Beruntung banget punya kesempatan untuk belajar bareng Binar Calistung
– Madam A –
Memiliki anak sulung yang hobi banget baca buku ternyata menjadi keuntungan sendiri. Luna (5+), selalu penasaran kenapa Yuan (almost 9) suka sekali makan sambil baca buku sampai selalu direpetin emaknya, tapi ya tetep aja gak kapok.
Rasa penasaran ini kemudian menuntunnya kepada sebuah keinginan positif : pengen ikutan bisa baca buku kayak abang.
Wuuaa! Bagai mendapatkan momogi nomplok, aku tentu saja enggak mau melewatkan golden moment ini dong. Mumpung anaknya tertarik dan ada keinginan untuk belajar, kenapa enggak?
Sebetulnya aku pengen banget ngajarin Luna membaca seperti saat aku ngajarin kakaknya dulu. Pakai metode fonik endesbre-endesbre itu. Masalahnya, usia Luna ketika hendak belajar lebih muda dibanding Yuan .
Kondisinya pun berbeda. Yuan banyak terpapar huruf karena dia sekolah TK secara normal, sedangkan adiknya ini meski serang dibacain buku, tetap aja sekolahnya full online. Rasanya tetap beda.
Selain itu, aku juga udah mulai lupa tentang step by step ngajarin anak membaca yang benar. Haduu, ini gaswat gaes. Aku enggak mau Luna cuma mampu membunyikan huruf tanpa memahami makna soalnya.
Nah, kok ya pas lagi pusing-pusing nyari solusi untuk masalah ini, aku melihat postingan seorang sahabat yang dulu sekelas di IIP Tangsel (Institut Ibu Profesional Tangerang Selatan), namanya mbak Nani Nurhasanah. Mbak Nani emang concern banget di masalah pendidikan anak. Seingat aku, suaminya adalah seorang guru dan dulu sering buka kelas belajar gitu.
Kembali ke laptop, jadi beliau ini posting tentang sebuah kelas belajar yang dirancang bersama sang suami, namanya Binar Calistung. Membaca ada kata calistung-calistungnya aku langsung maktratap.
“WAINII YANG AKU CARI!”
Apa sih BINAR CALISTUNG Itu?
Binar Calistung adalah sebuah kelas yang didirikan oleh Kak Budiman (seorang guru dan penggerak pembelajaran kreatif) . Program ini dikhususkan untuk para orang tua yang ingin mendampingi anak belajar membaca, menulis, dan berhitung dengan mengutamakan makna dan pemahaman, bukan sekedar bisa atau hafal.
Catat baik-baik ya kisanak, yang bisa ikut kelasnya adalah orang tua atau teman-teman lain yang mempunyai visi dan misi sama. Ini bukan kelas untuk anak. Aku khawatir teman-teman masih mikir kelas ini kayak semacam course calistung buat anak, hehe.
Kagum banget sih karena so far aku belum pernah menemukan program kayak gini. Kebanyakan tempat kursus ya hanya fokus untuk ngajarin anaknya aja. Padahal menurutku, orang tua justru memegang peranan penting dalam membangun kemampuan literasi anak.
Berapa Biayanya?
Aku ikut Batch 6 yang diadakan sekitar sekitar Bulan Juli. Tapi di pertengahan papaku wafat karena covid dan sempat berhenti belajar. Oleh Mbak Nani, akhirnya aku ikut mengejar ketertinggalan di Batch 7.
Kelas ini dibagi menjadi tiga, ada kelas membaca, menulis, dan berhitung. Tiap kelas harganya 110 k. Kita bisa pilih satu kelas aja, bisa semuanya juga. Cuman, kalau ngambil 3 kelas sekaligus bayarnya cukup 300k . Sangat affordable.
Setiap kelas terdiri dari dua pertemuan sehingga kalau ikut ketiganya akan ada enam tatap muka via Zoom Meeting. Tapi bukan cuma itu saja, Kak Budi menyediakan dua kelas lain yakni Kelas Orientasi dan Kelas Refleksi. Total kita akan menjalani delapan kelas dalam rentang waktu dua bulan setiap batch.
Kapan Zoomnya? Setiap hari Sabtu dari jam 9 pagi sampai jam 11 siang. Jangan khawatir ya, meski cuma 2 jam dalam seminggu, materi yang diberikan dijamin mashoookk luurr!
Materi Apa Saja Yang Kita Dapatkan?
- Kelas Orientasi (khusus peserta paket Calistung)
- Perkenalan profil Binar Calistung dan perkenalan peserta
- Penjelasan tujuan dan kurikulum kelas
- Pemetaan harapan peserta
- Kesepakatan kelas
- Membuat goal setting belajar calistung
- Kelas Membaca
- Materi 1 Kelas Membaca : Teknik Mengenalkan Bunyi Huruf & Huruf dengan menyenangkan
- Materi 2 Kelas Membaca : Teknik Mengajarkan Membaca Kata, Suku Kata & Kalimat secara Sistematis
- Kelas Menulis
- Materi 1 Kelas Menulis : Teknik Melatih Motorik Halus Anak sebagai Persiapan Menulis
- Materi 2 Kelas Menulis : Teknik Mengajarkan Menulis Huruf, Kata dan Kalimat secara Sistematis
- Kelas Berhitung
- Materi 1 Kelas Berhitung : Teknik Mengajarkan Menghitung
- Materi 2 Kelas Berhitung : Teknik Mengajarkan Operasi Hitung Secara Sistematis dan Menyenangkan
- Kelas Refleksi Akhir Belajar (khusus peserta paket Calistung)
- Teknik Membuat Lembar Observasi dan Evaluasi Hasil Belajar Anak
- Refleksi peserta
Anyway, selain mendapat materi pembelajaran secara langsung, kita juga memperoleh handout presentasi, worksheet untuk anak, serta rekaman video saat kelas berlangsung. So, teman-teman yang enggak sempat ikut kelas atau terpaksa capcus ketika kelas berjalan, tetep bisa menyimak.
Worksheet-nya enggak kaleng-kaleng loh sist. Sebagai contoh, untuk materi menulis aja aku bisa dapet worksheet yang terdiri lebih dari tiga puluh halaman. TIGA PULUH BOK! Kerennya lagi, worksheet tersebut juga buatan Mbak Nani dan Kak Budi sendiri.
Anakku yang bungsu, seneng banget sama lembar kerja dari mereka karena ada gambar-gambar dino-nya. Waktu aku cerita, ternyata Mbak Nani bikin kayak gitu karena anaknya pun seorang dino lovers. Huahaha, ternyata kami sehati!
Review Jujur Kelas Binar Calistung
Ekspektasi awalku ketika ikut binar calistung sebetulnya biasa saja. Aku enggak terlalu ngoyo atau gimana-gimana. Mungkin karena goals yang aku pasang juga ala kadarnya, pokok anak jadi bisa baca sesuai tahapan dan paham tanpa drama buatku sudah cukup.
Ealah, jebul apa yang aku dapatkan jauh di atas harapan. Hahaha.
Kelas orientasi yang diberikan Kak Budi mendorong aku untuk mindfulness serta punya tujuan jelas, sehingga hasil akhirnya pun bisa dirukur. Ibarat latihan berenang, enggak cuman sekedar asal nyemplung ke air doang terus udahan.
Nyess banget saat Kak Budi mengingatkan kalau literasi itu enggak cuma sekedar bisa baca, tulis atau hitung. Kemampuan literasi yang baik membantu seseorang memahami informasi yang diterima, berpikir kritis, dan memecahkan masalah. Jadi enggak cuma sekedar bisa baca tok.
Sebagai contoh, di dinding ada tulisan “Buang Sampah di Tempat Sampah”. Kita bisa membacanya, tapi kita tetep aja buang sampah sembarangan. Ini artinya kemampuan literasi kita ndlosor banget. Apa yang kita baca, enggak membuat kita berpikir sehingga susah untuk melakukan action nyata.
Fyi, hasil penelitian PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) menyatakan bahwa prestasi literasi anak kelas 4 SD di Indonesia berada pada posisi 41 dari 45 negara. Kemudian menurut kemendikbud, kebanyakan anak di negara kita hanya bisa membaca tanpa menangkap maknanya.
Mengetahui betul masalah literasi bangsa ini, kemudian ketemu kak Budi, Kak Nani dan kelas mereka, bagai pengelana ketemu oase. Gara-gara kelas orientasi, aku makin menemukan alasan-alasan penting kenapa belajar calistung harus dari basic dengan step by step yang betul.
Kelas orientasi selesai, kami lanjut ke kelas membaca. Materi pertemuan pertama adalah mengenalkan bunyi huruf dan huruf. Kak Budi menjelaskan dengan tempo yang pas, gak cepet tapi juga gak lambat. Kemudian aku dan belasan ibu-ibu lain…diajarin mencipatakan lagu sendiri dong! Wkwkwkwk.
Serius, kalau A,I,U,E,O mah gampang karena bunyi hurufnya mudah. Nah, huruf konsonan kayak B,D,C,F,G,H, dan teman-temannya ini yang agak sulit. Huruf B bunyi hurufnya beh, beh, beh. Huruf C bunyi hurufnya ceh, ceh, ceh. Cara pengucapan huruf C adalah lidah bagian tengah menempel ke langit-langit.
Sepengalamanku, anak-anak yang paham betul dengan bunyi huruf, akan mudah memahami pengucapan huruf-huruf konsonan yang melebur. Aku kasih contoh ya.
- Kata MAKAN
- Kalau dipisah-pisah menjadi M-A-K-A-N
- Dibaca per suku kata MA-KA-N (Huruf N nantinya melebur)
- Anak yang paham kalau huruf N bunyinya EN, biasanya jadi mudah membaca kata tersebut menjadi MAKAAAAENNN.
Ada 26 huruf berarti kita bikin 26 lagu dong? Jawabannya iya. Oleh karena itu, Kak Budi ngajarin lagunya pake nada yang sederhana dan lirik pendek. Cara ini buatku cukup efektif.
Kelas-kelas lainnya pun begitu, cara belajar yang diajarkan sesungguhnya sederhana. Kayak saat kelas berhitung, nggak perlu pakai benda-benda fancy. Cukup dengan tusuk gigi, korek api, atau sedotan saja sudah bisa.
Hal lain yang aku notice adalah bagaimana Kak Budi menyorot hal-hal lain yang sebetulnya sama penting dengan belajar calistung itu sendiri. Posisi duduk misalnya. Orang tua (Eh, maksudnya AKUU!) sering lupa kalau posisi duduk ini menjadi salah satu faktor seorang anak bisa menulis dengan baik.
Aku rasa, teman-teman yang suka sama metode belajar montessori akan cocok dengan gaya mengajar Kak Budi. Beliau sama-sama memakai 3PL (3 Periode Learning) kok. Enggak yang ujug-ujug ngasih simbol. Semua berawal dari benda nyata dulu. Anak-anak kan emang lebih paham kalau melihat benda nyata atau yang dipegang langsung.
Terus apalagi ya, hmm…
Oh iya kelas refleksi! Begitu selesai dengan pembelajaran calistung, Kak Budi akan menutupnya dengan sharing-sharing hasil praktek para peserta selama belajar. Hambatannya apa, respon anak-anaknya gimana. Seru dan bikin senyum-senyum sendiri, hehehe. Merasa senasib!
Kesimpulan
Selesai belajar bareng Kak budi dan Kak Nani, aku merasa jauh lebih percaya diri untuk mengajar anak-anak. Pemahaman, tips, worksheet serta pesan-pesan dari mereka jadi amunisiku tiap merasa bingung atau pengen nyerah.
Terus, aku jadi kepikiran juga untuk bikin tracking hasil belajar anak. Iya sih kita belajarnya cuma di rumah aja, tapi kita kan bisa membuatnya lebih profesional dengan mencatat setiap progress yang ada. Ntar ketahuan juga kurangnya dimana lebihnya dimana. Penyakit emak-emak tuh emang masalah ginian suka pada males, hahaha.
So, thanks a lot untuk Kak Nani dan Kak Budi. Terima kasih sudah mendirikan Binar Calistung. Terima kasih sudah membantu orangtua menjadi lebih paham konsep literasi secara utuh. Semoga semua ilmu yang disampaikan berkah dan bisa bermanfaat.
Terakhir, buat teman-teman yang juga kepikiran untuk ngajar anaknya, Binar Calistung bisa menjadi pilihan tepat untuk mengasah keilmuan kita. Jangan sampai kita maju berperang tanpa bawa senjata, atau bawa senjata tapi senjatanya penyok, karatan, gak bisa dipake. Hehehe.
1 Komentar. Leave new
Masya Allah, terima kasih atas review kelasnya ya Mbak Ajeng 🙂
[…] aku menyampaikan ide ini, kakaknya yang ada jadwal belajar calistung (eh, membaca doang ding) pengen ikutan. Okay baik, kita ganti aja kegiatan belajarnya jadi bermain […]
[…] sendiri memiliki empat bagian tes yakni listening, reading, speaking, dan writing. Melalui IELTS, kemampuan berbahasa Inggris secara aktif maupun pasif […]