalam sehari bisa berada di tiga tempat berbeda, hehehe.
Kata mamaku, dulu kami sempat dua tahun tinggal di Semarang. Cuma karena waktu itu masih kecil banget, aku enggak begitu ingat. Makannya, aku pengen coba datang dan menginap di kota ini. Hotel tujuanku adalah Louis Kienne Hotel Simpang Lima. Alasanku memilih hotel ini selain lokasinya yang strategis adalah karena ada infinity pool-nya. Aku pengen banget berenang malam-malam sambil ngelihatin pemandangan kota Semarang.
Enggak tahu ya, berenang dan ngobrol berdua malam-malam tuh kayak kind of sexy activity. Momen yang bakalan intim banget gitu, wkwkwk.
Prime in Hotel Malioboro Yogykarta
Setelah puas jalan berdua, rasa-rasanya kok kepikiran untuk ngajak jalan anak-anak juga ya? Sebagai ucapan terima kasih karena udah kasih kesempatan ke emak dan babehnya untuk mengisi kantong cinta berdua lagi. Gak muluk-muluk harus jauh sih, sekedar staycation aja di Prime in Hotel Malioboro Yogyakarta.
Ya ampun, belum-belum aku kok udah membayangkan binar di mata ketiga anakku yang pastinya bahagia banget setiap diajak nginap di hotel. I wish i can make this dream comes true. Orangtua itu, melihat anaknya seneng aja udah ikutan seneng kok.
Sebagai orang Jogja, aku tahu kalau lokasi hotel ini tuh deket dari mana-mana. Semisal macet, bisa keluar jalan kaki doang buat cari makan atau lihat-lihat Malioboro. Tempat makan enak dan murce disekitaran hotel juga banyak. Uwuwuwu, gak sabar.
Sewa Mobil Dari Tangerang Lewat Traveloka
Seperti yang sempat aku bahas sebelumnya, transportasi utama acara jalan-jalan ini adalah mobil supaya mudah ketika pindah-pindah tempat. Berhubung aku belum punya, sewa adalah pilihan terbaik. Aku pilih sewa mobil di Traveloka.
Beberapa kemudahan yang aku notice ketika sewa mobil di Traveloka :
- Pilihan mobilnya banyak, tinggal pilih mau yang manual atau otomatis
- Bisa pilih kendaraan yang sesuai dengan kapasitas penumpang
- Harganya affordable
Rentang waktu sewanya juga cukup panjang yakni 24 jam. Sangat menjawab kebutuhanku yang akan menggunakannya keluar kota. Mobil yang disewakan pun terawat dan bersih ketika kita terima.
Itinerary LihatDuniaLagi Bersama Suami
Nah, transportasi, hotel, dan tempat tujuan sudah siap. Sekarang saatnya coba-coba menyusun itinerary perjalanan. Ceritanya dimulai dari Tangerang bareng anak-anak terus mampir Jogja dulu. Di Jogja aku harus ramah tamah dengan mertua dan kasih pesan ke anak-anak kalau mereka kudu bersikap baik selama bersama kakek dan neneknya.
Sisanya, baru deh aku uhuy-uhuy sama suami. Yeai !
Hmm… aku jadi pengen tahu deh sama pendapat teman-teman tentang itinerary yang aku susun supaya bisa LihatDuniaLagi bareng Teman Hidup Traveloka? kalau menurutku sih udah cukup kece ya karena bisa booking hotel murah tapi bagus dan keliling ke beberapa kota sekaligus.
Fiuuh, mudah-mudahan mimpi sederhana (((SEDERHANA))) ini bisa terwujud segera ya! Maklum, si sanguins dan plegmatis bener-bener butuh liburan supaya terwujud itu perdamaian. Minta tolong di aamin-kan dums! AAMIINNN, hahaha.
“Yuk ‘#LihatDuniaLagi dan bikin #StaycationJadi’ dengan Traveloka! Langsung meluncur ke Traveloka lewat link ini: https://trv.lk/kompetisi-lihatdunialagi-bloggerperempuan“