Wahai kalian yang selalu gagal diet karena berbagai alasan, tenanglah. You’ll never walk alone…
– Madam A –
Diet, sebuah kata yang dekat sekali dengan kaum hawa. Terutama mereka yang hendak menikah, sedang hamil, dan setelah melahirkan. Biasanya sih nempel di kepala, tapi prakteknya sering lupa.
Diet, sebuah kata yang ingin dihindari tapi tetap banyak dicari. Terbukti saat kemarin saya sedang iseng mengetik kata diet, google langsung mengeluarkan bermacam-macam jenis diet. Mulai dari diet keto, diet sehat, debm, gm, melilea, ocd dan entah apalagi. Bujug, banyak banget yak ternyata metode diet tuh?
Saya sendiri, sempat beberapa kali melakukan diet. Saat mau merid sih enggak, alhamdulillah waktu itu bentuk badannya masih ideal banget. Beda tipislah sama Nia Ramadhani yang waktu itu sedang hamil anak pertama. Meski kalau dibilang berbentuk biola rasanya enggak juga, qadarullah sama Allah saya dikasih pinggul yang agak lebar. Dan ini betul-betul bermanfaat saat melahirkan.
Angka timbangan mulai bergeser ke kanan setelah melahirkan anak pertama. Penambahan paling terlihat di daerah perut, paha, dan lengan atas. Sedih banget eui, kenapa enggak merata sampai ke payudara. Kan galau badan besar tapi ukuran dada segini-segini aja, hiks.
Sempat mencoba Food Combining, bahkan sampai beli bukunya. Bertahan selama dua minggu. Turun dua kilogram, tapi habis itu ambyar. Lupa daratan. Niat di awal yang begitu kuat akhirnya ketikung sama kenikmatan ayam lodho. Wkwkwkwk.
APA SIH SEBENARNYA DIET ITU?
Singkatnya, diet adalah sebuah cara untuk mengelola asupan makanan dan minuman agar terkontrol. Memang sih tujuan akhir diet itu untuk kesehatan, walau enggak sedikit yang menyelipkan harapan untuk lebih terlihat kurus saat difoto. Biar enak gitu uploadnya ke Instagram, tanpa perlu repot pake aplikasi mempercantik yang heboh dipakai sejuta umat wanita di dunia.
Nah, salah satu rahasia besar yang perlu kalian ketahui tentang diet adalah banyak orang yang kandas untuk melakukannya. Alias gagal diet. Bubrahnya hubungan antara diet dan si pelaku dilatarbelakangi banyak alasan.
Menurut saya sendiri, hanya orang-orang tertentu yang biasanya sukses menjalankan diet. Kesuksesan yang biasanya justru datang tanpa direncanakan. Keberhasilan ini hanya dimiliki oleh orang-orang istimewa : penderita patah hati.
Baca Juga : Patah Hati Karena Perbuatan Suami
Kesedihan yang menggayuti manusia yang sedang brokenheart sangat mungkin membuat mereka kehilangan nafsu makan, sekaligus nafsu untuk hidup. Saya sendiri, sebagai contoh, ketika sedang bete-betean sama suami biasanya juga males makan, meski ngemil jalan terus.
Tapi emang bener sih ya, hati yang tercabique-cabique membuat organ-organ tubuh mendadak tak mampu berfungsi. Tak jarang makanan yang berada di mulut terasa asin, karena dimakan sambil berlinang air mata. #tsaaahh
MEMAHAMI APA ITU ‘ALASAN PEMBENAR’
Eh, kita banting setir sedikit ya dari diet? Kali ini saya mau mengajak kalian untuk memahami lebih jauh tentang ‘alasan pembenar’. Tujuannya tentu saja, supaya kalau nanti mengalami gagal diet ngelesnya bisa naik kelas. Wkwkwk.
Menurut teori, ada alasan-alasan yang menghapuskan suatu perbuatan pidana bisa dihapus. Ketiganya adalah alasan pembenar, alasan pemaaf, dan alasan penghapus penuntutan.
Alasan pembenar adalah alasan yang menghapus sifat melawan hukum tindak pidana, sedangkan perbuatannya tetap melawan hukum. Dari sini kita bisa lihat kalau titik berat alasan pembenar adalah perbuatan (objektif).
Jadi misal ada emak-emak yang khilaf ngemil gorengan saat diet dengan alasan karena hanya makanan itu yang disuguhi tuan rumah ketika bertamu. Maka tindakannya bisa dibenarkan.
Dengan catatan khilafnya enggak sampai 10 biji gorengan. *UHUK*
EMPAT ALASAN PEMBENAR GAGAL DIET
Bhaique, marilah teman-teman semua, kita cek satu persatu alasan bubarnya niat diet yang sangat mulia itu. Barangkali kita memiliki kesamaan?
1. Gagal diet karena suami tidak mau bekerja sama
Udah tahu istrinya lagi diet, eh tiba-tiba doski pulang kantor bawa sekotak martabak manis yang ketebalan keju atau coklatnya sangat menggemaskan.
Istri udah koar-koar kalau sedang diet, ditunjukkan dengan sarapan yang hanya buah saja. Lha kok siang hari ngajakin makan mie ayam? Lha, pas ke tempat mie ayam kok sebelahnya ada yang jual es campur? Lha, kok pas di jalan pulang melipir ke bakul cilok?
Kalau sudah begini, masa iya kita tega nolak rejeki in the name of diet?
2. Gagal diet karena kebanyakan ngambil nasi saat nyuapin anak
Saya pernah dikasih tahu trik agar tidak stress saat menyuapi anak adalah dengan mengambil nasi dalam jumlah sedikit saja. Kalau anak makan lima sendok, berarti kita ambil tiga sendok.
Tapi Ya Allah, entah kenapa jari-jari ini suka lupa untuk mengambil nasi secentong lebih. Baru inget ketika udah dituang sayur. Saat anak udah kenyang, nasi masih bersisa. Mau dibuang rasanya sayang, mubazir. Apalagi orang yang suka buang-buang makanan itu temannya syaiton.
Akhirnya dengan hati pilu, terpaksa menghabiskan sisa makanan. Bahkan kadang sambil ngecek ke dapur, kali-kali ada sisa mendoan.
3. Gagal diet karena malas olahraga
Saya kok agak skeptis ya sama orang-orang yang bisa menguruskan berat badan tanpa olahraga? Diet itu sejatinya berpasangan sama olahraga. Janganlah dipisah-pisah, bisa rindu nanti.
Menjaga asupan makanan memang bisa membantu kita mengurangi kalori. Tapi hasilnya enggak semaksimal mereka yang juga rutin olahraga. Kalau yang saya tahu sih , kalau mau menurunkan lemak dan membentuk otot tubuh ya badan harus bergerak.
Olahraganya pun bisa pilih yang simpel kok, mulai dari lari muterin komplek rumah calon gebetan khusus yang masih jomblo. Kalau yang udah punya anak, bisa juga sambil ngajakin anaknya jogging.
Tapi mohon diingat ya, semua itu tetap tidak ada artinya kalau saat pulang mampir warung untuk beli teh manis kemasan.
4. Gagal diet karena mengubah mindset untuk “menerima taqdir”
Seringkali, ketika lelah karena usaha yang tidak membuahkan hasil, emak-emak merasa stress dan depresi. Sudahlah menahan keinginan untuk makan ini dan itu, olahraga ini dan itu, kok timbangan masih stuck di situ-situ aja? Baper kaaannn.
Saya, kalau sudah samapai di titik ini biasanya sih jadi pengen lari . Lari dari kenyataan maksudnya. Lelah berlari, akhirnya menyerah, mencoba berdamai dengan kenyataan bahwa badan langsing ideal hanya halu semata.
Daripada mencoba langsing tapi menderita, lebih baik menerima kondisi apa adanya tapi bahagia. Kata-kata, toh suami enggak masalah, toh aku lagi menyusui, dan toh-toh lainnya jadi juara.
GAGAL DIET ENGGAK PAPA, YANG PENTING SEHAT & SEJAHTERA
Setelah dipikir-pikir lagi, diet adalah prioritas nomor sekian. Jauh di bawah popok dan susu anak, serta impian memiliki lipstick super stay matte-nya Maybelline. Mampu dilakoni, ora mampu ditinggal mangan roti. Eh, gimana-gimana?
Meski masih up and down, sesungguhnya semangat diet masih membara, haqqul yakin. Setidaknya bagi saya, yang menjadikan kurus sebagai resolusi abadi dari tahun ke tahun.
Tapi memang sih, menjaga kesehatan itu perlu. Makannya, saya rela enggak order martabak sebulan terakhir ini, mencoba melawan godaan manis yang sangat dahsyat itu.
Nenek dari pihak papa penderita diabetes. Beliau meninggal karena diabetes. Wajar kan kalau kemudian saya mulai takut sama yang manis-manis? Belum lagi diabetes jaman now banyak penderitanya masih muda, huhuhu.
Baca Juga : Mengenal Diabetes Pada Anak
Setidaknya, saya mencoba untuk kembali rutin berolahraga dan menerapkan pola makan food combining. Walau masih sering banget cheatnya. Ehm.
Saya ingin sehat, untuk orang-orang yang saya cintai. Agar bisa terus membersamai mereka, produktif menikmati hidup, dan menghindari adanya economic loss yang tidak perlu kalau sakit-sakitan.
Nah, kalau kalian sendiri, udah berapa kali gagal diet nih? Boleh disharing, biar saya enggak merasa galau sendirian gitu, hihihi 🙂
1 Komentar. Leave new
Kalai selalu banyak UNDANGAN Resepsi Pernikahan dan TERPAKSA makan karena ngak enak sama TUAN HAJATAN, termasuk GAGAL DIET ngak sich… mBAK??