Setelah mempelajari berbagai macam metode, akhirnya kembali pada metode fonik ini. Paling rasional, paling enggak ngoyo dan paliiingg mudah untuk diaplikasikan
– Madam A –
Mengajari anak membaca barangkali tidak pernah menjadi prioritas dalam kegiatan pengasuhan anak. Selama ini, concern saya adalah membangun attitude dan stimulasi saja. Makannya, saat mencari sekolah TK pun, kriteria yang saya pilih mungkin agak di luar kebiasan emak-emak jaman now. Masih TK loh ini, belum SD atau SMP. Puciingg pala berbiihh!
Prinsip saya, sekolah apalagi di level Taman Kanak-kanak adalah taman bermain. Saya tidak mau sekolah yang mewajibkan adanya PR (Yes, anak TK DAPET PR BUUKK!!), menekankan pentingnya calistung serta minim kegiatan yang bisa menstimulasi kemampuan anak. Qadarullah nemu sih dan sudah cocok banget.
Tapi
Haiiisshhh, kenapa harus selalu ada kata tapi sih? *garuk-garuk pan…eh, kepala* entah kenapa Yuan (5 tahun 10 bulan) tertarik sekali dengan kegiatan membaca. Memang sih, selama ini saya juga berjuang banget membangun kecintaan dia pada membaca, sehari minimal banget sekali lah kami harus membaca sebuah buku. Jadilah beberapa waktu yang lalu dia selalu bertanya “Ma, ini huruf S kan? Kalo ini Y dan ini P, iya kan?”
Rasa penasarannya muncul dan semakin tidak terbendung. Tidak jarang dia menebak-nebak rangkaian huruf yang tertulis di buku cerita, disambungkan dengan gambarnya. Pada saat yang sama, saya belajar montessori dengan lebih dalam, bahkan berkonsultasi langsung dengan Miss Rosa dari Montessori Haus Asia tentang mengajari anak membaca. Berangkat dari dua hal ini, saya semakin yakin untuk membersamai Yuan belajar membaca dengan Metode Fonik.
KENAPA MEMILIH METODE FONIK ?
Ng…kenapa ya? Mungkin karena saya pernah mengajar anak-anak membaca dengan metode tanpa dieja, dan tidak merasa cocok dengan hal tersebut. Mungkin karena saya tahu, Yuan akan merasa bingung kalau diajar dengan cara tersebut. Atau mungkin karena saya yakin bahwa metode fonik yang ditemukan Maria Montessori adalah yang terbaik, sesimpel itu.
Metode membaca tanpa dieja sesungguhnya cukup efektif membuat anak cepat bisa membaca. Tapi hal tersebut, tidak membuat anak-anak paham dengan apa yang dibacanya. Hal ini cukup disayangkan bahkan meresahkan saya. Sekedar mampu membunyikan huruf tanpa paham maknanya. Kalau hanya begini, bagaimana mereka akan mengerti nikmatnya kegiatan membaca?
Gimana mereka akan paham betapa seru dan menariknya kisah-kisah 25 Rasul? Gimana mereka bisa terharu dan gemas dengan dongeng si Kancil vs Pak Tani? Gimana mereka bisa mengambil hikmah dari sekelumit cerita Anak Kecil yang sombong? Sedih kan…
Baca Juga : https://ayunafamily.com/mengenal-montessori-bersama-montessori-haus-asia/
Nah, kebetulan sekolah Yuan adalah sekolah yang menerapkan sistem sentra dalam pembelajarannya. Hal ini jelas membantu saya untuk menstimulasi dia melewati tahap Pramembaca. Apa saja sih yang harus dilewati dalam tahapan ini?
- Berbincang. Saya yakin orang-orang yang pernah bertemu dengan Yuan akan sangat setuju bahwa dia suka sekali bicara. Mengikuti kelas komunikasi dengan Bu Fithrie juga membuat saya semakin menemukan cara berkomunikasi positif dengannya.
- Bernyanyi dan bermain peran. Dua hal ini lumayan suka dilakukan Yuan, hanya saja untuk bernyanyi saya ganti dengan hapalan bacaan sholat ataupun surat-surat pendek dalam Al-Quran.
- Mendongeng dan membacakan cerita.
Dari berbagai tahapan membaca ini, saya berharap otak Yuan akan terstimulasi nalar berpikirnya. Selain itu juga bisa memperpanjangan rentang konsentrasinya. Ingat, membaca itu butuh fokus yang agak lama, jangan sampai anak-anak merasa bosan duluan.
WRITING BEFORE READING
Perlu kita ketahui bersama bahwa kegiatan membaca sebaiknya dilakukan setelah anak mampu menulis. Gini loh, anak disebut mampu menulis ketika ia mampu mengekplorasi alat tulis, kemudian membuat coretan. Sedangkan membaca adalah membunyikan huruf dengan memahami maknanya. Mana yang lebih kompleks? Membaca kan?
Anak akan bingung kalau kita mengajari semua hal dalam waktu yang bersamaan. Karena itu, lakukan semuanya satu per satu. Saya sendiri sangat mendukung kesukaan Yuan dalam menggambar. Terkadang dia menulis huruf-huruf tanpa makna, tapi saya sih enggak peduli selama dia mau menulis dan merasa enjoy dengan kegiatan tersebut.
STEP BY STEP PENERAPAN METODE FONIK ALA MADAM
Oke, dalam penerapannya saya melakukan sesuai dengan situasi dan kondisi Yuan ya. Tidak terlalu strict seperti yang dipaparkan berdasarkan teori, tapi juga enggak melenceng amat.
Usia Yuan saat saya mulai mengajarkan metode fonik ini adalah 5 tahun 6 bulan. Dia sudah bisa memegang pensil, menulis huruf, menggambar dan cukup runtut saat saya minta untuk bercerita. Dia bisa memahami kenapa lampu lalu lintas warnanya berubah-ubah, tahu bahwa bermain api itu berbahaya dan makanan kesukaan mamanya adalah martabak. *eh
Sebelumnya, saya berkonsultasi mengenai hal ini kepada orang yang sudah ahli di bidangnya, yaitu Miss Rosalyn dari Montessori Haus Asia. Beliau setuju bahwa metode fonik adalah cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mengajari anak membaca. Satu hal yang diingatkan oleh Miss Rosa adalah saya harus sangat sabar saat membersamai anak belajar. Butuh waktu yang tidak sebentar bagi anak untuk memahami bahwa setiap huruf yang terangkai menjadi kata memiliki makna. Baru kata loh ini, belum kalimat.
Tanpa ba bi bu lagi, akhirnya saya coba untuk memulainya. Modalnya murah meriah, hanya kertas, spidol serta paket internet untuk menonton sebuah video di Youtube.
- Memahamkan anak bahwa setiap huruf memiliki bentuk masing-masing
Jadi, kita perlu memahamkan anak bahwa setiap huruf mempunyai karakteristik masing-masing dalam proses pengucapannya. Lebih mudahnya, seperti saat belajar huruf hijaiyah kita mengenal makhorijal huruf alias tempat keluarnya huruf. Ada huruf bibir, tenggorokan serta hidung.
Huruf A berarti bibir dibuka lebar.Huruf B berarti bibir menempel terlebih dahulu baru terpisah. Huruf L berarti lidah keluar dan menempel di langit-langit gusi.
Tips supaya anak bisa mengerti adalah, sehari ajarkan tiga huruf saja. Kalau 27 huruf langsung dilemparkan semua, khawatir dia bosan dan justru tidak ada yang diingat.
Tips berikutnya, ajarkan huruf yang berbeda pengucapannya. Misalnya, hari pertama belajar Huruf A, C dan S. Hal ini akan membuat anak lebih mudah memikirkannya.
- Mengajarkan Pengucapan Dua Huruf yang Melebur Jadi Satu
Untuk hal ini, kami belajar dengan menggunakan tebak-tebakan. Misalnya, saya bertanya, “Abang, kalau DA itu huruf apa bertemu apa ya?” Perlu diingat bahwa saya dan dia betul-betul menggunakan bibir, lidah, mulut saat pengucapannya.
Awal-awalnya dia enggak paham sih, hahahaha. Tapi enggak papa, saya akhirnya menyampaikan bahwa, “DA itu kalau D ketemu A.” Coba lihat dan rasakan, kenapa D? Karena lidah harus mundur ke belakang dan menyentuh langit-langit atas. Deh,deh, deh, persis seperti lagu fonetik di atas.
Berhari-hari saya mengajarkan hal ini, mulai dari DA, CI, KU, KE pokoknya gitu terus sampai suatu hari dia bilang, ” Mama, Kalau MA itu berarti M ketemu A ya mah?”
Uwaaww, ketika itu saya sampai mematung saking terkejutnya. Ya Allah, ternyata beneran, akhirnya dia bisa menangkap maksud dari apa yang saya ajarkan!
Berikutnya, kami kembali bermain tebak-tebakan sambil menulis. Misal saya tulis CA, terus saya sembunyikan. Saya tanya dulu sama dia, “CA itu huruf apa ketemu apa hayooo?” Ketika dia berhasil menjawab, saya tunjukan bentuk tulisannya seperti apa.
- Paduan Dua Huruf Dulu, Baru Tiga
Saya masih membersamai abang belajar dua huruf walau terkadang dia sendiri menemukan gabungan tiga huruf seperti CAN dalam kata MACAN. Tapi percayalah, ketika anak-anak sudah betul ngelotok paham tentang bunyi huruf itu sendiri, belajar gabungan tiga huruf menjadi hal yang mudah.
Paling mudah, kalau huruf ketiganya adalah R. Semacam ada getarannya gitu di lidah. Seperti TOR dalam kata MOTOR. Sampai sejauh ini, Yuan sudah paham dengan akhiran yang berbunyi S, K, R, N dan M
- Benda Nyata Dulu, Baru Abstrak
Nah, ini nih salah satu cara terpenting. Montessori selalu mengedepankan sesuatu yang nyata terlebih dahulu karena memang itulah metode yang paling gampang dicerna anak.
Jadi, saya sering sekali menunjukan benda nyata kepada Yuan. Misalnya, ketika menebak huruf-huruf yang terangkai pada kata BUKU saya sodorkan bukunya sekalian. Pada saat menebak kata MAMA maka saya akan menunjukan diri saya. Begitu juga KASUR, LAMPU. Pokoknya gunakan aja benda-benda di sekitar kita. Ini selain bisa membantunya belajar membaca sekaligus membangun kepekaannya terhadap benda-benda di lingkungannya. Dia akan paham kalau setiap benda memiliki nama.
JATUH CINTA PADA METODE FONIK
Nah, kira-kira begitulah cara kami belajar membaca. Waktu yang dibutuhkan adalah kurang lebih dua-tiga bulan. Lama juga ya? Iya, karena membangun logika berpikir seorang anak itu butuh waktu. Dalam prosesnya, saya dan Yuan sangat menikmati loh. Mungkin karena sejak awal sekali saya tahu bahwa hal ini butuh waktu yang lama saking kompleksnya, saya jadi enggak ngoyo.
Dan karena kami belajar secara fun, Yuan sendiri tidak bosan ataupun terpaksa. Dia happy banget karena sekarang mulai bisa membaca dan memahami kata-kata yang tertulis di mana-mana.
Baca Juga : Membaca Dengan Metode Montessori
Barangkali saya nantinya akan update tulisan ini karena masih banyak yang harus dipelajari seperti NG dan NY dan lain-lainnya. Yang pasti, saya percaya kalau metode fonik adalah cara terbaik dan jatuh cinta kepadanya.
24 Komentar. Leave new
NG dan NY nunggu next ceritanya.
Anakku jg sistem sentra nih mba tk nya 😀 kmarin2 ngajarin nulis kata dari makanan yg dia suka. Sperti Es krim, cokelat
NG dan NY masih belum begitu bisa..
untuk NG dan NY kayaknya memang harus digabung huruf vokal juga mbak, kayak NGA NGI NGU, gitu dia lumayan paham. Hanya ketika berakhiran NG itu yang masih jadi PR. Anyway, terima kasih sudah mampir meninggalkan jejak ya mbaak
Cuman mau bilang, saluuutt banget ama madam yang rajin ngajarin anaknya.
Saya mah harus berterimakasih banyak pada guru-guru PG dan TK si sulung, yang ngajarin dia baca tulis hahaha.
Tapi, sepertinya saya harus mempelajari metode ini untuk mengajari si bungsu 😀
wah aku baru tau kalo metode yang biasanya aku pakai adalah metode fonik,
jadi anak 1 ini usia 20 bulan mba, biasanya juga latihan ngomongnya pakai metode ini, mamanya nyanyi sambil bilang mamama, lalala, dadidu, lama kelamaan alhamdulillah anak saya bisa ngikuti apa yang saya omongkan.
thanks sharingnya mba
Salam kenal ya, Mom. Wah, si abang Yuan suka menggambar ya sama dong sama keponakanku. Pas keponakanku masih TK lumayan sulit usahaku ngajarin keponakan calistung. Tapi ketika udah kelas dua SD saat ini keponakanku lumayan gampang kalo diajak belajar calistung. Mungkin karena bakat anak-anak beda kali ya, Mom. Tapi aku nggak pernah ajarin keponakanku buat belajar menggambar tapi sering banget keponakanku latihan menggambar sendiri nggak ada yang nyuruh.
Dulu jaman kita juga metide ini bukan ya?
Tapi ternyata pas anakku yqng besar, baca langsung satu kata – ini metode TK di Amerika, entah kenapa aku enghak tahu
Kalau adiknya dulu TK di Indonesia per suku kata, Ka Ki… Kaki.
Begitu.. Di luar itu semua aku setujuuuu.. Kalau nyari TK yang enggak ada PR-nya ..Kalau ada pusing kepala emaknya.. Ya ngajarin ya ngomelin anak yang belum waktunya dapat PR
Ternyata itu namanya metode fonik, daku sering dengar kakakku mengajarkan itu kepada Ponakan ku.. Dan jadi lebih cepat pandai membaca
Aku juga pengen ngajarin baca pakai metode fonik, tapi kalau gak ada buku pedomannya aku suka bingung 😀 ada rekomendasi buku tentang metode fonik bahasa Indonesia gak mbak?
wuahhh masalah huruf aja bisa ada metodenya ya sekarang… canggih euyy
Wah saya jadi gugup sendiri nih mikirin gimana ntar ngajarin anak baca. Kalau yang metode fonik ini saya tahunya yang bahasa inggris yang dinyanyiin sama anak-anak di youtube
Aku baru kenal metode ini. Sederhana ya mba pengaplikasian nya dalam keseharian. Apalagi kita sebagai Ibu yg memiliki waktu banyak. Tp tdk menutup kwmungkinan peranan Ayah pun bisa menerapkan metode ini jg di keseharian dan waktu yg ada.
Terima kasih sharingnya mba
Oh jadi kalo mengajarkan anak itu baiknya satu per satu ya mbak? kirain mengajarkan menulis sekalian membaca juga, ilmu baru nih buat calon mama kaya aku.
Wah boleh juga nih ditiru karena kebetulan sekarang lagi ngajari anak belajar baca juga dan kalau pas belajar kebanyakan bercandanya coba.
Duuuh jadi banyak banget peer aku yang belom terkejar. Niatnya emang pengen ajarin aidan suka buku dan pinter baca. Menarik ini.
Wah, saya baru tau ada metode ini. Makasih sharingnya ya Mbak
Kerennn, patut dicoba, mkasih infonya mbak
Banyak buku soal ini nih di BigBadWolf Surabaya kemaren. Sayangbya budgetku dah menipis.
ini pas banget deh tema nya, aku lagi nyari ide kegiatan di rumah buat si kecil yang bermain, belajar tidak membosankan.
seru juga nih ya belajar bareng anak dengan Metode Fonik.. tinggal kita aja yg modifikasi biar kesannya selalu fun ga ngebosenin, jd anak semangat belajarnya 🙂
Waah baguus sharingnyaa, makasii mba. Jadi penasaran nanti pas pembahasan language.
Wah, boleh juga nih nanti aku terapin buat si kecil.makasih sharing ya, mba. Metode membaca memang harus sesuai anaknya kalau ga, anak jadi ga nyaman
Salam kenal mba ayu, saya firda, nyasar ke blog ini krn sedang cari info metode fonik utk anak saya yg di diagnosa spesific learning disorder..saya domisili di bogor, apakah mba punya referensi guru privat utk metode fonik ini? Trmkasih sebelum nya mba
Halo firda! Terima kasih sudah mampir ke blog, saya cukup yakin mbak bisa menerapkan metode ini sendiri ke anak. kalau untuk guru, mungkin bisa ke mha (montessori haus asia mbak 🙂
Saya mengajari anak sy baca dengan metode fonik. Dari umur dia 4 tahun 2 bulan. Tidak stp hari, hanya kadangkala saja dan tidak lama, cuma 5-10 menit tiap kali belajar. Skrg di umur 5 tahun 1 bulan dia udah bisa baca satu kalimat pendek. Metode fonik sy referensi dari youTube, terutama yg youtuber Malaysia. Sy bikin alat peraga sendiri termasuk menulis di atas pasir. Sygnya buku metode fonik ini sy belum menemukan dijual bebas di Indonesia. Berasa pengen bikin buku sendiri jadinya. Sy akan coba lakukan metode fonik ini ke adeknya yg skrg 3 tahun. Cuman sy perhatikan kmrn yg adeknya ini blm siap, walau untuk semangat belajar dia udah punya 🙂
[…] aku pengen banget ngajarin Luna membaca seperti saat aku ngajarin kakaknya dulu. Pakai metode fonik endesbre-endesbre itu. Masalahnya, usia Luna ketika hendak belajar lebih muda dibanding Yuan . […]
[…] Konsepnya tuh kayak ibu yang sedang bacain buku untuk anak. Si ibu adalah storytel, yang bersedia membacakan buku tanpa lelah, sedangkan kita […]