Medela swing, pompa asi yang membantu saya untuk tetap bisa memproduksi asi walau tidak bisa menyusui secara langsung.
-Madam A-
–
Saya adalah seorang wanita yang bekerja sebagai guru TK, saat sedang mengandung anak kedua.Suatu pekerjaan yang memang selama ini diidam-idamkan karena jam kerjanya tidak terlalu panjang. Namun demikian, entah kenapa waktu itu rasanya tidak punya kesempatan sama sekali untuk mempersiapkan kelahiran.
Barangkali saking asyiknya sampai tahu-tahu hari untuk cuti melahirkan sudah tiba. Qadarullah, kok ya ada saja kesibukan lain yang menyita perhatian. Dua minggu sebelum HPL (Hari Perkiraan Lahir) saya, suami, dan si abang harus segera boyongan pindah kontrakan, dari rumah petak ke perumahan. Kalian pasti tahu kalau proses pindahan rumah memakan waktu yang tidak sebentar.
Dengan sisa waktu yang sempit itu (terutama karena saya yakin bahwa hari kelahiran akan sesuai HPL) saya hanya sempat menaruh segepok pakaian bayi lengkap dengan segala ubo rampe-nya ke laundry sebagai persiapan menyambut kelahiran si bayi. Selain membeli sebungkus popok ukuran newborn dan pembalut nifas serta baju-baju dengan bukaan depan. Pompa asi? Meehh, saya tidak berpikir sama sekali untuk mempersiapkan alat tersebut. Toh, nantinya bakal menyusui secara langsung, buat apa buang-buang uang beli pompa asi? Begitu pikiran sombong saya waktu itu. Suatu pernyataan yang masih menyisakan rasa penyelesalan sampai detik ini.
MELAHIRKAN DENGAN DEMAM BERDARAH
Nikmati sehatmu sebelum sakitmu adalah sebuah pepatah yang begitu benar maknanya. Terutama karena saya pernah merasakan batas antara hidup dan mati.
Tepat sehari sebelum HPL suhu tubuh tiba-tiba naik sangat tinggi, lebih dari tiga puluh sembilan derajat. Kepala terasa pening sedangkan sendi ngilu, ditambah dengan dengan kondisi kehamilan yang sudah sangat tua. Saya merasa tidak berdaya karena untuk bangun saja sulit. Cemas dengan kondisi ini, kami langsung pergi ke bidan yang langsung menyuruh untuk segera ke rumah sakit.
Di rumah sakit saya kembali diperiksa dan diobservasi. Paginya dilakukan pengecekan darah. Hasil tes menunjukan trombosit anjlok sampai ke angka 90.000, normalnya di atas 150.000. Tidak hanya itu, saya juga dinyatakan tipes meski positif lemah. Dokter menyarankan untuk pindah ke rumah sakit lain yang peralatannya lebih lengkap karena kondisi saya mengkhawatirkan.
Jangan tanya perasaan saya waktu itu gimana. Ambyar banget sodara-sodara, ambyar! Saya sangat down dan hanya bisa menangis. Singkat cerita, setelah sebelumnya menghabiskan 7 kantong darah, dan divonis harus melakukan sesar, si bayi justru memilih untuk dilahirkan secara normal. Benar-benar kuasa Allah sampai semua dokter saja takjub.
Walau memang setelahnya saya ambruk tidak sadarkan diri dan si bayi yang masih sangat merah itu harus masuk perina karena sesak napas keracunan air ketuban.
Ketika akhirnya sadar, saya heran karena berada di suatu tempat aneh berdinding kaca dengan berbagai macam alat yang menempel di tubuh. Lebih heran lagi ketika melihat suami yang tiba-tiba masuk mengenakan baju serta masker khusus. Ada apa ini? Apakah suami yang selama ini terkenal cuek dan irit bicara itu … menangis? Karena saya menemukan matanya merah, dan terlihat basah.
“Enggak apa-apa, kamu tenang aja.” Katanya pelan saat saya menatapnya dengan pandangan penuh tanya. Lalu dia meraih dan meremas tangan saya, seolah takut kehilangan untuk kedua kalinya.
***
Tidak lama setelah mengetahui bahwa saya telah siuman, dokter-dokter (yah, kurang lebihnya tiga orang dokter) datang. Mereka mengecek kondisi, dan memastikan saya sudah melewati kondisi terburuk yang membuat mereka harap-harap cemas.
Mereka juga menyampaikan bahwa saya belum bisa menyusui secara langsung. Tidak hanya itu, saya masih harus, tetap, bin wajib untuk memerah asi walaupun asi tersebut tidak boleh diberikan kepada si bayi.
“Mohon maaf, ibu diwajibkan untuk mengonsumsi obat-obatan yang agak keras kandungannya. Kami khawatir obat itu akan muncul juga di ASI yang tentu efeknya akan berbahaya. Sementara ini, perah saja dulu agar tidak memicu mastitis atau infeksi lainnya ya bu.”
Saya terhenyak, sedih tentu saja. Tapi saya tahu betul bahwa dokter-dokter ini, yang sudah berjuang menyelematkan hidup saya dan si bayi adalah orang-orang baik. Mereka insya Allah tahu betul ilmunya, sehingga saya manut.
Masalah kembali muncul ketika pompa asi dari rumah sakit tidak bisa digunakan. Padahal saat itu payudara mulai terasa penuh. Saya pun meminta suami untuk membawakan pompa asi apa saja dalam waktu sesegera mungkin karena takut asi akan terjebak di dalam bila tidak dikeluarkan.
Alhamduillah, suamiku pahlawanku. Pagi itu dia ijin keluar sebentar dan kembali sambil membawa … POMPA ASI MEDELA SWING!
Ya Allah, langsung sujud syukur (enggak sujud banget sih, kan belum bisa bangun dari kasur, hiks). Terkejut karena suami kok bisa banget milihin pompa asi yang caem untuk istrinya.
“Aku pilih yang elektrik supaya kamu enggak usah capek merah. Kan kamu masih lemes gitu. Terus kata temen-temen, pompa asi ini mudah dibersihkan printilannya, enggak berat dan nyaman dibawa kemamana-mana,” Katanya sambil menyerahkan medela swing yang sudah di rakit dan di steril.
Duh, terharu karena suami segitu perhatiannya sama masalah ini. Ternyata sejak dokter menyampaikan bahwa saya harus memerah asi, dia langsung mencari referensi dan juga saran serta masukan dari teman-temannya sampai terpilihlah si medela swing.
Selanjutnya dengan cekatan dia membantu memosisikan dan menyiapkan diri untuk memerah. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah rasanya sangat lega ketika akhirnya ASI berhasil keluar!
Jujur, saat itu adalah pertama kali saya memakai pompa asi elektrik. Kalau denger-denger dari pengalaman orang sih ada yang bilang sakit. Qadarullah, saya kok enggak ngerasa demikian ya? Yang ada malah nyaman banget karena kita bisa ngatur kekuatan dan kecepatan hisapannya. Asi betul-betul mengalir dengan lancar, sampai kedua payudara berasa kosong. Hahaha.
TERUS MEMAKAI MEDELA SWING BAHKAN SETELAH KELUAR DARI RUMAH SAKIT
Sebetulnya, saya sempat khawatir kalau asi saya akan kering karena saya tidak bisa menyusui langsung hingga delapan hari setelah melahirkan. Nah, tolong dicatat dan diperhatikan ya, DELAPAN HARI. ENGGAK.MENYUSUI.LANGSUNG.
Selama delapan hari itu saya hanya rutin memerah dengan medela swing kesayangan. Di awal-awal, asi yang keluar memang tidak banyak. Tapi karena diperah secara rutin dan terus-menerus, hasilnya selalu bertambah. Meskipun sedih banget saat lihat asi sebanyak itu harus dibuang, huhuhu.
Sepulang dari rumah sakit pun nyatanya saya masih senang memompa. Mungkin karena sudah terbiasa dan rasanya senang kalau punya persiapan asi perah di rumah. Lagipula, berdasarkan hukum supply and deman perasian, semakin sering dikeluarkan asi akan semakin berlimpah . Dan ini bener loh, buktinya asi saya tetap lancar jaya walau berhari-hari tidak menyusui langsung 🙂
Nah, berdasarkan pengalaman melahirkan anak kedua di atas, ada beberapa catatan yang bisa saya tuliskan. Pertama, tidak peduli apakah kita working mom ataupun stay at home mom, usahakan untuk memiliki atau paling tidak menyiapkan yang namanya POMPA ASI! Pokoknya siapkan aja, insya Allah bermanfaat.
Terkait dengan hal ini barangkali teman-teman masih bingung, apa aja sih kriteria yang mesti kita cermati kalau mau pakai pompa asi? Sebagai calon Ibu Pintar, mungkin bisa perhatikan list di bawah ini ya biar makin mantap dengan pilihannya.
- Manual atau elektrik ? Elektrik tentunya lebih praktis, tinggal nancep dan akan menghisap dengan sendirinya. Kalau manual berarti harus siap mengeluarkan tenaga lebih
- Nyaman atau tidak, biasanya sih ini berhubungan dengan masalah bikin puting lecet atau enggak.
- Praktis atau ribet, hal ini berhubungan dengan seberapa banyak printilan yang wajib dibawa.
- Ketersediaan spare part dan service center ketika bermasalah
- Suara yang dihasilkan saat memompa berisik atau halus.
- Mampu mengosongkan payudara dengan baik atau tidak.
REVIEW JUJUR SAAT MEMAKAI MEDELA SWING
Sebetulnya saya sudah cukup lama mendengar nama medela, terutama dari teman-teman yang merupakan ibu bekerja. Tapi baru kesampaian mencoba ya pasca melahirkan anak kedua kemarin dan ternyata puas banget 😀
Sebelumnya, saya coba jembrengin spare part yang dibutuhkan agar pompa asi medela swing ini bisa bekerja dengan baik
Jadi, teman-teman akan mendapatkan
- 1 unit motor
- 1 personal fit Breastshield ukuran 24 mm
- 1 konektor 2-Component
- 1 Valve head
- 1 valve membrane
- 1 botol 150 ml
- 1 tutup botol
- 1 stand (untuk meletakan botol)
- 1 adaptor listrik
Saya baru tahu kalau ternyata medela adalah produk buatan Swiss dan perusahaanya sudah ada sejak tahun 1964. Daaann, telah hadir di Indonesia sejak 20 tahun yang lalu dong! Duh, kudet bener deh saya. Selama puluhan tahun berkiprah, pastinya produk-produk yang dibuat oleh medela dibuat berdasarkan riset klinis untuk solusi terbaik agar semua ibu dapat memenuhi tanggung jawab menyusui.
Demi memastikan keamanan, plastic yang digunakan untuk botol maupun selang dipastikan BPA Free ya.Jadi enggak perlu khawatir lagi.
Siapa tahu ada di antara pembaca yang bertanya-tanya kenapa namanya kok swing? Ternyata dinamakan swing karena pompa asi ini memilik 2 tahap memerah, yaitu stimulasi dan memerah itu sendiri yang menyerupai hisapan bayi.
KEKUATAN HISAPAN
Terdapat dua pilihan memompa untuk ibu :
- Otomatis dimana tahap stimulasi akan langsung pindah ke tahap memerah setelah 2 menit
- Individual. Ini dipilih bila asi sudah menetes sebelum tahap stimulasi selesai. Kita tinggal menekan tombol asi menetes (Let Down Reflex) untuk langsung berpindah ke tahap memerah
KENYAMANAN
Beberapa ibu menyarankan teman-teman yang memiliki puting kecil atau menjorok ke dalam untuk menggunakan pompa asi elektrik karena akan menarik dan memancing putting untuk keluar. Sekilas mungkin terdengar menyakitkan ya, tapi ternyata enggak loh!
Saya merasa nyaman-nyaman saja. Begitu juga dengan putting saya yang tidak lecet walau dihisap berkali-kali, hahaha. Bila memang merasa kurang nyaman, kita bisa mengatur kekutan hisaoan mesin dengan menekan tombol (+) untuk menaikan swing dan (-) untuk menurunkan. Swing secara otomatis akan mengatur frekuensinya sendiri.
Anyway, masalah kenyamanan ini sangat penting karena akan berefek pada banyak sedikitnya produksi asi. Kebayang kan kalau saat diperah si ibu merasa sakit dan kurang nyaman, pasti asinya jadi seret. Pengalaman pribadi saya, mengosongkan asi di kedua payudara Karena nyaman, saya tidak perlu menunggu lama sampai payudara terasa kosong dan pindah ke payudara satunya. Hemat waktu kan?
BENTUKNYA RINGKAS, MUDAH DIBAWA
Yap, hal penting lainnya adalah mobile friendly. Kebayang kalau bentuknya segeda gaban, tentu akan sulit dibawa kemana-mana ataupun disimpan. Saat di rumah sakit, saya menaruhnya di meja samping kasur. Hanya membutuhkan sedikit sekali tempat ternyata. Begitu juga ketika saya membawanya pulang ke rumah. Begitu mudah menyempilkannya ke dalam tas, enteng pula. Seolah memang tidak ada beban sama sekali. Saya sangat merekomendasikan medela swing ini untuk ibu-ibu yang tiap hari harus ke kantor atau kerja di lapangan. Ada kalungannya ini loh, jadi bisa dipakai sambil dikalungin aja di leher.
Kemudahan lain yang jadi nilai plus adalah spare part yang tidak banyak, sehingga mudah untuk dibersihkan.
SUARA HALUS
Seneng banget karena medela swing saat digunakan suaranya halus, tidak berisik dan mengganggu. Gimana ya, kadang memang saya memerah sambil menyusui, tapi semakin besar si bayi semakin rungsing dia. Sehingga waktu untuk memerah yang tersisa hanya pada saat dia tertidur.
Saya pede aja memompa asi di sampingnya. Suara dari mesin motor toh tidak menyebabkan dia terbangun tiba-tiba, hehe.
SPARE PART MEDELA MUDAH DITEMUKAN
Yah, namanya juga ibu-ibu yang punya bayi. Enggak bisa dipungkiri kalau kadang kita menjadi ceroboh atau pelupa ketika ada bagian-bagian dari pompa asi yang hilang. Entah karena penyimpanan yang teledor atau dimain-mainin si kecil. Tapi jangan khawatir, spare part medela ini mudah sekali untuk dicari.
LISTRIK MATI ATAU SEDANG JALAN-JALAN DI LUAR DAN SULIT MENCARI COLOKAN? TETAP BISA DIPAKAI DONG!
Ini nih yang bikin saya merasa bahwa medela tuh juara banget di dunia pumping ibu-ibu. Lha gimana, drama-drama heboh listrik mati ataupun enggak ada colokan jadi bisa diabaikan karena…eng ing eng: BISA PAKAI BATERAI!
Iyes, cukup dengan menggunakan empat buah baterai ukuran AA merek apapun, kita sudah bisa merah payudara untuk menghasilkan asip. Bagi saya, ini jelas penemuan yang jenius. Pumping everywhere tanpa perlu capek-capek senam jari, asli itu kebahagiaan ibu bangsa se-Indonesia Raya.
Oh iya sedikinyat catatan, kita enggak perlu melepas baterai saat menggunakan pompa dengan adaptor. Super simple!
Eh, selain itu kita juga bisa menggunakan power bank dengan bantuan tambahan usb kabel. USB Kabel ini bisa dibeli di service center yah!
NAH, MAKIN YAKIN UNTUK MEMILIH MEDELA SWING KAN IBU PINTAR?
Lika-liku perjalanan menyusui memang selalu menarik untuk diceritakan ya teman-teman. Saya dan suami termasuk dalam golongan yang cukup keras kepala dengan masalah ini. Menyusui adalah sesuatu yang begitu penting bagi kami, ia bernilai ibadah dan juga bukti cinta.
Saya sangat bersyukur, dengan beratnya proses melahirkan yang dilalui tetap bisa lancar menyusui. Maka saya sangat berterimakasih pada suami yang selalu memberikan dukungan tak terhingga, mulai dari membesarkan hati ketika putus asa, menguatkan ketika lelah, membelikan pompa asi medela swing, mencuci, mensteril hingga saya bisa menggunakannya dengan nyaman.
Baca Juga : Asyiknya Melatih Motorik Anak dengan Metode Montesssori
Last but not least, berdasarkan pengalaman pribadi, saya sangat merekomendasikan medela swing sebagai pompa asi elektrik terbaik yang pernah saya coba. Alasannya apalagi kalau bukan berbagai kelebihan yang sudah saya coba paparkan di atas. Thank’s medela for helping me ‘sukses menyusui’
Karena menyusui adalah hal terindah yang bisa dilakukan seorang ibu, maka menyusuilah dengan cinta. Semangat!
19 Komentar. Leave new
MashaAllah, suami siaga banget yah mba..
Memang banyak sekali kelebihan pompa ASI elektrik dibandingkan dengan pompa ASI manual secara dari segi harga saja sudah beda jauh sekali 😄
MasyaaAlloh pengalamannya mom Ajeng, saya juga terkena DBD saat 3 hari menjelang melahirkan anak pertama. Jadi pengalaman yang tak terlupakan ya mom tentang perjuangannya melahirkan dan setelah melahirkan tetap harus memberikan ASI pada buah hati.
Wah medela swing saya penasaran dengan pompa ini, banyak uang review jadi pengen coba. Tapi sekarang aja sudah gak mompa lagi hehe next kalau punya anak lagi bisa jadi pertimbangan.
Kehadiran pompa ASI elektrik memberikan ruang kebahagiaan tersendiri bagi ibu2 yang berhalangan menyusui bayinya secara langsung. Tentu saja memilih pompa ASI juga menjadi permasalahan tersendiri karena banyak merek yang beredar di pasaran. Kalo uda baca review begini, pasti sudah ada gambaran donk untuk memilih pompa mana yg sesuai dg yg dibutuhkan
Wah mba ajeng. Ini ke dua kalinya aku baca tentang lahiran luna. Tetap aja masyAllah takjub. Bener-bener kuasa Allah. Ngomong-ngomong soal pompa ASI ya, ya ampunnnnn tau nggak ilmu aku dulu tentang pompa asi ini kurang banget. Jadi dulu aku pake pompa asi yang harganya 40 ribu itu lho dan dipompa pake itu rasanya sakita bgt, ya ampunnnn. Aku nyesel knp pake yg begituan ya. Nyiksa diri 😂
Dulu saat msh aktif memompa ASI aku sempat coba yg elektrik. Tapi dasar akunya jiper baru nyoba sekali dan ga lgsg keluar byk lgsg kapok pdhl kan ada masa adaptasi utk pompa baru ke PD ibu ya kak 😅😆
Saya jg pakai ini mbak. Pada mulanya minjem di RS yg RS grade, medela jg tapi lbh gede itu lho. rus jd tau ooo pompa yg oke tu Medela, akhirnya jd makai Medela buat memerah ASI 🙂
Ya Allah baca ceritanya ikut tegang, Mba. Kondisi panas tinggi saat HPL. Untung bayinya ga papa ya mba.
Utk medela, ini emang top brand banget. Saya pakai dulu jamanny Abang Fi krn masih kerja kantor. Dan pompanya masih yg manual kayak suntikan besar gitu. Dan saya pikir sakit, ternyata ga. Saya nyaman banget pakainya. Dan pompanya awet sampe ke Adek Fi. 10 tahun looh. Hebat ya.
Selamat ya mbaaa, ibu dan bayi semuanya sehat wal afiat. Dan semangat menyusuiii 🙂
Wah, drama banget ya mbak. Untungnya pak su siaga. Well, memang keren sih produknya. Selamat ya mbak.
Masya Alalh Mbak Ajeng….perjuanganmuuu. Salutku tuh. Alhamdulillah diberikan kemudahan semuwaa-semuwanya dalam kondisi melahirkan seperti itu ya. Semoga semua sehat seterusnya. Aamiin
Dan aku baru tau kalau swing itu karena pompa asi memiliki 2 tahap memerah, yaitu stimulasi dan memerah itu sendiri yang menyerupai hisapan bayi. Keren banget ini. Jadi banyak ibuk ibuk yang terbantu pasti.
Dan aku jadi iri, jamanku menyusui belum ada ini hihihi
Mba, aku merinding mau mewek bca perjuangan mba melahirkan, semoga sehat2 terus yaa.. Btw, dulu aku juga pakai medela tapi yang Minel karena takut kehabisan baterai pas masih di jalan. Alhamdulillah urusan mompa lancar 🙂
Waktu melahirkan anak pertama dulu saya juga nggak prepare pompa ASI, aku pikir karena waktu itu aku nggak kerja jadi nggak perlu pompa ASI. Ternyata, itu salah. Ternyata Pompa ASI sangat diperlukan. Akhirnya nyari pompa ASI seadanya karena waktu itu lahir an di kampung halaman.
Mashallah perjuanganmu mbak. Tetap semangat memberikan asi eksklusif ya. Pompa elektrik ini emang penyelamat banget.
Banyak yang pakai Medela di kantor ku juga mba. Apalagu yang double pump, larus manis.
Thanks mba infonya. Mungkin bisa membantu jika nanti saya menyusui. Btw alhamdulillah ya mba sehat dan lancar, suami juga siaga. Pdhl genting bgt kayanya situasinya. Sehat selalu ya mba.
Pemilihan pompa asi emang penting banget ya mom. Suaminya siaga banget senneg kalo dapat full support kayak gini.
Aku dulu pas lahiran juga blas enggak nyiapin pompa ASI, mbak…
bdw, aku membaca beberapa review Medela ini bagus, notedlah buat ntar kalau punya anak kedua…
Perjuangan banget ya Mbak pas melahirkan kemudian jg menyusui…
Bagus ya Medela swing ini, jadi referensi buat yg LG mencari pompa asi yg oke.