Perayaan Hari Keluarga Nasional jatuh tanggal 29 Mei kemarin. Telat sih, tapi enggak papalah. Mencoba tetep nulis refleksinya.
– Madam A –
Hai!
Kembali lagi bersama Selena Gomez di sini. *KEMUDIAN DITENDANG KE LANGIT SAMPAI JADI BINTANG*
Hehehe, enggak ding. Kembali lagi sama Madam yang tiba-tiba kepengen nulis tentang random thought di sini. Anyway, temen-temen pada tahu enggak sih kalau kita tuh punya peringatan Hari Keluarga Nasional yang jatuh pada tanggal 29 Mei kemarin?
Saya aslinya enggak tahu loh. Baru ngeh ketika lihat instagramnya Ibu Profesional yang posting tentang hal ini.
KELUARGA DAN BERITA PERCERAIAN PARA ARTIS
Nah ini. Saya agak gimana gitu ketika Harganas lagi gencar-gencarnya dikampanyekan, yang naik daun justru berita perceraian para artis.
Sebut saja Dewi Persik, yang mengaku menggugat cerai suami karena tidak dinafkahi. Kemudian ada Laudya Cinthya Bella. Artis cantik bintang iklan Downy ini mengatakan ke media kalau sudah berpisah dengan suaminya yang orang Malaysia itu. Engku Emran.
Nah, beberapa waktu sebelumnya, kita disuguhi kasus perseteruan ibu dan anak paling hits se-Indonesia Raya, yaitu KD dan Aurel. Sebenernya, untuk kasus yang ini, saya cuma mengikuti sepotong-sepotong saja sih. Tapi meski begitu, hati saya tetep ngeraspatah-patah eui pas baca.
Dan tentu saja, saya berada di dalam barisan Tim Aurel, wkwkwk. Lagian kenapa sih genks, masalah keluarga aja perlu banget diliatin ke publik? Mending diselesein kedua belah pihak aja gitu loh. Tahu sendiri jempol netizen itu kayak lautan, enggak ada batas kalau ngomentarin hidup orang lain.
Selain itu, pertanyaan lain yang menggayut di kepala saya setiap mendengar berita perceraian publik figur adalah: ada apa sih dengan keluarga mereka? Maksudnya gini, mereka itu secara fisik kan cantik dan ganteng enggak ketulungan. Secara finansial pun rasanya jelas lebih lah kalau dibandingkan dengan rakjel macam saya.
Nah, dengan kelebihan yang dimiliki seperti fisik sempurna, harta melimpah, populer dan terkenal dimana-mana. Kenapa sih mereka tetap berseteru dan akhirnya berpisah?
Saya cuma khawatir aja. Jangan sampai karena kasus ini, banyak netizen jadi berpikir “Kalau artis aja keluarganya bisa amburadul, lalu gimana dengan aku yang rakyat biasa? Cantik enggak, kaya juga enggak. Punya kans untuk hidup bahagia dan sejahtera selamanya enggak yaaa?”
Ini enggak mengada-ada loh, karena ibu-ibu di kalangan saya juga ngobrolnya gini.
Saya pribadi nyengir aja sih, enggak membenarkan tapi enggak menyalahkan. Pemikiran ini wajar kok.
Meski demikian, satu hal yang saya percayai dalam delapan (menuju sembilan tahun) pernikahan yang telah dilalui, kunci langgengnya pernikahan tidak terletak pada fisik ataupun harta.
ARTI KELUARGA BAGI SAYA
Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga
Potongan lirik lagu OST Keluara Cemara ini, menurut saya adalah yang paling relevan dalam menggambarkan arti sebuah keluarga.
Baik buruknya perilaku seseorang berawal dari keluarga, terutama pengasuhan orang tua. Karena fitrah seorang anak yang lahir ke dunia adalah baik, dan hanya mengenal kebaikan.
Saya sendiri merasa bahwa keluarga adalah tempat bertumbuh. Dari yang dulunya cuma sendiri, lalu berdua, bertiga, berempat dan sekarang berlima. Dari yang dulu kurus, tinggi langsing dengan berat badan sekitar 50an kilo saja sekarang…sekarang ya gitu deh, huhuhuhu. Kayak adonan dikasih fermipan, mengembang banget.
Saya masih ingat kalau dulu saya agak egois.
Mmmm…..baiklah saya mengaku. Saya bukan cuma “agak” egois, tapi egois banget. Apa-apa maunya menang sendiri. Cuma ya itu, sejak berkeluarga, dengan sendirinya saya belajar untuk mengalah. Enggak pernah sedikitpun saya mengira kalau ternyata mengalah itu menimbulkan rasa bahagia, apalagi kalau mengalahnya untuk anak.
Kemudian hal lain yang saya catat adalah saya menjadi sosok yang lebih kuat. Saya orang yang malas berkonflik, dan kalau mesti ngadepin konflik rasanya selalu pengen mundur aja.
Nah, sejak berkeluaga konflik yang dihadapi kan buanyaaakk banget yak. Mulai sama pasangan, mertua, anak, tetangga, anak tetangga. Ini masih belum ditambah dengan masalah internal sereceh ‘enggak nyimpen handuk di jemuran lagi’ yang rasanya bisa jadi bahan gontok-gontokan.
Everyday is a trouble day. Tapi kok ya bisa semua masalah ini saya hadapi, heran.
Keluarga juga menjadi alasan pedorong bagi saya untuk terus belajar. Entah itu ilmu parenting, masak, beberes, mendongeng, segala macem pokonya. Padahal kalau dipikir-pikir saya ini pemalas bok, hahaha.
Tapi dari sekian banyak hal yang saya dapatkan dari keluarga, yang paling epic adalah pelajaran tentang menghilangkan ekspektasi. Ini ilmu yang sangat berat dan jujur, sulit untuk dilakukan.
Diakui atau tidak, akar dari semua permasalahan yang muncul di keluarga adalah terlalu banyak ekspektasi, harapan. Berharap setelah selesai mandi suami mau menjemur handuknya, terus ketika suami enggak melakukan, kita kecewa sendiri.
Kecewa sekali mungkin masih bisa. Tapi kecewa berkali-kali itu menyakitkan. Sangat berbahaya kalau sampai rasa sakit muncul dalam pernikahan, apalagi yang merasakan cuma salah satu pihak saja. Bisa ambyar.
Makannya saya meyakini bahwa too much expectation will kill you.
Dan ini bener kok, muehehehe.
Sama orang-orang yang kita sayang, enggak usah terlalu tinggi ekspektasinya. Bukan kenapa-kenapa, tapi karena kalau kita sampai kecewa, kecewanya dobel-dobel.
Merendahkan ekspektasi membawa banyak perubahan sih. Saya jadi jarang banget marah-marah. Lha wong enggak engarep apa-apa, kalaupun ngarep pasangan melakukan sesuatu yang tinggal ngomong. Tanpa kode-kodean
SELAMAT HARI KELUARGA NASIONAL!
Yaaa mungkin itu aja sih sekelumit hal yang bisa saya tuliskan terkait Hari Keluarga Nasional.
Temen-temen yang sudah berkeluarga, yuk kita jaga sama-sama keluarga kita. Kalau yang kebetulan masih jomblo fii sabililah ya nggak papa, berkarya dulu aja sepuasanya sampai bener-bener siap untuk berkeluarga. Banyak-banyak belajar dulu tentang parenting dan komunikasi pasutri, buat bekal rohani, wkwkwkwk.
Sampai jumpa lagi di tulisan berikutnya!
14 Komentar. Leave new
Baru tahu saya ada hari keluarga nasional ☺🥰
Saya juga baru kalau ada hari keluarga nasional mbak. Memang benar dalam berkeluarga itu harus ada saling menghargai dan bisa menerima kelbihan juga kekurangam pasangan. Insya Allah kalau masing dari kita menyadari hal itu semua akan bisa ikhlas menerima.
Satu lagi ya mbak. Kita niatkan dalam membangun keluarga adalah karena cinta kepada Allah, insya Allah hati menjadi lebih tenang. Walau ada halangan dan rintangan, masih bisa bertahan. Semoga keluarga kita selalu sakinah, mawadah dan warohmah, aamiin.
Iya, aku juga ngikutin sepotong-sepotong ikeluarga KD itu karena seliweran di Line Today, hehe… Baru tahu lho, ada Hari Keluarga Nasional. Buatku keluarga ya nomor satu. Keluarga inti sih. Keluarga besar…huuum….gimana yaaa…
Benar sekali mbak harta paling berharga adalah keluarga. Bagi saya keluarga adalah segalanya, keluarga adalah salah satu sumber kebahagiaan saya. Jika keluarga saya bahagia saya juga akan bahagia. Hari keluarga nasional ini mengingatkan saya akan pentingnya menjaga keharmonisan dalam keluarga
Topiknya seru. Aku rasa ini yang terjadi pada orang yang berumah tangga khususnya kaum biasa-biasa saja. Yang kaya enggak, miskin juga enggak. Disyukuri tapi ada ngeluhnya sesekali bolehlah asal jangan keterusan bisa-bisa keluarga yang dipertahankan selama ini bisa ambyar.
Sebenarnya zaman dulu waktu belum ada tv, sepertinya adem2 saja rumah tangga ya. Mungkin nggak melihat perbandingan dengan rumah tangga yang lain.
Member Ibu Profesional Juga ya mbak? Salam kenal dari Semarang.
Justru karena Kita bukan Artis, insya Allah malah bisa lebih bahagia karena ekspektasinya tentu saja nggak muluk-muluk. Tapi mau Artis atau tidak yang terpenting adalah bagaimana menjaga komitmen Dan komunikasi dalam hubungan berkeluarga baik kepada pasangan dan anak2.
Aku juga nggak begitu ngeh dengan harganas, lihat di sosmed selintas aja. Masya Allah, masalah menurunkan ekspektasi benar adanya. Itu memang berat. Jadi ingat omongan seorang ustadz yang bilang akar permasalahan itu karena kita banyak maunya. Sama2 nih mbak saya juga sambil belajar
Yes, setuju sekali. Ga usah terlalu tinggi ekspektasi lah kalau sama keluarga, terutama dengan pasangan ya. Soalnya kan memang dua pribadi yang berasal dari latar belakang yang sangat jauh berbeda. Kalau terlalu perfeksionis, ya itulah, perkara handuk bisa jadi malapetaka. :))
Bener banget, setiap orang punya kapasitas dan target sendiri-sendiri, jadi tidak perlu berekspektasi yang uwow banget kepada orang lain, kepada diri sendiri aja hehehe
Iyess mbaa akhirnya kembali ke diri masing2 ya. Kadang kita suka ga mengerti kenapa si a milih begini dan si b milih begitu sedang kita dalam keadaan yang sama akan milih c.. pada akhirnya setiap keluarga punya pilihan. Dan bagi saya sih keliarga itu ya tempay pulang tempat hidup bersama..
Selamat Hari Keluarga Nasional. Semoga apapun pola parenting atau pengasuhan yang kita pilih adalah yang terbaik untuk keluarga dan anak-anak. Yang penting mereka terpenuhi kebutuhan lahir dan batinnya, dan haknya.
Yang pasti, menueut saya lho ya, membangun keluarga itu tidak sesederhana hidup bersama yang sah. Membangun keluarga bagi saya menyatukan dua perbedaan untuk saling melengkapi.,lalu bersama-sama mengayuh bahtera hingga sampai ke tujuan.
Membangun keluarga memang tidak mudah ya mbak..
Tapi klo diniatkan untuk berinadah dan punya visi dan misi yg jelas, pasti akan lebih mudah menjalaninya
[…] kami sekeluarga pindah hampir dua tahun yang lalu, si abang bisa dibilang paling sulit mendapat teman seumuran. […]
[…] sebesar 12 kali dari pengeluaran bulanan keluarga. Gede banget? Memang. Bagaimanapun, kalau sudah berkeluarga, jumlah pengeluaran tak terduga bisa […]