Menjaga bumi itu tidak sulit sebetulnya, hanya butuh sedikit kesadaran, perhatian dan usaha. Persis kayak menjaga pasangan hidup #tsaah
– Madam A –
Sabtu tanggal 25 Januari 2019 kemarin menjadi hari di mana saya tahu bahwa negeri ini masih amat sangat butuh belajar tentang sebuah aturan simpel : buanglah sampah pada tempatnya.
Buanglah. Sampah. Pada. Tempatnya.
Terdengar mudah dan memang mudah. Harusnya. Tapi entahlah, saya bingung karena hari itu saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri sebuah kejadian epic. Ceritanya, hari itu orang-orang dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang ramai-ramai membawa rombongan truk. Bukan, truknya bukan truk berisi grup tanjidor buat ngelamar anak orang. Truk tersebut adalah angkutan…sampah.
Rombongan itu berhenti di tengah jalan, membuat Jalan Raya Cisauk tersendat. Saya yang penasaran akhirnya melambatkan laju motor untuk melihat, sesungguhnya kenapa bapak-bapak dan mas-mas itu terpaksa bekerja di hari libur?
Ternyata oh ternyata, penyebabnya adalah tumpukan sampah yang menggunung di pinggiran jalan sepanjang belasan meter. Mereka ini, bahu membahu mengangkut sampah-sampah yang dibuang oleh entah siapa, ke dalam truk.
Teman-teman yang tinggal di perbatasan Tangerang dan Tangerang Selatan pasti tahu kalau jalan ini kanan-kirinya dipenuhi rumput dan pohon, sejuk sekali. Tapi hari itu, penampakan rerumputan menghilang, diganti oleh pemandangan sampah lengkap dengan baunya. Astaga.
Sekilas saya perhatikan, tumpukan sampahnya tidak hanya berisi sampah rumah tangga, ada juga kulit buah jeruk peras dan kulit durian. Sepertinya sih sisa-sisa jualan. Semua dilempar begitu saja.
Kejadian ini membuat saya kembali teringat dengan sebuah cuplikan tayangan viral yang muncul di twitter. Tentang beberapa anak muda yang sepertinya sedang beberes karena kebanjiran. Anak-anak muda ini berdebat mengenai kasur spring bed bekas yang sepertinya sudah rusak, mau dibuang ke sungai atau disimpan lagi.
Salah satu anak keukeuh untuk membuangnya di sungai. Tapi ada anak lain yang bertanya kalau nanti banjir lagi gimana. Eh terus si anak itu bilang, “Biarin, toh udah banjir ini.”
Hwaa, andai saya ada di sana mungkin anak itu bakal saya cepret pakai karet gelang bibirnya. Udah tahu kalau sampah tuh salah satu faktor utama wilayah mereka banjir. Kok ya masih aja ngeyel untuk buang sampah di sungai, kasur springbed pula yang mau dibuang. Sekali lagi, kasur springbed loh ya. Pasti kebayang kan besarnya seperti apa?
Saya bener-bener enggak ngerti dengan mindset orang-orang yang membuang sampah seenak udel mereka ke pinggir jalan, ke sungai, ke waduk. Biasanya, mereka ini adalah orang yang, ketika bencana banjir terjadi, teriak paling kencang, “Ini pemerintah kemana? Pemerintah kerjanya apa?” Gitu.
Kadang, menyalahkan pihak lain memang cara paling enak untuk dilakukan sih. Nunjuk pihak lain juga lebih mudah, dibanding nunjuk diri sendiri.
Padahal ya, masalah lingkungan itu bukan hanya jadi kewajiban pemerintah aja loh. Masyarakat pun memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaganya. Bersinergi gitu, kerja sama.
Tapi ya harapan cuma harapan, sekedar membuang sampah di tempat sampah saja tidak bisa menjadi habbit. Lalu bagaimana mau mendapatkan suasana yang bersih, asri, dan bebas banjir?
Sedih loh, sudah separah itukah gambaran kesadaran orang-orang kita tentang sampah dan pelestarian lingkungan? Mencintai Bumi, Go Green, atau apalah-apalah itu rasanya seolah hanya menjadi jargon tanpa benar-benar ada penerapan di dunia nyata. Di era millenial saja masih begini, lalu bagaimana dengan lima sampai sepuluh tahun lagi?
Jujur, saya sedih dan kesal sekali terhadap kenyataan ini. Tapi sekedar merasa gemas akan perilaku manusia lain tentu saja tidak cukup. Kita toh tidak memiliki cukup kemampuan dan kekuasaan untuk mengatur orang di luar sana mau bersikap seperti apa.
Meskipun begitu, tidak berarti kita enggak bisa melakukan apa-apa loh ya. Saya ingat sekali dengan peribahasa lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Lebih baik melakukan sesuatu daripada cuma nggambleh (ngomel) doang.
SAAT MUNCULNYA KESADARAN TENTANG SAMPAH
Kesadaran tentang sampah sebetulnya sudah muncul sejak 7 tahun yang lalu. Tepatnya ketika baru saja menjadi ibu. Sebagai ibu dari newborn dan mengurusnya tanpa bantuan pembantu, saya memilih untuk memakai pospak (popok sekali pakai). Saya tidak tahu kalau bayi newborn sering sekali buang air besar, hampir delapan kali sehari. Alhasil popok kotor begitu cepat menumpuk.
Kemudian, mengurusi bayi membuat saya tidak memasak dan memilih beli. Akhirnya supaya mudah saya memilih beli lauk saja di luar. Kadangsehari beli sekali untuk seharian, tapi seringnya sih minimal 2x sehari saya jajan di luar. Setiap makanan yang dibeli, dibungkus memakai kantong plastik sekali pakai. Tidak hanya itu, bungkusan makanan tadi dibungkus lagi dengan kresek supaya mudah dibawa. Seminggu jajan di luar, sampah plastiknya tak terhitung.
Dosa lain yang saya buat ada di dalam kulkas. Hasil keserakahan belanja tanpa rencana. Pola pikir saya saat itu adalah segala macam bahan dibeli dulu, masalah apakah akan dimasak atau tidak itu urusan belakangan. Jadilah tiap membersihkan kulkas, sampah yang saya hasilkan tidak kalah banyak.
Selesai? Tentu saja belum.
Sampah tidak hanya berada di dapur, kamar mandi, dan kulkas. Mari kita tengok ke lemari, baik lemari baju anak maupun lemari baju saya sendiri. Tak perlulah saya jabarkan berapa volume baju terbuang ketika melakukan decluttering. Malu, huhuhu.
MULAI MELAKUKAN SESUATU UNTUK MENJAGA BUMI
Saya mendapatkan edukasi tentang pentingnya pengelolaan sampah mandiri, pelestarian lingkungan, gaya hidup minim sampah, dan hal-hal yang berhubungan dengan itu baru dua tahun belakangan.
Awalnya gara-gara ikut perkuliahan online yang mengangkat tema tentang zero waste lifestyle yang dilakukan oleh komunitas ibu-ibu. Dari sana saya mendapatkan informasi bahwa ternyata semakin banyak orang yang peduli sampah.
Semangat positif dari mereka menulari saya. Perlahan tapi pasti saya pun mulai melakukan sesuatu terhadap sampah yang hasilkan. Tidak sekedar pakai lalu buang dan abai begitu saja.
Saya menyadari kalau rumah menjadi tempat penyumbang sampah yang cukup besar. Karena itulah, pembenahan saya lakukan dari sini. Apalagi saya seorang ibu, saya sadar banget bahwa peran saya diperlukan untuk mendidik anak-anak agar mampu mengelola sampah mereka sendiri.
Saya memahami kalau anak-anak tidak cukup diajari lewat cerita dan kata-kata. Mereka perlu contoh nyata. Mereka butuh orang tuanya memberi contoh. Maka dari itu, sejak pertengahan tahun lalu saya berjuang menerapkan beberapa kebiasaan baik yang sederhana tapi bisa berdampak besar bagi lingkungan.
Apakah teman-teman penasaran?
Yuk simak, upaya-upaya yang saya lakukan untuk menjaga bumi dan keanekaragaman hayati di dalamnya :
A. Menggunakan air dan listrik seperlunya.
Air dan Listrik adalah sumber daya yang amat vital bagi kehidupan kita. Setelah dulu sempat merasakan betapa susahnya hidup tanpa air, saya jadi belajar untuk bijak menggunakannya. Saya juga pernah merasakan mati mapu selama lima hari saat gempa Jogja tahun 2007. Masya Allah rasanya…
Beberapa tips terkait air dan listrik :
- Jika bak mandi mulai kotor tapi air masih banyak, gunakan air untuk menyiram tanaman atau menyikat bak mandi sekalian.
- Cabut charger handphone atau alat-alat listrik yang tidak terpakai
- Setrika seminggu dua kali, listrik lebih hemat
- Gunakan fitur matikan otomatis pada AC. Saya menyalakan AC ketika hendak tidur dan jam 1 mala diset untuk mati sendiri.
B. Kurangi Penggunaan Plastik
Saya memiliki kebiasaan untuk berbelanja di hari minggu ke pasar pagi. Sebelum berangkat, saya membuat daftar rencana memasak selama satu minggu. Dari situ saya jadi tahu apa saja yang hendak saya beli. Dari situ juga saya jadi tahu wadah apa saja yang harus saya bawa ke pasar.
Sepulang dari sana, saya tinggal memasukkan wadah berisi bawang, cabe, bumbu, daging, telur, dan ikan ke dalam kulkas. Praktis. Hal sederhana ini mengurangi resiko terbuangnya bahan pangan, selain tentu saja, minim plastik.
Hal lain yang sudah saya terapkan adalah membawa tas tiap pergi ke minimarket, entah itu tas plastik atau tas slempang. Kalau misalnya cuma jajan barang-barang kecil, biasanya masuk slempang. Saya juga lumayan sering meminta anak-anak membawa jajan mereka sendiri, jadi enggak perlu plastik.
Beberapa tips terkait mengurangi sampah plastik :
- Kalau makan di luar, pesan secukupnya sehingga makanan tidak bersisa dan tidak perlu dibungkus untuk bawa pulang. Hemat di kantong dan lebih sehat juga jika kita makan tak berlebihan.
- Masukan sebuah kotak makan ke dalam tas yang kita bawa setiap pergi. Soalnya saya sendiri kadang suka tiba-tiba tergoda untuk jajan di tengah jalan. Terutama kalau lihat cilok atau empek-empek. *kode*
- Bring Your Own Tumbler!
C. Memilah Sampah
Memilah sampah tuh sederhana banget, cukup dibagi dua antara sampah organik dan non organik.
Alhamdulillah, untuk masalah pemilahan sampah saya sudah naik level karena ada bank sampah di lingkungan saya tinggal. Apa itu Bank Sampah? Bank Sampah adalah sebuah gerakan untuk mengumpulkan sampah-sampah non organik yang bisa didaur ulang ke pengepul. Sebagai imbal baliknya kita mendapatkan nilai lebih atas sampah itu berupa tabungan.
Saat ini sampah-sampah non organik yang saya kumpulkan saya pilah kembali seperti beling, bahan tetra pak, plastik kresek, besi, alumunium, dan masih banyak lagi. Kalau di-breakdown ada sekitar 40an jenis sampah terpilah. Semuanya saya tulis lengkap di artikel From Trash To Cash, Pengalaman Menyalurkan Sampah ke Bank Sampah.
Lalu bagaimana dengan sampah non organiknya? Alhamdulillah saya juga sudah menerapkan pengolahan mandiri untuk sampah jenis ini. Saya tidak terlalu pede untuk melakukan komposter sampah baik dengan ember berlubang ataupun gerabah. Saya khawatir tidak bisa konsisten mengelola sampah tersebut. Qadarullah halaman saya cukup luas, karena itu diputuskan untuk membuat biopori.
Lubang biopori memiliki banyak manfaat loh teman! Lubang ini membantu penyerapan dan penyimpanan air hujan ke dalam tanah. Jadi, kalau hujan enggak kebanjiran, kalau kemarau enggak kekeringan. Lubang ini juga bisa diisi oleh sampah non organik, tanpa perlu menyiram dengan cairan pembentuk kompos, sampah organik akan terurai dengan sendirinya.
Beberapa kali tukang sampah keliling merasa heran kenapa bak sampah saya isinya tidak banyak dan juga minim bau. Saya sih nyengir saja, bersyukur sekali karena residu sampah yang dibawa ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) menjadi lebih sedikit. Lha gimana, yang non organik berubah jadi duit karena setor ke bank sampah, yang organik jadi pupuk di halaman rumah. Hehehe.
Btw, bagi teman-teman yang penasaran dengan cara membuat lubang biopori, silakan berkunjung ke artikel Tutorial Lengkap Membuat Biopori di Rumah. Dalam artikel itu saya sertakan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan serta perkiraan biaya untuk membuatnya. Saat ini, ada 8 lubang biopori sedalam 50-60cm di halaman rumah saya.
Beberapa tips terkait memilah sampah :
- Cara paling mudah untuk memilah sampah adalah dengan menyediakan dua jenis tempat sampah. Satu untuk sampah organik, satunya non organik. Kalau cuma satu, dijamin enggak konsisten.
- Untuk cek apakah ada bank sampah di sekitar kita atau tidak, bisa cek instagram dengan hestek #banksampah(nama wilayah kalian). Kemarin ada yang bertanya tentang bank sampah di Sumbawa. Melalui hestek #BankSampahSumbawa saya menemukan ternyata ada satu bank sampah di kota tersebut.
- Jika tidak ada bank sampah, berikan ke pemulung. Minta si pemulung untuk datang ke rumah mengambil sampah sesuai jadwal, seminggu atau dua minggu sekali misalnya. Emang enggak jadi uang ke kita, tapi setidaknya ini merupakan bentuk sedekah.
- Jika tidak ada komposter atau biopori, teman-teman bisa memberikan sisa makanan ke ayam tetangga (kalau di kampung).
D. Ada Acara di Rumah? Buatlah Konsep Acara Tersebut Minim Sampah!
Sekarang makin menjamur loh acara-acara komunitas yang minim sampah. Maklum, event atau acara enggak disangkal menghasilkan banyak sampah. Mulai dari makanan kotakan, air mineral dalam gelas, tisue, bungkus snack. Banyak!
Semisal acara diadakan di gedung, biasanya sih ada pengelola yang mengurus sampah. Tapi kalau acaranya di rumah, si pemilik inilah yang harus menanggung sampah hasil menjamu tamu-tamu. Kasian kan?
Ramadhan tahun 2019 lalu saya mengadakan acara buka bersama di rumah saya, dengan konsep minim sampah! Aturannya simpel aja sih, teman-teman yang hadir diharapkan membawa gelas, piring, dan sendok sendiri. Alih-alih menggunakan tissue, setiap orang membawa lap.
Alhamdulillah acara tetap berjalan lancar dan seru. Saat selesai, semua membantu beberes dan sampah yang muncul betul-betul minimal, kebanyakan sisa makanan saja. Sampah plastiknya sedikit sekali. Teman-teman juga bisa membawa sisa potluck menggunakan alat makan mereka. Alhasil, tidak ada makanan yang terbuang.
Saya sempat menuliskan pengalaman tersebut dalam sebuah artikel berjudul Mengatur Buka Bersama Minim Sampah. Saya sangat bersemangat mengajak teman-teman untuk menggunakan konsep ini karena sedih dengan fakta bahwa sampah meningkat berkali-kali lipat saat Ramadhan. Ironis.
Beberapa tips terkait konsep acara minim sampah :
- Ada baiknya, kita meminta kerja sama teman-teman untuk bersedia menggunakan konsep acara ini. Harus kita sadari, membawa alat makan sendiri itu terkadang ribet.
- Sebagai tuan rumah, saya tetap menyiapkan peralatan makan, khawatir ada yang tidak membawa.
- Bila hanya memiliki satu galon sebagai sumber air minum, sebaiknya menyiapkan jar-jar kecil yang bisa didistribusikan ke semua tamu.
E. HELLO MENSCUP, GOODBYE PEMBALUT!
Sampah plastik sudah kita bahas, sampah sisa makanan juga, lalu bagaimana dengan sampah sisa datang bulan perempuan?
Pernah dengar tentang jamur yang kalau dimakan bisa bikin fly? Konon katanya, jamur itu tumbuh di sampah pembalut wanita. Hiiii.
Saya termasuk yang lumayan boros dalam pemakaian pembalut. Kalau pas lagi banyak setiap pipis langsung ganti. Terus, supaya enggak tembus kadang pakainya berlapis-lapis, sampai berasa tebel banget. Wkwkwk.
Tapi alhamdulillah, sejak tahun lalu saya sudah beralih ke menscup alias menstrual cup. Menscup ini semacam mangkok kecil yang terbuat dari silikon yang mampu menampung darah haid.
Motivasi terbesar untuk meninggalkan pembalut sebetulnya tidak melulu tentang sampah. Saya sudah merasakan banyak ketidaknyamanan dengan penggunaan pembalut. Gatal, lecet, dan repot membersihkannya. Sekarang sih, udah bhay sama semua masalah itu. HAHAHAHA.*puas*
Menscup ini lumayan debatable juga sih, terutama ketika calon pemakainya masih virgin. Kalau emak-emak kayak saya tentu saja bebas. Selain itu, butuh keberanian yang sangat besar untuk memakai ini.
Untuk yang masih bimbang dengan pemakaian menscup bisa banget berkunjung ke review saya di Pengalaman Memakai Menscup Organicup.
Beberapa tips penggunaan menscup :
- Harganya cukup mahal, jadi teman-teman yang mau beli pastikan betul kondisi tubuhnya seperti apa. Kenapa? Karena itu menentukan ukuran serta bentuk menscup. Banyak-banyak lihat video atau review orang-orang.
- Cari promo, dulu organicup sempat mengadakan promo buy one get one free dan ini lumayan banget.
- Sebelum dicoba pada saat haid, baiknya uji coba untuk pakai dalam kondisi normal supaya tahu paling nyaman dalam bentuk lipatan seperti apa.
F. BELI YANG DIBUTUHKAN BUKAN CUMA SEKEDAR TREND
Sebagai seorang perempuan, saya tahu kalau saya suka belanja. Suka juga mengoleksi barang-barang lucu. Barang yang saya maksud di sini luas banget loh ya, bisa baju, jilbab, sepatu, kalung, buku, you named it. Maka jangan heran kalau lemari suami istri 80%nya terdiri dari wilayah istri dan sisanya suami.
Semakin kesini, saya sadar bahwa kebiasaan itu tidak efisien, untuk dompet ataupun tempat. Membeli barang yang sebetulnya enggak butuh-butuh amat itu pemborosan. Terus kalau ujung-ujungnya numpuk teronggok tak berguna jadi nyampah. Sumpek eui tinggal di rumah yang dikelilingi oleh-oleh barang enggak jelas manfaatnya.
Sekarang saya mulai mengurangi kebiasaan itu. Prinsip saya, beli yang memang perlu. Baju-baju sudah mulai saya kurangi, begitu juga dengan jilbab dan pernak-pernik lain. Sepatu hanya punya dua pasang, sandal pun sandal jepit saja. Kalau mau ganti atau nambah, tunggu sampai rusak atau jebol.
Hal yang sama berlaku untuk anak-anak. Bukan berarti saya pelit ya. Saya justru siap merogoh kocek agak dalam untuk sebuah barang yang memang saya yakin itu awet.
KENAPA SIH KITA HARUS PEDULI SAMA SAMPAH?
Banyak orang tanya, kenapa sih kok Madam sampai segitunya sama sampah? Mau repot-repot milah, ngangkutin sampah ke bank sampah, bikin lubang biopori, bahkan memberanikan diri pakai menscup meski sebelumnya takut setengah mati?
Kalau ditanya kenapa, sesungguhnya saya sendiri bingung. Mungkin karena agama yang saya anut mengajarkan tentang kebersihan dan cinta terhadap bumi yang kita tinggali? Mungkin karena saya ingin ada masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang? Atau mungkin karena saya manusia yang memiliki otak berpikir dan hati untuk merasakan?
Mungkin karena saya merasa bersalah pada tukang sampah yang harus mencium bau atas sampah-sampah yang saya hasilkan? Mungkin karena saya tahu bumi ini sudah begitu ringkih karena harus menanggung beratnya sampah?
Atau mungkin, saya merasa bahwa inilah salah satu hal kecil yang bisa saya lakukan untuk membuat bumi tetap nyaman ditinggali. Entahlah, saya hanya merasa bahwa yang saya lakukan adalah hal yang benar. Oleh karena itu, saya tidak akan segan mengajak teman-teman untuk menumbuhkan kepedulian yang sama 🙂
MENGENAL MSIG, ASURANSI UMUM YANG PEDULI PADA LINGKUNGAN
Tentang MSIG
Sebagai perusahaan asuransi terkemuka yang didirikan dengan perspektif jangka panjang, MSIG bertujuan untuk menawarkan solusi asuransi yang efektif, efisien dan mudah dipahami; disampaikan dengan layanan yang aktif dan tulus. Di seluruh kawasan regional, ada 4.300 karyawan siap melangkah lebih jauh untuk menambahkan nilai pada bisnis dan gaya hidup pelanggan dan menginspirasikan keyakinan pada mereka.
MSIG didukung oleh dasar yang kokoh dan warisan yang kaya dari Asuransi Mitsui Sumitomo Company, Limited, sebuah perusahaan asuransi yang telah mapan dengan peringkat keuangan yang kuat dari lembaga pemeringkat terkemuka, termasuk Standard & Poor’s dan Moody`s. Saat ini MSIG adalah salah satu dari sedikit asuransi umum asing yang memiliki perwakilan di setiap negara ASEAN, bukti dari kekuatan dan jangkauannya. MSIG juga mendapatkan manfaat sebagai bagian dari dari MS&AD Insurance Group – salah satu kelompok asuransi umum terbesar di dunia.
Memanfaatkan multi-kanal distribusi, kemitraan yang kuat dengan perantara dan jaringan geografis yang luas, MSIG menawarkan berbagai solusi asuransi personal dan komersial. MSIG membangun dan membina hubungan jangka panjang, membangun kemitraan yang erat di segala situasi.
Tentang MSIG Holdings (Asia) Pte. Ltd. (“MSIG Asia”)
Berlokasi di Singapura, MSIG Asia adalah perusahaan induk regional dan anak perusahaan dari Mitsui Sumitomo Insurance Company, Limited yang tergabung dalam MS&AD Insurance Group. MSIG Asia dipimpin oleh Chairman, Mr. Hideyuki Tanaka, dan Regional CEO, Mr. Alan J. Wilson.
Tentang Mitsui Sumitomo Insurance Company, Limited (“MSI”)
MSI merupakan hasil penggabungan antara Mitsui Marine & Fire Insurance Co., Ltd (“Mitsui Marine”) dan Sumitomo Marine & Fire Insurance Co., Ltd. (“Sumitomo Marine”) pada bulan Oktober 2001. Mitsui Marine and Sumitomo Marine merupakan perusahaan asuransi non-jiwa terkemuka dengan catatan sejarah yang panjang, dimana Mitsui Marine telah didirikan pada tahun 1918 dan Sumitomo Marine pada tahun 1893.
MS&AD Insurance Group Holdings, Inc (“MS&AD Holdings”)
Dianugerahi ‘General Insurance Company of the Year’ oleh Asia Insurance Review pada tahun 2011, MS&AD Holdings dibentuk pada April 2010 dari integrasi bisnis antara Mitsui Sumitomo Insurance Group Holdings, Inc, Aioi Insurance Co. Ltd. dan Nissay Dowa General Insurance Company Co. Ltd. Saat ini, MS&AD Holdings adalah salah satu kelompok asuransi umum terbesar di dunia yang terdapat di 39 negara dan wilayah, 14 di antaranya berada di Asia. Berbasis di Jepang, MS&AD Holdings aktif pada lima bisnis utama, yaitu asuransi non-jiwa domestik (Jepang), asuransi jiwa domestik (Jepang), bisnis di luar negeri, usaha jasa keuangan dan bisnis pengelolaan risiko.
MSIG Indonesia
PT. Asuransi MSIG Indonesia merupakan bagian dari MS&AD Insurance Group, kami adalah perusahaan asuransi umum patungan terbesar di Indonesia yang telah beroperasi selama 40 tahun dan terus-menerus berkembang setiap tahunnya.
Saat ini MSIG sangat fokus pada program Sustainable Biodiversity di Indonesia. Banyak hal yang akan dilakukan dalam program ini, diantaranya melakukan penghijauan kembali, dan edukasi keanekaragaman hayati pada anak-anak sekolah. Semua dilakukan untuk kembali menjaga bumi kita. Teman-teman bisa melihat sekilas videonya di bawah :
Nah, jai kepo nih sama teman-teman. Barangkali perjuangan teman-teman dalam nejaga bumi lebih militan dibanding saya, yuk sharing di kolom komen bawah 🙂
1 Komentar. Leave new
Saya setuju sekali. Hal yang penting bagaimana rumah tangga dan seluruh anggota keluarga memahami hal ini. Kelihatan sederhana sih, tapi sangat penting. Sekiranya seluruh keluarga bisa berfikir demikian, seperti teteh; mungkin bumi yang kita tempati akan baik-baik saja.
[…] hari nyterika juga kali ya. Kan emang salah satu tips menghemat listrik tuh dengan merapel kegiatan nyetrika, enggak yang tiba-tiba asal colok dan cabut dalam waktu […]