Kalau dipikir-pikir, membuat acara yang minim sampah tuh sudah dilakukan orang jaman dulu.
– Madam A –
Assallammuallaikum
Halo! Bagaimana kabarnya di hari kelima ramadhan ini? Sudah membuat menu apa saja? Tilawahnya sudah sampai mana? Masih suka marah-marah? Masih hobi mantengin akunnya lambe turah? Atau justru sedang emosi berat baca curhatan mas-mas/bapak-bapak menyebalkan di instagramnya cermin lelaki?
Maafkan pertanyaan yang random ini ya. Kelihatan banget kalo saya lagi agak stress. Meski begitu, saya cukup yakin diam-diam kalian pasti menjawab pertanyaan saya meski dalam hati. Iya kan? Udah iyain aja biar saya senang, wkwkwk.
Anyway, beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah artikel yang berjudul : Sampah Jakarta Bertambah 864 Ton Pada Hari Pertama Ramadhan.
Kemudian saya langsung sesak nafas.
Membayangkan sampah sebesar satu ton saja saya enggak sanggup, lha ini sampai delapan ratus ton lebih. Saya jadi berandai-andai, misal sampah sebanyak itu diganti dengan uang recehan lima ratus rupiah, bakal cukup enggak ya buat bayar hutang-hutang negara kita? Jangan-jangan malah sisa, hihihi.
Lalu, pertanyaan lain yang muncul setelah membaca artikel tersebut antara lain: Kenapa ya di bulan Ramadhan ini jumlah sampah justru mengalami peningkatan? Padahal ini adalah bulan di mana kita seharusnya menahan hawa nafsu.
Well, memang sih kita menahan diri untuk enggak makan dan minum sejak subuh sampai maghrib. Tapi ketika hendak berbuka itu loh, rasanya kayak singa lepas dari kandang. Lapar mata sampai segala macam dibeli.
Terbukti, pihak pengelola bantar gebang mengatakan kalau kenaikan volume sampah berasal dari tempat-tempat perdagangan takjil dan pasar kaget.
Tidak hanya tentang jumlah sampah yang membludak, masih ada kabar menyedihkan lain terkait hal ini. Ternyata, negara kita adalah penyumbang sampah plastik terbesar kedua yang dibuang ke laut.
Saya kok ngilu. Miris banget saat tahu negara kita berprestasi dalam hal mengotori bumi. Jadi bertanya pada diri sendiri, jangan-jangan sebagian kecil sampah yang dibuang ke laut itu merupakan sampah saya. Alamakjang, makin merasa berdosa, huhuhu.
MEMAHAMI SAMPAH DALAM ANGKA
Dari laman waste4change.com saya mendapatkan angka-angka yang menarik sehubungan dengan sampah. Menurut sebuah studi 2015 yang diselenggarakan kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, orang-orang di Jakarta menghasilkan 175.000 ton sampah setiap hari.
Seratus.Tujuh.Puluh.Lima.Ribu.Ton.Sampah. Fantastis.
Dari semua sampah itu, hanya 7,5% yang didaur ulang, 5% dibakar, 8,5% tidak dikelola, 10% dikubur, dan sisanya 69% terakumulasi di TPA. Kalau dihitung pakai kalkulator, kurang lebih ada 120.750 ton sampah yang menumpuk di sana. Total hanya 13.125 ton yang dikelola kembali menjadi barang yang berguna.
KENYA, NEGARA MINIM SAMPAH DI BUMI AFRIKA
Saya sangat takjub ketika mengetahui bahwa negara yang sangat ketat dalam hal melarang warganya memakai tas plastik sekali pakai adalah Kenya.Enggak main-main, ancaman hukuman untuk orang-orang yang melanggar menggunakan plastik sekali pakai adalah penjara.
I was like, really?
Yes bebs, ini beneran. Setegas itu pemerintah Kenya melakukan revolusi sampah di negaranya. Saya jalan-jalan ke Youtube dan melihat bagaimana aparat kepolisian melakukan inspeksi mendadak ke pasar-pasar. Mencari para pedagang atau pembeli yang masih ngeyel memakai plastik sekali pakai.
Dari video yang sama saya mengetahui kalau sebelumnya negara ini memang bermasalah sekali dengan sampah plastik. Benda itu ada dimana-mana, di jalan, di pohon, di dalam got, everywhere. Mengotori lingkungan . Menyebabkan banjir, dan menjadi habitat bagi nyamuk penyakit malaria. Ancaman besar bagi kelangsungan hidup mereka.
Tapi jangan anggap peraturan ini bisa diterima dengan mudah.
Shock culture sudah pasti. Pemerintah Kenya mengakui sulitnya mengubah pola pikir serta gaya hidup masyarakat yang sudah sangat terbiasa dengan plastik sekali pakai. Di awal-awal peraturan ditetapkan, banyak pedagang mengeluh penjualan mereka berkurang karena pembeli lupa membawa tas sehingga tidak jadi belanja.
Protes juga datang dari berbagai perusahaan plastik. Mereka mengatakan lebih dari 80.000 orang terancam kehilangan pekerjaan karena kebijakan ini. Tapi pemerintah Kenya tetep keukeuh. Bagi pemerintah, ancaman lingkungan lebih besar bahayanya dibandingkan kehilangan pekerjaan.
Omoooo, salut banget salut! Apa kabar pemerintah negara berflower macam Indonesia? Kira-kira bisa seberani ini enggak ya pemerintah kita menghadapi para pengusaha. Maklum, conflict of interestnya kan gede banget.
Kini, sudah lebih dari setahun peraturan mengenai pelarangan penggunaan plastik sekali pakai berlaku. Warga Kenya mulai terbiasa untuk membawa kantong sendiri setiap keluar rumah. Banyak toko serta swalayan memakai tas dari kertas sebagai pengganti plastik. Tapi, ada juga yang menggunakan kain tipis sebagai bahannya.
Keseriusan pemerintah Kenya menangani hal ini membawa hasil yang menggembirakan. Di kota Mombasa misalnya, tak ada lagi tumpukan sampah yang terserak di sudut kota. Warga tampak bahagia dan bangga ketika bercerita.
Btw, ternyata Kenya adalah negara kesekian yang menerapkan peraturan tentang sampah. Sebelumnya ada Rwanda, negara di Afrika yang terkenal dengan konflik sukunya. Rwanda melarang tas plastik sejak tahun 2008, 11 tahun yang lalu.
Apa yang dilakukan pemerintah Kenya dan Rwanda ini patut diacungi empat jempol. Caranya ekstrim, tapi jalan. Bahkan negara-negara Eropa aja kalah loh. Denmark dan Irlandia contohnya, mereka memilih untuk mengenakan pajak yang sangat tinggi untuk kantong plastik.
Berdasarkan pantauan BBC, orang Denmark pun hanya menghabiskan 4 kantong plastik dalam setahun.
*kemudianterdiam*
Ya Allah, pengen nampol diri sendiri. Terutama kalau inget untuk sekali pergi keluar kita bisa menghasilkan lebih dari 4 kantong plastik.
PENGALAMAN MENGHADIRI ACARA MINIM SAMPAH
Pengalaman ini saya rasakan saat hadir di acaranya komunitas IIP Tangsel (Institut Ibu Profesional Tangerang Selatan). Hampir semua acara yang digagas oleh IIP Tangsel minim sampah plastik dan sampah lainnya.
Pokoknya, kalau mau datang ke acara IIP Tangsel sudah bisa dipastikan kalau kita wajib membawa peralatan makan minum, serbet, dan tanpa kantong plastik. Pihak panitia akan menyediakan galon. Salut banget, tak ada tisu berhamburan, tak ada sampah botol ataupun gelas plastik.
Namanya juga Ibu Profesional.
Oh iya, lebaran tahun 2018 kemarin saya stay di Banjarmasin. Ternyata toko-toko semacam indomaret dan Alfamart juga sudah tidak lagi menyediakan kantong plastik. Peraturan ini sudah ada di dalam peraturan daerah, keren!
BUKA BERSAMA MINIM SAMPAH
Terinspirasi dari apa yang dilakukan oleh komunitas IIP Tangsel, saya pun mencoba untuk menerapkan hal ini ketika hendak membuat acara buka bersama.
Acara semacam ini bagi saya penting sih, setidaknya untuk menjalin tali silaturahmi dan mengurangi stress. Percayalah, ketemu dan ngobrol dengan orang lain itu obat. Apalagi kalau ketemuannya mengandung ilmu yang bermanfaat.
Terkait dengan sampah, saya memiliki keyakinan, kalau IIP saja bisa melakukannya, kenapa kita tidak? Apalagi, ada beberapa orang yang mau saya ajakin acara bukber ini memang pejuang #zerowaste alias penggiat minim sampah.
Koordinasi mengenai hal ini dilakukan via WAG. Sebelumnya saya sempat deg-degan juga, apakah ide untuk acara makan-makan minim sampah ini dapat diterima dengan baik atau tidak. Karena memang kita perlu effort lebih banyak.
Alhamdulillah, teman-teman sangat mendukung! Mereka bahkan memberikan masukan-masukan agar sampah yang dihasilkan tidak begitu banyak.
Nah, pada akhirnya kami sepakat untuk menyiapkan hal-hal ini agar sampah yang muncul minimal;
- Setiap keluarga wajib membawa piring, gelas, dan sendok masing-masing
- Membawa serbet atau lap sendiri
- Makanan yang dibawa dibungkus dengan wadah sendiri
- Membawa tas non plastik
- Membawa wadah untuk menampung makanan sisa
Eksekusi Acara
Pada saat hari H, qadarullah Allah menurunkan hujan yang sangat lebat sejak jam empat hingga maghrib tiba. Ketika itu saya sudah pasrah, enggak berharap banyak kalau acara akan dihadiri oleh teman-teman seperti yang sudah direncanakan.
Namun Allah memang maha baik, saya diberi teman-teman yang begitu baik hati dan setia. Rasa haru menyeruak saat melihat mereka berdatangan satu-persatu di tengah hujan.
Dengan kondisi di luar yang amat basah, saya paham jika mereka tetap menggunakan plastik untuk membungkus wadah-wadah yang berisi makanan.
Beberapa teman pun lupa tidak membawa peralatan makan. Sangat bisa dimaklumi, kehadiran mereka saja sudah penuh perjuangan. Rasanya pengen kecup mereka satu per satu sebagai bentuk apresiasi.
Alhamdulillah lagi, setidaknya saya dan teman-teman lain yang rumahnya berdekatan masih bisa saling backup untuk menyediakan peralatan.
Tapi, hal ini bisa jadi catatan untuk teman-teman lain yang hendak mengadakan acara serupa. Tuan rumah wajib tetap menyiapkan peralatan makan dan minum, untuk jaga-jaga bila ada yang tidak membawa.
Suasana berbuka sangat riuh, bapak-bapak menanti diberi peralatan supaya bisa segera makan. Wajar sih, karena berbagai menu yang tersaji memang keliatan nikmat banget. Mulai dari cilok, gorengan, buah, cumi pedas, sate ayam, ayam garlic, bunci, rendang, capcay, dendeng, hingga tempe kecap dan sosis serta nugget untuk anak-anak tersedia.
Saya dan ibu-ibu lain bisa dikatakan sangat sukses gagal diet gegara menu yang sangat beragam ini, hihihi.
Baca Juga : EMPAT ALASAN PEMBENAR GAGAL DIET VERSI EMAK-EMAK
Kami semua makan sambil bersenda gurau, bergantian dengan teman-teman lain yang sholat. Dingin di luar tapi hangat sekali di dalam, istimewa.
Saat akhirnya tiba waktu untuk berpisah, kami membereskannya bersama-sama. Kalau dulu saya harus menyediakan setidaknya dua kantong sampah yang besar sekali itu, sekarang dua kresek ukuran sedang saja sudah cukup.
Sampah plastik sangat minimal, hanya bekas sate, ayam garlic, saus cilok dan gorengan. Tidak ada lagi gelas aqua dan sedotannya, semua minum memakai gelas biasa dari air galon. Sampah terbanyak memang dari sisa makanan saja, seperti tusuk sate dan tulang belulang serta biji kurma.
Jujur, untuk tissue kami masih pakai, meski saya sudah menyediakan tiga lap baru. Tapi sampah tissue pun tidak banyak, berbeda sekali dengan dulu.
Saya senang dan bahagia, meski ada PR untuk mencuci piring agak banyak, setidaknya untuk masalah sampah terpotong hingga 1/5 dari biasanya. Dan dari 1/5 itu, 3/4-nya adalah sampah organik yang bisa terurai. hore!
KAMI SUDAH MENCOBA, KAMU KAPAN?
Dari pengalaman mengadakan sendiri buka bersama minim sampah ini, saya menyimpulkan bahwa memang ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
KELEBIHAN TANPA PLASTIK | KEKURANGAN TANPA PLASTIK |
Peserta jelas memiliki beban untuk bertanggung jawab terhadap peralatan makan diri dan keluarganya sendiri | Peserta memang tidak repot, tapi memiliki beban mengeluarkan dana lebih untuk membeli peralatan makan sekali pakai |
Bagi beberapa orang terasa ribet, karena harus membawa tentengan tambahan | Tidak ribet karena biasanya terbuat dari plastik yang ringan, dan susdah disediakan olah tuan rumah |
Peserta yang ikut acara betul-betul harus berkomitmen terhadap sampah | Peserta yang ikut tidak perlu berkomitmen terhadap sampah |
Tuan rumah tidak terbebani masalah sampah, karena sampah yang dihasilkan sedikit | Tuan rumah dibebani dengan sampah, karena sampah yang dihasilkan banyak |
Sementara ini, ide untuk melakukan buka bersama minim sampah berani saya utarakan hanya pada kalangan tertentu dulu. Alasan utamanya karena saya sudah kenal sama orang-orang yang ikut. Saya percaya kalau mereka mau berepot-repot ria dalam rangka kerja sama. Kalau sama orang yang belum dikenal kan belum tentu. Eh, tapi IIP bisa ding, wkwkwk.
Ketika acara selesai, saya bertanya pada teman-teman, apakah merasa ribet dengan pengaturan seperti ini. Alhamdulillah, mereka menjawab tidak dan malah lebih suka dengan yang model seperti ini.
“Kayak mau piknik aja kok.” kata salah satu di antara mereka.
Uhuuuuyyy!!!
Nah, ternyata tidak sesulit itu untuk mengadakan acara minim sampah. Coba dong untuk teman-teman, barangkali ada masukan atau pengalaman yang sama, mau banget dibagi ceritanya 🙂
7 Komentar. Leave new
jaman sekarang itu kan lebih suka yang praktis2 yaaa..
misalnya kalo bukber atau ada acara, wadah makannya pakai piring plastik/gelas plastik dengan alasan biar praktis gak perlu capek cuci piring.
waww.. tapi ternyata dampaknya besar ya.. sampah semakin menggunung.. sedih..
mulai sekarang harus bener-bener diet plastik nih..
Wah kereeeeen. Aku juga baru mau nerapin lest waste event nih untuk bukber dirumah weekend ini. Sekalian ngirit cucian piring 😁
Jadi semangat untuk bukber minim sampah season 2 😍
Keren banget mbak.. pingin juga snih bikin acara bukber pake tema zerowaste. Kalau gak dimulai gak kebayang yah
keren ini mah, sesaui dg aku
kalau semua peralatan disuruh bawa sendiri dari rumah, mmmm..kayaknya bakal minim sampah bangett…. dan bisa bikin semut pada melonggo karena ngak kebagian sisa sisa makanan, hehehe….
MasyaaAllah keren ini maaah.. Dari kegiatan IP Tangsel bs ditularkan ke tmn2 terdekat ini namanya naik kelas. Alhamdulillah IP jakarta jg terus membumikan kebiasakan baik ini. Jadi ga canggung lg kl minta temen2 bawa kotak makan+tumbler sendiri. Emg enakeun bgt kl org2 yg diundang sama2 yg belajar ZW. Ktm tantangannya baru deh kl undang keluarga besar atau tmn2 yg blm kenal ZW. Kl sbg tuan rumah, mmg ada resiko kita yg hrs siap sedia alat2 makan spy bs minim sampah. Minimal bs nyediain makanan yg minim sampah juga yaaa.. Anyhow yg lbh penting kan terus berproses dan berprogress yah. Semoga Allah mudahkan utk naik kelas terus, aamiin..