Akhirnya, salah satu resolusi tahun 2020 untuk membuat lubang biopori bisa di unlocked juga. Yeah!
– Madam A –
Halo halo Assallammuallaikum semua! Sudah memasuki pertengahan bulan Januari nih, nggak kerasa ya. Terus, gimana dengan resolusi? Alhamdulillah, beberapa resolusi kehidupan di tahun 2020 mulai terlaksana satu per satu.
Nah, mengelola sampah lebih baik jadi salah satu resolusi saya tahun ini dan (semoga) tahun-tahun selanjutnya. Resolusi ini semakin kuat setelah kita tahu kalau Jabodetabek habis-habisan dihajar banjir saat tahun baru. Sebuah bencana yang menyisakan banyak kehilangan dan kesedihan bagi keluarga terdampak.
Banyak orang mengatakan bahwa sampah yang tidak dibuang pada tempatnya, konon jadi penyebab. Meski begitu, kita tidak lupa kalau cuaca juga menjadi salah satu faktor pendukung. Daripada sekedar nyalah-nyalahin pemerintah atau Tuhan, gimana kalau kita bikin perubahan mulai dari diri sendiri?
Sejak pindah ke Cisauk, saya mulai belajar untuk memilah sampah dan menyetornya ke Bank Sampah. Hal ini membuat tumpukan sampah rumah tangga di bak depan rumah berkurang jauh volumenya. Apalagi sampah organik juga bisa dibuang langsung ke kandang ayam peliharaan tukang.
Tapi, sebentar lagi perumahan jadi. Ayam-ayam akan disingkirkan. Ini artinya saya harus mencari alternatif lain untuk mengolah sampah organik. Sempat kepikiran bikin komposter, tapi kok ragu-ragu karena maintanance-nya agak sulit. Tapi saya enggak patah semangat dong, saya mencoba cari solusi lain dan ketemulah sama Lubang Biopori.
Sebetulnya udah lama dengar tentang ini, tapi waktu itu ya belum terlalu ngeh. Belum terlalu sadar dan paham tentang pengelolaan sampah mandiri. Awalnya tahu tentang Biopori karena liat postingan stories dia. Ceritanya dia manggil tukang yang bisa bikinin lubang biopori di rumahnya. Saya tanya-tanyalah si teman ini.
Saya udah berniat banget buat bikin begitu pindah, tapi sayang sekali si bapak tukang hanya melayani pembuatan biopori sekitar Bintaro saja. Beliau enggak mau datang ke Cisauk, huhuhu, syediiihh. Padahal ya Bintaro-Cisauk tuh enggak jauh-jauh amat loh.
Kemudian, saya mendapatkan seorang guru mengaji yang ternyata pejuang zero waste. Saya memanggil beliau dengan sebutan umi karena usia kami berbeda hampir separuh. Umi ini kemana-mana bawa botol minum dan kantong kain. Beliau juga yang menjadi relawan Bank Sampah di lingkungannya.
Umi cerita kalau dia juga membuat lubang biopori di rumahnya. Lubang itu membuatnya enggak pusing memikirkan tempat untuk membuang sampah organik. Dari cerita Umi-lah semangat saya untuk membuat biopori sendiri semakin berkobar.
APA ITU LUBANG RESAPAN BIOPORI?
Anyway, dari tadi saya nyebut tentang biopori tapi jangan-jangan teman-teman masih belum paham apa itu biopori nih? Wah, jangan sampai dong ya. Coba saya tulis ulang penjelasan mengenai biopori, sumbernya dari Wikipedia yah.
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir Raziudin Brata, salah satu peneliti dari Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah. Teknologi sederhana ini kemudian disebut dengan nama biopori.
Manfaat Membuat Biopori
Ada banyak sekali manfaat yang bisa didapat dari membuat sebuah lubang biopori. Diantaranya adalah :
- Membantu tanah ‘menabung’ air. Tanpa biopori, area tanah berdiameter 10 cm hanya memiliki luas bidang penyerapan 78 cm persegi. Namun dengan adanya biopori dengan lubang berdiameter 10 cm serta kedalaman 100 cm, berdasarkan perhitungan geometri tabung sederhana akan didapatkan bahwa lubang akan memiliki luas bidang penyerapan sebesar 3.220,13 cm2 . Berkali-kali lipat banget kan?
- Mengurangi resiko terjadinya genangan air. Yaiyalah, airnya jadi lebih cepat terserap ke dalam tanah. Selain itu, air yang tersimpan juga dapat menjaga kelembaban tanah walau di musim kemarau sekalipun.
- Mengubah sampah organik menjadi kompos. Lubang biopori itu tidak hanya dibiarkan kosong begitu saja loh genks, kita bisa banget mengisinya dengan sampah organik. Itu loh, sampah sisa makanan, sisa memasak, seperti kulit buah-buahan, tulang belulang, nasi, bawang, dll itu. Tinggal masukin sampah ini ke dalam lubang lalu bergantian tambahkan sampah dedaunan kering, dengan sendirinya sampah ini akan berubah jadi kompos.
- Menyehatkan tanah. Secara logika, tanah yang memiliki cadangan air cukup serta terisi kompos menyebabkan aktivitas organisme dan mikroorganisme tanah meningkat. Dua hal ini memiliki peran penting dalam ekologi.
Lubang biopori dapat dibuat di mana?
Biasanya sih bikin di halaman ya, terutama kalau memang rajin diisi sampah organik.
Biopori ini juga bisa dibuat di area yang sempit. Saya sendiri rencanya mau bikin dengan jarak satu meter tiap lubang. Baca-baca, biopori juga bisa banget dibikin di area yang tertutup semen. Di jalanan kampung juga bisa, efektif mengurangi genangan.
AKHIRNYA, BERHASIL MEMBUAT BIOPORI SENDIRI!
Alhamdulillah, hari senin tanggal 13 Januari 2020 kemarin cita-cita mulia ini akhirnya terwujud juga. Saya berhasil membuatnya! Seneng banget ya Allah.
Ternyata membuat biopori sendiri cukup mudah asalkan peralatannya lengkap. Waktu yang diperlukan juga tidak lama, maksimal sejamlah kalau tanahnya enggak penuh batu.
Supaya lebih mudah, saya jembrengin detail tutorial membuat biopori sendiri di rumah yah! Cekidot!
Alat & Bahan Untuk Membuat Biopori di Rumah
Alat Bor Biopori
Ini adalah yang paling penting dan utama (eh, semua alat dan bahan penting ding). Alat bor yang saya pakai modal pinjem ke Umi, ehehehe. Dibilang enggak modal juga enggak papalah, soalnya ini juga masih uji coba kan. Kalau temen-temen pengen punya sendiri, coba cek toko bahan bangunan atau online shop. Kemarin di Tokopedia ada, harganya sekitar 200-300ribu.
Sedikit tips, satu alat bor bisa dipakai beramai-ramai, mending sekomplek punya satu deh. Atau patungan sama temen-temen lain yang juga berkeinginan membuat lubang biopori di rumah.
Pipa Biopori Beserta Tutup
Benda kedua yang tidak kalah penting adalah pipa sepaket dengan tutupnya. Lebar pipa yang saya beli 3inch, panjangnya sekitar 50cm. Jadi sebelum beli pipa, saya nekat meminta suami untuk melubangi tanahnya dulu dengan alat bor.
Soalnya saya khawatir, di tempat saya kayaknya kedalaman yang bisa ditembus enggak sampai satu meter. Ternyata benar, mentok di angkat 40an sentimeter aja, nabrak batu. Tangan suami sampai panas karena muter alat bor kenceng banget, huhu kasian.
Untungnya suami enggak nyerah, batu-batu itu dipecah pakai palu dan batang besi. Besoknya saya pergi ke toko bangunan. Di sana pembelian pipa per empat meter. Bisa sih kita beli setengahnya, tapi lebih mahal. Pipa sepanjang 4 meter itu harganya 85ribu. Saya minta dipotong per 50 cm, akhirnya jadi 8 buah. Yeai!
Nah, enggak cuma pipa, kita butuh tutupnya juga supaya si lubang tidak dimasuki hewan-hewan berbahaya. Tutup lubang kalau bisa yang berlubang juga, hahaha sampe kerasa aneh sendiri nulisnya.
Toko bangunan yang saya datangi tidak menyediakan pipa yang sudah dibolong. Qadarullah saya punya bor, jadi ya sudah saya lubangi sendiri di rumah. Cepat dan cukup mudah kok, sepuluh menit untuk melubangi satu pipa.
Misal teman-teman enggak mau repot, bisa juga cari di market place untuk beli yang sudah ready. Harganya variatif, tergantung mau beli yang langsung semeter atau lima puluh senti aja. Ini contohnya :
Sekop/Sendok
Ini sih opsional aja ya. Kalau enggak punya sekop kecil pakai sendok, kalau enggak punya sendok ya pakai tangan.
Cara Membuat Lubang Biopori
Kalau peralatan dan perlengkapan sudah siap, yuk kita mulai aja. Perhatikan step-stepnya yaa!
- Basahi tanah dengan air agar lunak sebelum dibor.
- Buatlah lubang dengan bor, diameternya sekitar 10-30cm dan kedalamannya sekitar 50-100cm.
- Masukan pipa yang sudah dilubangi sebelumnya kedalam lubang.
- Kembalikan tanah ke sela-sela pipa.
- Tutup.
- Selesai!
Nah, lubang sudah siap untuk diisi oleh sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa-sisa makanan serta daun-daun atau rumput kering.
Saya belum sempat isi sih, karena tulang-belulang biasa diambil kucing dan sisa nasi masih dimakan ayam. Jadi kalau pada nanya apakah lubang ini akan menghasilkan bau, jujur saya belum tahu. Huhu, maafkan.
Soon tulisan ini akan di update lagi. Gimanapun saya juga masih belajar tentang perawatan biopori serta pengolahan sampahnya. Insya Allah setiap perubahan yang terjadi akan saya tulis lagi di sini, tenaangg!
Sementara yang bisa saya laporkan adalah halaman tidak lagi tergenang. Air menyusut ke dalam tanah dengan cepat meski hujan turun sangat deras.
Total Biaya yang Diperlukan
Karena sebelumnya suami memang punya peralatan tukang, kami jadi bisa meminimalisir pengeluaran untuk membuat biopori di rumah. Apalagi alat bor-nya modal pinjam, hehe.
- Pipa 3 inch 4 meter : Rp 85.000,00
- Tutup @8000 *8 buah : Rp 64.000,00
- Total : Rp 149.000,00
Dengan harga segitu saya bisa mendapatkan 8 buah pipa. Masih cincai-lah ya. Kalau harus beli alat bor jelas lebih mahal tapi worth it kok, manfaatnya jelas begitu besar buat lingkungan.
YUK, IKUTAN LUBANG RESAPAN DI LINGKUNGAN KITA!
So, itu dia cerita lengkap pengalaman saya membuat biopori di halaman rumah. Semoga tulisan ini bisa membantu teman-teman untuk mendapatkan insight baru tentang pengelolaan lingkungan dari rumah. Semoga bisa menginspirasi dan menyemangati teman-teman untuk melakukan perubahan juga.
Bumi sudah tua, jangan sampai kita meninggalkan masalah ke anak cucu kita. Mari kita jaga dan rawat bumi ini dengan cara paling sederhana yang kita mampu, demi masa depan yang lebih baik.
Sampai bertemu di tulisan berikutnya, semoga bermanfaat!
31 Komentar. Leave new
Madaaammm… terniat emang dirimu ituh hahaha.
Pas banget tuh masih ada tanah kosong di halaman, di tempat tinggal kami semua udah di semen.
Saya hanya bikin semacam kotak buat bikin kompos gitu, isinya dedaunan.
Jadi sampah organik saya taruh di situ terus ditutup daun biar nggak mengundang lalat atau hewan lainnya.
Biar nggak bau kayaknya kudu ditutup sesuatu tuh, bahaya juga kalau bau mengundang lalat dan tikus, malah bikin penyakit 😀
Keren mbak, memang tidak bisa dipungkiri biopori ini sangat penting jadi salah satu solusi yang bisa dilakukan terutama di daerah rawan banjir. Agar air hujan bisa tetap meresap ke dalam tanah lebih cepat.
Ga kepikiran sama metode ini, sangat bermanfaat banget nih, apalagi kalau hujan sudah mulai sering datang, pastinya ini dapat membuat lahan ga sering terendam.
Aku pernah liat video drainase vertikal ya ada tabung2 begini. Katanya di Jakarta mulai banyak diterapkan. Mungkin itu ya yang disebut dengan biopori.
Tutup pipanya sudah berlubang dari tokonya atau bikin sendiri alias dilubangi pakai bor punya suami? Saya jadi pengen juga, nih. Agar ada tempat untuk buang sampah dapur yang organik. Biasanya buang sisa tulang ke luar di bawah kebun agar dimakan kucing atau anjing tetangga. Kalau sisa nasi cukup untuk ayam peliharaan, sisa kupasan sayur atau bahan dapur biasanya ke kebun.
Cuma baru sadar, gak punya peralatan untuk bikin biopori.
Semoga ada rezekinya untuk lakukan perubahan demi bumi. Saya salut pada upaya Mbak Ajeng,
Ah kangen rumah mama saya, halamannya besar jadi mudah dibikinin macam-macam.
Ada lubang kotak gede di belakang, buat buang sampah organik.
Terus dulu mama saya pelihara ayam dan bebek, jadi makanan sisa udah ada yang nungguin hahaha.
Tulisannya bermanfaat banget, sekaligus menginspirasi juga untuk membuat lubang biopori di rumah. Sayangnya di perumahan kami tanahnya berbatu, tapi mungkin nanti bisa diakali juga. Ada batasan maksimal biopori ga ya untuk satu halaman rumah begitu?
Wah menarik ini Mbak. Noted ah.
Pernah kusarankan ke ayahku tapi beliau menjalankan dengan caranya sendiri, tidak pakai sampah organik dan pipa-pipa. Jadinya cepat menggenang. Padahal sudah kukasih teori biopori. Mau praktik sendiri gak enak nanti beliau gak berkenan. Tapi tulisan ini menyemangati untuk mencoba lagi di lain waktu, mungkin ayahku berkenan saat itu.
Wahhh keren nih mbaknya..
dah berhasil bikin biopori sendiri..
Saya kapan ya heheheh
boleh juga nih direncanakan, soale banyak manfaatnya.
Waaah Mba Ajeng, saya senang banyak blogger yg menulis hal-hal bermanfaat tentang ini. Dulu waktu masih aktif sebagai mahasiswa dan magang di berbagai organisasi lingkungan hidup, saya sering gabung sebagai penyuluh, khususnya mengajarkan cara pembuatan biopori ke desa-desa di berbagai pelosok Bogor, juga di perkotaan nih yg penting. Terima kasih mba sudah ikut campaign positif, salah satu cara cerdas menyelamatkan lingkungan kita.
Nah, saya malah baru tahu tentang bipori dari postingan Mbak ini. Manfaatnya banyak banget ya Mbak, terutama bisa mengatasi kenangan eh genangan air plus bisa mengubah sampah organik jadi kompos. Jadi tertarik juga nih bikin bipori untuk lahan di depan rumah. Apalagi pembuatannya juga nggak sulit-sulit amat dan biaya yanh dikeluarkan pun masih terjangkau.
Halaman rumah saya belum bikin biopori. Tetapi, di halaman ada tempat sampah besar dari bekas drum plastik. Tempat sampahnya hanya diisi sampah sayur, buah, dan daun-daun dari halaman. Nanti dipakai untuk pupuk.
Gak bikin bau meskipun gak ditutup sama sekali. Kata suami saya, itu karena gak ada sampah hewani (tulang, daging, dll). Biasanya kalau ada sampah hewani selain bikin bau juga lama-lama timbul belatung
Sek aku mikir nggae biopori nde ndi yo wkwkwk, aku patungan buat alat bor bioporinya dong mba ajeng haha.
Keren amat siii mamak kece satu ini, semoga kegiatan simple tapi bisa berdampak banyak untuk umat yaa
Waaahhhh hebat. Salut banget sama Mba. Ini saya tinggal di Cibinong, dari ujung ke ujung sudah di semen nih, secara ukuran rumah minimalis, bahkan nggak ada lahan tanah yang saya punya. Saya pernah kepikiran buat lubang biopori juga tapi ternyata nggak ada lahannya. Mungkin saya akan coba beralih ke cara lain ya.
Sedihnya Bank Sampah di sini pun nggak jalan. Ada bangunan semacam pos kecilnya saja yang selalu tutup.
Sementara masih pake resapan yang dibuat oleh pihak pesantren sih karena saya tinggal di area pesantren.
Next kalo udah tinggal di rumah sendiri pengen juga bikin lubang biopori nih
Biopori ternyata banyak manfaat dan mudah dibuar serta alat pembuatannya juga murah. Ah seandainya saya punya rumah sendiri, saya mau juga bkin biopori di halaman
Perlu di galakkan nih di tiap RT lha minimal agar lingkungan tidak cepat banjir.
Klo kesadaran membuat biopori ini sufah berjalan di masyarakat, saya yakin makin mengecil cakupan banjir yang ada.
Juga tanah sekitar jadi lebih subur dan hijau sehingga oksigen pun bisa terus dihasilkan dari pohin2 yangbada sehingga lingkungan jadi lebih sehat.
Gitu kan ya kak?
Perlu di galakkan nih di tiap RT lha minimal agar lingkungan tidak cepat banjir.
Klo kesadaran membuat biopori ini sudah berjalan di masyarakat, saya yakin makin mengecil cakupan banjir yang ada.
Juga tanah sekitar jadi lebih subur dan hijau sehingga oksigen pun bisa terus dihasilkan dari pohon2 yang ada sehingga lingkungan jadi lebih sehat.
Gitu kan ya kak?
Bicara resapan air, saya pakai sumur resapan dan sangat menanti hujan mulai bulan Oktober-Desember. Desember sudah musim hujan, tapi air yang meresap masih sedikit. Begitu resapan sampai ke bawah, baru deh, sumur yang awalnya kering jadi kewalahan menyimpan air. hehehehe.
Begitual. Sudah lama kepikiran bikin biopori. Tapi ditunda terus karena alasan dana. Ternyata masih terjangkau, ya.
Wuiiihh mantab jiwa udah bikin biopori di rumah. Ternyata praktis ya udah bisa langsung beli aja pipanya gtu. Btw komplek rumahku kan tinggi nih mbak, dibanding rumah yg lain, malah di atas atap rumah tetangga komplek bawahku, jd kalau kebanjiran kan kemungkinan besar kecil, itu perlu juga gak ya kira2 bikin bioopori? Atau sebaiknya gak usah, cukup rumah yang di bawahku aja ya yang semestinya punya?
Wah mba tinggal did cisauk? Migrasi ke daerah pinggiran buat kreatif yac mba…. Salut deh mba Dan Karen….
Wah menginspirasi banget, sesuai dengan arahan pak gubernur tentang membuat area resapan dan lubang biopori sendiri di rumah. Tapi sayangnya gak semua rumah punya lahan dalam bentuk tanah yang cukup. Kebanyakan lahan udah disemen, Selain itu agak repot jg harus jebol jebol semen lagi.
Makanya solusi ini jarang banget diaplikasikan sama penduduk jakarta, karena area lahan rumah yg sempit dan halaman full dibeton.
Rumahku ada lahan kurang lebih 2×1 buat tanah sekedar buat nanem dan area belakang dibuat paving blok biar air bisa meresap
Aku jadi googling membuat biopori jika lantai alias halaman semua sudah di semen, soalnya halamanku sempit dan untuk menambah space ruangan jadi di semen deh. Ternyata hanya butuh space tanah sedikit sudah bisa membuat resapan biopori…keren lho, andai setiap rumah punya biopori, setidaknya bisa membantu menyerap air saat hujan jadi tidak terbuang. Makasih mbak informasinya, aku jadi mulai mikirin resapan air di rumah nih.
kapan-kapan ah aku buat juga, kayaknya cocok buat tanah menjadi subur dan bisa ditanami berbagai tanaman
Membuat biopori ini mudah sebenernya. Dulu waktu walkot Bandung masih RK, program pertama yang paling kerasa bahkan sampai ke rumahku ya pembuatan lubang biopori ini. Alhasil genangan hilang.
Melihat banjir terjadi dimana2 , bukan tidak mungkin di lingkungan rumahku nanti pun bisa terkena apabila kitae tidak menjaga lingkungan. Baru berpikir membuat biopori, nah mba kasih informasinya lengkap nih, biayanya juga terjangkau.. kebetulan halaman masih ada tanah, pas deh nanti dicoba.. maksudnya suami yang bikin hehehhe
Wah mbak senang bisa baca ini..
Aku juga lagi mau buat ni..
Cuma bibgung, tanah di rumah sempit…
Itu minimal buat brp lubang sih?
wow .. keren sharingnya. Ternyata cara pembuatannya simple ya … Jadi pingin nyoba.
Sebelumnya tahunya udah terpasang aja, nggak ikutan bikin, hehe …
Masha Allah mba terrrniat banget lah bikin biopori segala 😍
Lengkap lagi tulisannya
Smoga aksi kecil bisa membawa dampak besar ke depan ya 😍
Baru tahu nih biopori ini bisa dimasukin sampah. Kupikir buat nampung air hujan doang. Mantap banget nih Madam bikinnya
Keren sekali ulasannya, Mbak. Lengkap dan detail. Saya jadi pengin juga buat lubang biopori ini. Selain ada tempat buang sampah, lingkungan bersih, juga jadi ada lubang resapan air. Jaga-jaga pas hujan turun ya, Mbak. Biaya pembuatannya juga tidak terlalu mahal. Terima kasih sharingnya, Mbak Ajeng.