Menonton drama Korea hingga saat ini menjadi pilihan saya untuk menghabiskan waktu “me time” di rumah. Sesuatu yang saya yakini juga dilakukan ibu-ibu lain di separuh jagat raya. Terutama sejak pandemi melanda.
Sejauh ini genre drama yang saya tonton enggak jauh dari jenis romantic comedy atau slice of life. Dua genre itu ringan dan mudah dinikmati karena enggak butuh mikir. Please, hidup udah cukup susah tanpa perlu ditambahin tayangan yang menguji kemampuan otak atau jiwa.
Awalnya saya mikir begitu.
Makannya ketika ada beberapa drama yang hype tapi bikin emosi saat nonton, saya tetep lempeng-lempeng aja nggak ikutan. Prinsip itu saya pegang teguh hingga seorang penulis terkenal dari luar negeri ngetweet tentang drakor. Udah gitu isi tweetnya pake muji segala. Mau enggak mau saya kan jadi penasaran. Sebagus apa sih drama korea ini sampai seorang Paulo Coelho, yang bukunya diterjemahkan ke dalam 67 bahasa dan terjual hingga 150 juta kopi, memberi apresiasi?
Yap, drama yang disebut oleh mas, eh, pak Paulo adalah My Mister atau My Ahjussi. Drama yang dibintangi oleh IU dan Lee Sung Kyun ini tayang pada tahun 2018 lalu. Itungannya udah lumayan lama sih. Tapi bagi para pecinta drakor sejati, hal-hal seperti tahun penayangan bukan sesuatu yang penting.
Nah, berbekal cuitan seorang Paulo Coelho, saya pun mencoba untuk menontonnya lewat aplikasi Viu. Pada episode pertama awal, saya merasa kalau tempo drama My Mister agak lambat. Udah gitu, auranya pun suram, menyayat hati. Berat. Sangat bertolak belakang dengan tipikal drama yang saya sukai. Meski demikian, saya tetap mengerahkan segenap tenaga untuk bertahan hingga ending episode pertama.
Dan saya terpikat.
Tanpa sadar, saya lanjut menonton episode dua, lalu episode tiga. Sumpah, kalau enggak ingat bahwa ada suami serta anak yang mesti diurus, mungkin saya udah bablas binge watching seharian full untuk menyelesaikan drama tersebut.
Saya enggak bisa tidur. Saya bahkan membolehkan anak-anak untuk memiliki screentime lebih lama karena saya sendiri tidak sabar ingin segera menamatkan keenam belas episode drama My Mister. Hingga ketika mencapai ending yang begitu…penuh penghayatan, saya tidak lagi heran kenapa drama ini memenangkan Baeksang Award untuk kategori drama terbaik pada tahun 2018. Dan kenapa Paulo Coelho memberikan pujian.
Drama ini…fantastis. Bayangin aja, setelah menonton My Mister, saya memilih untuk menepi dulu dari hiruk-pikuk perdrakoran. Saya masih ingin menikmati sisa-sisa sensasi filmnya. Ternyata, memang dibutuhkan drama yang luar biasa bagus untuk membuat saya menelikung prinsip saya sendiri.
Sinopsis Drama My Mister
Mari berkenalan dengan Lee Ji An (diperankan oleh IU), seorang karyawati kontrak di perusahaan kontruksi yang cukup besar. Pekerjaannya sehari-hari adalah mengurus surat, membagikannya ke karyawan lain, menyusun nota, menyiram tanaman, dan hal-hal lain yang tidak dikerjakan karyawan tetap. Ji An bertubuh mungil, rambutnya pendek dikucir satu, dan tanpa ekspresi. Bibir Ji An selalu terkatup rapat tanpa senyum, dia pun jarang berbicara mengeluarkan suara. Sekali lihat, kita bisa langsung menilai kalau tokoh utama wanita adalah seorang yang kaku, tertutup, dan tidak bersahabat.
Di tempat yang sama, kita juga akan berkenalan dengan Park Dong Hoon (diperankan Lee Sun Kyun). Beliau adalah bapak-bapak berkumis, berusia paruh baya, yang berprofesi sebagai insinyur dan menjabat Manajer Umum. Pak Park ini orangnya kalem, lha wong sempat disembur sama atasannya yang berwajah culas aja doski tetep santai. Coba saya yang digituin, bakal baper dan langsung ngajuin surat resign dah.
Setelah beberapa scene tentang ritme pekerjaan yang rada membosankan, lambat laun kita akan semakin tahu karakter masing-masing tokoh yang ditampilkan. Ji An bisa jadi adalah karakter utama wanita yang kisah hidupnya paling menyedihkan. Sepanjang sejarah drama korea yang saya saksikan. Nasibnya tuh ngenes banget.
Pada pagi hingga sore hari, Ji An bekerja sebagai karyawati kontrak. Kemudian malam hari dia jadi tukang cuci piring di sebuah restoran. Gadis itu selalu membawa pulang kopi sachet yang disediakan di pantry kantor. Saat mencuci piring, dia membungkus sisa-sisa makanan yang tidak dihabiskan. Rumahnya adalah sebuah kontrakan sederhana di ujung gang bagian dalam.
Pada malam hari ketika sudah sampai di kontrakan, dia akan menyeduh kopi sachet serta makan makanan sisa yang tadi sudah dibungkusnya. Sambil menikmati makan malam yang dibungkus kresek, dia harus menghadapi Lee Kwang Il (diperankan Jang Ki Yong), seorang rentenir yang kalau melotot lebih serem dibanding mak lampir. Yap, ibunya Ji An telah meninggalkan gadis itu dalam beban hutang menggunung yang rasanya tak akan pernah mampu dibayar sampai kapanpun.
Dahulu, Ji An diasuh oleh sang nenek yang bisu dan tuli. Neneknya ini sering menjadi sasaran pukul para rentenir bila tak sanggup membayar. Sekarang, moncong sasaran tembak itu beralih ke dirinya. Bahkan sejak episode pertama, kita sudah disuguhi adegan Kwang Il yang memukuli Ji An tanpa belas kasihan sedikitpun. Meski Cuma sesaat, saya memalingkan wajah ketika scene itu terjadi. Saya tak tahan melihatnya.
Penderitaan Ji An tidak selesai sampai di situ. Dia juga berjuang untuk mengeluarkan sang nenek dari tempat perawatan karena tidak lagi mampu membayar. Tengah malam, gadis itu diam-diam membawa neneknya menggunakan troli belanja, keluar dari rumah sakit. Dia juga menyempatkan diri mampir ke sebuah minimarket, membeli popok serta buah untuk sang nenek.
Gambar berubah. Kamera berganti menyorot kehidupan Park Dong Hoon. Sebentar, saya harus bilang kalau Lee Sun Kyun ini meski didandanin jadi bapak-bapak dengan kumis ala Charlie Caplin, aura gantengnya tetep nempel aja. Apalagi waktu denger suaranya yang berat. Duh, damage-nya tuh nyata banget loh Bund. Hati-hati oleng!
Nah, Dong Hoon ini diketahui merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Dua orang kakak laki-lakinya adalah pengangguran dengan segudang masalah. Anyway, Dong Hoon udah punya istri yes. Doski menikah dengan Yoon-Hee (diperankan Lee Ji Ah), seorang pengacara wanita yang cantik dan sukses. Mereka memiliki satu anak laki-laki yang sekolah di luar negeri.
Dong Hoon ini hidupnya ya lumayan ruwet. Dia selalu jadi “anak baik” bagi ibu, dua saudara maupun orang lain di lingkungannya. Kalau dari penerawangan penonton amatir macam saya, Dong Hoon ini hidupnya hampa, monoton, itu-itu saja. Cuman ya itu, dia kaya, punya banyak duit, dan jangan lupakan, ganteng. Catat ini kisanak. Dong Hoon dibandingkan dua kakaknya memang yang paling ganteng. Sehingga enggak heran kalau orang luar menganggap dia sebagai sosok yang sempurna.
Masalah muncul ketika Yoon-Hee, diam-diam menjalin kasih dengan brondong yang merupakan bos-nya Dong Hoon. Awalnya saya juga bingung, enggak tahu kenapa, si bos ini kayak benci banget sama Dong Hoon yang merupakan senior di kampus saat sekolah dulu. Jadi weh dia berasa punya kepuasaan tersendiri bisa bikin istri Dong Hoon belok. Nyebelin banget.
Suatu hari, Dong Hoon tiba-tiba menerima kupon senilai 50 juta won dari atasannya. Lucu banget, karena uang suap ini awalnya ditujukan untuk orang lain, tapi malah nyasar ke Dong Hoon yang selama ini dikenal jujur. Sayang, hal ini diketahui oleh Ji An. Diam-diam, Ji An berniat mengambil uang tersebut untuk melunasi hutangnya.
Emang nasib jadi tokoh utama yang harus selalu menderita, rencana Ji An ternyata gagal. Gara-gara hal ini dia enggak sengaja jadi satu-satunya orang yang tahu tentang perselingkuhan Yoon-Hee dan si bos besar. Menyadari situasinya yang kepepet, Ji An memanfaatkan informasi tersebut.
Namun, bagaimanakah kira-kira kelanjutan rencana Ji An? Karena di tengah jalan, dia menemukan bahwa Dong Hoon ternyata orang pertama yang bersikap sangat baik padanya. Dan Ji An, yang selama ini tidak pernah menerima kebaikan, akhirnya malah jatuh cinta kepada Dong Hoon.
Akankah Ji An membiarkan Dong Hoon bercerai? Atau sebaliknya?
Lee Ji An, The Real Fighter
Jujur, Ji An bukanlah karakter perempuan yang mudah untuk disukai oleh penonton. Sorot matanya tajam menakutkan, bibirnya merengut, auranya murung. Pembawaannya yang sebelas dua belas kayak Dementor ini bukan tanpa alasan. Nyatanya, dia mengalami masa kecil yang berat dan menyakitkan. Ji An adalah anak yang diabaikan sejak kecil. Saat lulus dari sekolah, tak ada satupun yang datang untuk menyelamatinya. Sungguh, hati saya bagai tercubit saat menyaksikan adegan tersebut.
Selama ini dia hanya hidup dengan sang nenek, dan adik laki-laki yang sering kabur menjauh. Hatinya yang begitu sering terluka lama-lama pun mengeras. Ji An tumbuh menjadi gadis muda yang begitu dingin dan memandang kehidupan dengan sinis. Saya paham, dia harus menjadi sekeras batu agar kuat menahan beban yang ditanggungnya.
Tapi saya harus mengakui, Ji An adalah seorang badass. Dia tidak menciut ketika menghadapi pelototan dan ancaman rentenir semacam Kwang Il. Pun dia tidak menangis ketika babak belur dihajar oleh lelaki tersebut. Lalu, dia juga mampu bersikap cuek saat harus berangkat kantor dengan bekas lebam di wajahnya. Ji An memakai kacamata hitam serta menutup telinga ketika karyawan lain bergosip tentang dirinya.
Hal lain lagi, dia mampu memutuskan sesuatu dengan cepat. Mencuri neneknya pulang ke rumah, mengancam si bos besar, serta mengatur strategi bertahan hidup. Dia bahkan sanggup bersikap licik ketika memang perlu. Dia mau melakukan apapun untuk melindungi neneknya. Dan itulah yang membuat saya perlahan-lahan menyukai sosok Ji An.
Bisa dibilang, saya tidak terlalu merasa relate dengan karakter Ji An. Saya adalah seseorang yang agak manja, sulit mengambil keputusan, suka enggak fokus, lemah dan gampang mewek dalam kondisi tertekan. Tapi saya sadar, saya bisa menjadi sosok yang berbeda 180 derajat untuk melindungi orang-orang yang saya cintai. Sama seperti Ji An.
Ujian hidup memang tidak pernah ada habisnya. Ada yang diuji dengan keluarganya, pekerjaannya, lingkungannya, atau bahkan ketiganya. Ya kayak mbak Ji An itu, diuji dimanapun dia berada. Makannya dia enggak mau percaya sama siapapun. Bukan ding, dia takut untuk percaya kalau masih ada orang baik di dunia. Lha si Kwang Il itu dulunya teman baik kok, tapi pas gede jadi musuh juga.
Tapi yang pasti, karena berbeda banget dengan saya yang penakut inilah saya merasa bahwa Lee Ji An itu sangat menginspirasi.
Menikmati Fase Jatuh dan Bangkit Kembali
Dari drama ini saya juga belajar, bahwa menerima fase-fase terkelam dalam hidup adalah suatu proses pendewasaan. Tidak melulu soal Ji An, drama My Mister juga menampilkan cukup banyak kisah hidup kakak-kakaknya Dong Hoon. Bagaimana mereka berdua berjuang menjadi tukang bersih-bersih gedung agar bisa menghasilkan uang digambarkan dengan sangat apik.
Selain itu ada juga kisah salah satu sahabat mereka yang memutuskan jadi Biksu. Padahal si sahabat ini sangat pintar dan punya masa depan cerah. Diceritakan pula kisahnya Jeong-Hui, teman wanita mereka yang membuka tempat bar sepulang dari luar negeri.
Setiap tokoh membawa kisahnya sendiri. Namun satu hal yang menjadi benang merah adalah, mereka semua pernah jatuh pada titik terendah dan mampu untuk bangkit kembali. Ini jadi poin penting karena orang-orang (orang-orang? Aku kaliiiii) seringnya jatuh doang dan susah untuk berdiri lagi. Salut dengan cara writernim menggambarkan para tokoh yang berhasil struggling dengan masalah mereka dan bangkit meski harus melewati fase yang berdarah-darah.
Memuliakan Manusia
Oh iya, lingkungan tempat tinggal Ji An tuh ternyata tipe yang nunjukin neighbourhood goals banget. Pada baek-baek enggak ketulungan gitu. Selama ini Ji An hanya enggak pernah tahu aja.
Seperti saat Jeong-Hui menawarinya tempat bermalam sementara sehingga Ji An merasakan tidak hanya kasur yang empuk dan hangat, tapi juga sarapan serta teman bicara. Atau ketika Ji An diantar pulang ke kontrakannya rame-rame, terus salah satu yang nganterin bilang ke penghuni di situ untuk turut jagain Ji An. *tisu mana tisu*
Momen paling epik barangkali adalah saat nenek Ji An meninggal. Ji An yang juarang banget menangis, nangis sesenggukan di situ. Hatinya patah. Remuk. Orang yang selama ini dia lindungi, alasannya berjuang banting tulang untuk untuk hidup, jangkarnya, tempatnya menemukan cinta tanpa pamrih, telah meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.
Ji An hancur lebur, babak bundas. Sekali itu dia tak lagi mampu memasang topeng wanita yang kuat. Tapi jangan salah, ujian tersebut kini tak lagi dia lewati sendirian. Dong Hoon hadir untuk menemani dan mengurus jenazah sang nenek. Lalu, ketika dilakukan penghormatan terakhir di rumah duka, Sang Hoon si kakak pertama mengeluarkan semua uang tabungan yang dia miliki agar pemakaman nenek Ji An terasa pantas. Dia membeli karangan bunga, makanan untuk ditaruh di altar, serta makanan untuk tamu-tamu yang datang melayat. Sang Hoon merasa sangat bangga bisa melakukan hal tersebut.
Banyak orang hadir untuk menghormati saat-saat terakhir nenek Ji An. Mulai dari tim sepakbola pagi Hugye, teman-teman kantor Ji An, hingga istri Dong Hoon. Ji An yang awalnya amat larut dalam kesedihan menyadari apa yang telah dilakukan Sang Hoon. Dia tampak terpana, speechless. Sedangkan saya yang nonton dari layar udah banjir air mata. *ember mana ember*
Drama My Mister sedikit banyak memberikan nilai-nilai kehidupan yang luar biasa. Terutama tentang bagaimana memuliakan manusia lainnya. Saya jadi teringat sekelumit kejadian belum lama ini, ketika tetangga saya yang sesama perantau, diuji dengan kematian putri satu-satunya secara mendadak. Saya yang waktu itu menjadi orang nomer satu mendapat kabar, langsung menginformasikan ke pengurus cluster, dan kami semua bahu-membahu membersihkan rumahnya, menyediakan perlengkapan penguburan, mengurus tanah makam, mempersiapkan tempat pemandian, hingga memanggil orang yang memiliki keahlian memandikan jenazah.
Semua kami lakukan dengan begitu cepat sehingga pasangan orangtua yang berduka ini tak lagi bingung ketika sampai di rumah dengan menggendong jenazah anaknya. Mereka tinggal mengikuti alur yang sudah diatur dengan sedemikian rupa. Alhamdulillah, setidaknya saya bersyukur sekali karena meski tinggal di pinggiran kota besar, rasa kemanusiaan kami masih ada.
Cinta Tidak Harus Saling Memiliki
Seperti yang sudah saya tulis di awal, drama ini amat menggugah pikiran dan unik. My Mister berbeda dengan tipikal drama romantis lainnya karena mengangkat hubungan cinta yang tidak populer. Ji An jatuh cinta pada Dong Hoon, dia bahkan sudah menyatakannya dengan terang-terangan. Saya rasa, Dong Hoon pun sebetulnya memiliki rasa yang sama untuk Ji An.
Tapi tunggu dulu.
Kalau kita mengharap bahwa Dong Hoon akan bercerai lalu memilih bersama Ji An dan hidup bahagia selamanya, maka kita akan kecewa. Dong Hoon sadar 100% tentang status dirinya, seorang suami, seorang ayah. Bahkan meski sudah dikhianti oleh istrinya sendiri, Dong Hoon tak sanggup untuk melakukan hal yang sama. Dong Hoon juga mencintai Ji An, tapi dia memilih untuk tidak membalasnya. Oh God, Dong Hoon ini bener-bener orang baik, the real gentleman.
Aslinya saya ya gemes banget dengan jalinan cinta mereka berdua. Lha sekedar skinship aja cuman salaman dan pelukan. Momen berduaan paling mentok cuman makan atau ngeliatin rel kereta api. Itupun Dong Hoon selalu mengambil jarak dari Ji An.
Tapi ketika mencapai ending yang dibuat dengan penuh teka-teki, saya jadi sadar banyak hal. Tidak semua orang yang saling mencintai bisa bersama. Dan itu bukan sesuatu yang salah.
Saya juga jadi sadar, bahwa cinta tidak terbatas pada kontruksi sosial seperti pacaran, seks, atau bahkan pernikahan. Bisa jadi kalian saling mencintai, tapi kalau itu artinya harus menghancurkan salah satu hubungan lain yang sudah dibangun secara sah baik menurut hukum agama dan negara, buat apa?
Cinta diantara mereka berdua adalah cinta yang saling menjaga dan mendewasakan. Cinta berhasil mengubah mereka berdua dari sosok yang sama-sama kesepian serta putus asa, untuk bangkit dan menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Seperti yang dikatakan oleh sang nenek kepada Ji An melalui bahasa isyarat, setiap hubungan itu berharga, dan kita mesti membayarnya dengan menjalani hidup bahagia.
Serunya Nonton Drama Korea Pakai Viu
Sebetulnya, saya sudah lama sekali absen dari dunia perdrakoran. Maklum, semenjak menikah dan punya anak pertama, kedua, lalu ketiga, kehidupan saya jadi cukup sibuk. Saya takut kalau nonton drakor bakal kebablasan dan anak-anak enggak terurus. Tapi semenjak pandemi menyerang, saya tidak mampu lagi menahan rasa ingin nonton drakor.
Untung saja suami mengijinkan. Mendukung banget malah. Hahahaha. Dia paham kok kalau saya butuh waktu untuk menepi, me time, melakukan hal-hal yang saya suka tanpa diganggu anak-anak atau kerjaan rumah. Bagi dia, yang penting saya tahu waktu kapan harus nonton, kapan harus megang amanah ngurus rumah dan anak-anak.
Dukungan yang dikasih suami bukan hanya omongan belaka. Buktinya, ketika saya ingin nonton drakor lewat aplikasi dan butuh bayar biaya bulanan, dia ho’oh ho’oh saja. Padahal, untuk biaya bulanan aplikasi ini saya tidak mau mengambil dari uang belanja bulanan, tapi dari jatah jajannya dan dia menerima saja. Gimana saya enggak tambah cinta coba? Oppa-oppa macam Lee Sun Kyun, Lee Seung Gi, dan Lee Lee lainnya mah lewat.
Dari banyaknya aplikasi menonton drakor, saya menjatuhkan pilihan untuk nonton drama Korea di aplikasi Viu. Melalui Viu, kita bisa puas mantengin drama yang diperankan oleh para Ahjussi dan Ahjumma yang bakal bikin pikiran kita ngehalu dan traveling kemana-mana. Juga para eonni yang kelangsingannya menginspirasi kita untuk tidak makan indomie lauk nasi di tengah malam, wkwkwk.
Oh iya, ada beberapa alasan kenapa saya keukeuh untuk memilih aplikasi Viu sebagai sarana streaming drama Korea. Coba saya jembrengin satu-satu deh.
- Setahu saya, satu akun Viu bisa diakses di lima perangkat berbeda. Bisa di laptop, handphone, ataupun Smart TV. Caranya pun mudah, tinggal download aplikasi Viu di PlayStore ataupun AppStore. Jadi, ketika pengennya nonton sendiri, saya pakai hape. Tapi saat ada drama yang kayaknya oke ditonton berdua, saya pakai TV.
- Tidak wajib berlangganan. Kita bisa nonton beberapa drakor tanpa registrasi atau berlangganan premium. Jadi kalau mau cari yang gratisan, pake ini juga bisa meski yang premium pastinya memiliki kelebihan.
- Paket Premium di Viu harganya paling terjangkau. Yap, untuk berlangganan paket Viu Premium kita enggak perlu rogoh kocek dalam-dalam karena bisa didapat dari harga Rp 30.000,00/bulan. Harga ini bisa lebih murah lagi kalau ada diskon. Media pembayarannya pun macam-macam, bisa pakai Gopay juga. Paling seru kalau ada cashback, jadi bisa nonton sambil ngemil cemilan hasil cashback. Nikmat banget.
- Kelebihan Viu Premium bermacam-macam. Kalau kita berlangganan paket premium yang harganya setara dengan dua gelas es kopi itu, kita bisa mendapatkan akses menuju konten premium, tanpa jeda iklan, dan juga bisa didownload. Jadi, dramanya bisa didownload dan ditonton meski enggak ada kuota gitu loh.
- Dramanya LENGKAAAPPPPPP!!! Enggak cuman drakor aja, ada dorama Jepang, anime, dan juga C-Drama. Dijamin bakal puas dan betah banget di rumah pokoknya.
Kesimpulan Akhir
My Mister is a drama that captivating on so many levels. Bagi saya drama ini sangat romantis meski tanpa bumbu adegan-adegan romantis. Hingga saat ini, Lee Ji An masih menjadi karakter perempuan favorit saya karena ketangguhan, kemandirian, serta kebesaran hatinya untuk tidak menyerah dalam kondisi sesulit apapun. Serta keihklasannya untuk mencintai meski tak terbalas. Juga karena kebijaksanaan serta keberaniannya untuk kembali percaya bahwa masih ada orang baik setelah berkali-kali dikhianati.
Well, tidak mudah loh untuk bangkit dan mengatasi trauma. Butuh waktu yang lama memang. Bahkan, diceritakan kalau Ji An butuh waktu bertahun-tahun hingga akhirnya bisa memiliki teman dan bergaul layaknya orang normal. But she did it! Bangga banget akutu saat melihat Ji An akhirnya bisa hidup tanpa membawa masa lalu. Dia berhasil move on, dan melakukan persis yang seperti neneknya katakan, menjalani kehidupan dengan bahagia.
Oh iya, saya juga notice kalau drama My Mister adalah drama yang mendekati kehidupan nyata. Cara berpakaian dan tampilan rumah-rumah di dalamnya kayak bukan settingan. Suasana hangat dan nyamannya terasa sampai ke hati penonton. Ji An yang digambarkan sangat miskin selalu memakai sepatu serta baju yang itu-itu aja. Ini beda banget sama drama Start-Up di mana tokoh utama wanitanya, Seo Dalmi, diceritakan miskin, tapi bajunya gonta-ganti melulu. Pakai bedaknya dari Laneige pula. Kan waguuuuu. Hahaha
Anyway, pokoknya apapun drama korea yang kalian tonton, pesan saya Cuma satu : jangan lupa untuk menikmatinya lewat aplikasi Viu ! Wajib loh yaaa! Wajib!
Last but not least, adakah teman-teman pembaca yang sudah menonton drama My Mister? Boleh dong dibagi sudut pandangnya, tulis pendapat kalian di kolom komen yah!
4 Komentar. Leave new
Huaa jadi mewek mba. Kayaknya aku pernah nonton episode pertama trs kuskip. Hehe. Tapi ternyata bagus ya ceritanya
Delivery terbaik IU sebagai aktris. Karakter Lee Ji-an sesungguhnya punya latar belakang kehidupan yang mirip. Namanya pun mirip ! Nama asli IU adalah Lee Ji-eun dan masa kecil juga diasuh sang nenek bersama adik laki-laki dengan perjalanan yang sama getirnya. Miskin, menanggung hutang, tinggal di kamar sempit yang kumuh penuh kecoak sampai ditipu agen keartisan serta gagal audisi lebih 40x, ditolak agensi besar serta album debut yang gagal di pasar. Konser debut IU di TV bahkan disoraki makian yang sangat buruk. Jadi, sepertinya ini memang relate banget dengan pribadi IU.
Baru aja nonton padahal udah lama banget pengen nonton karena Lee Sun Kyun, my Ahjussi dari sejak Coffee Prince, tapi belum sempet aja. Have no idea kalau drama ini menang Baeksang & ratingnya cukup bagus.
Appreciate IU, aktingnya wah, speechlesd akutu. Setuju banget kalau dibilang relate ma dia, sempet mikir ini nama Lee Ji An emang terinspirasi dari nama asli IU juga kali ya.
Yes, yes, bagus banget, romantis dengan sendirinya tanpa kisseu. Justru kalau Ahjuss nanggalin Ji An malah jadi gak romantis. Kayanya ini masuk top 3 drama fav saya.
*maap typo, maksudnya “nanggapin” ya bukan “nanggalin” hahaha
[…] sekedar bangun dan nyalain laptop untuk buka blog aja kudu ngumpulin tenaga pakai satu episode drakor dulu. Mager to the bone. Belum lagi kalau ditemenin anak-anak, […]
[…] tanpa pengendara untuk sebuah kota yang hendak di bangun. Start-Up masuk ke dalam list salah satu drakor favorit, meski sebagian orang ngerasa endingnya ‘enggak banget’, […]
[…] Baca Juga : Review Drakor My Mister […]