Jika ada yang bertanya kepada saya tentang makanan kesukaan selain martabak manis coklat-keju, saya tidak akan ragu menjawab STEAK. Sebongkah daging berbumbu yang dipanggang dan dibakar, disajikan bersama kentang, sayuran serta bermacam-macam pilihan saus yang membuatnya terasa lebih nikmat saat dimakan. Duh, saya kok jadi ngiler sendiri saat nulis ini.
Sayangnya, walau suka saya tidak bisa sering-sering menikmati steak. Selain berbahaya bagi dompet dan uang belanja, makan steak terlalu sering justru bisa membuatnya terasa menjadi biasa saja karena kehilangan unsur istimewanya. Untuk alasan yang terakhir jujur saya masih ragu karena belum pernah diuji coba. Barangkali ada yang mau mensponsori saya melakukan penelitian “Benarkah makan setak setiap hari akan menyebabkan kebosanan?”. Saya akan senang sekali untuk melakukannya *disepak
Pengalaman saya makan steak di tempat makan yang serius menjual steak masih bisa dihitung sebelah tangan. Pokoknya saya dan suami sepakat, kami mengijinkan diri kami menikmati steak hanya di saat istimewa atau ditraktir. Nah, boleh jadi sabtu kemarin adalah hari istimewa saya. Maaf kalau saya kemaki tapi sudah tanggal tua banget dan super long weekend pula, kami malah berani makan steak. Sungguh sangat nganu memang.
Berawal dari ajakan adik ipar yang kebetulan sedang mampir ke jakarta untuk menghadiri pameran serigala besar nakal alias BBW. Pertama, kami mau main ke aeon Cakung. Ndilalah muncul perasaan keder memikirkan nanti pulangnya bakal kayak apa. Bagaimanapun rumah saya ada di daerah BSD (Bintaro Sonoan Dikit), jauh banget dari Cakung. Kebetulan kedua, Yusuf, suami saya lagi lembur sampai jam makan siang karena hari itu adalah hari terakhir pelaporan SPT. Kantor Yusuf ada di daerah Sudirman, kalo ke Tebet hitungannya enggak jauh sih, asal jalanan lancar. Akhirnya kami sepakat untuk makan siang bareng di Prabu Steak yang terletak di kawasan Tebet.
Pukul 01.30 kami sudah meluncur dengan taksi online sambil berbekal gmaps. Alhamdulillah, jalanan jakarta lumayan kosong sehingga kendaraan kami bisa berjalan mulus tanpa macet sedikitpun. Dalam bayangan saya, Prabu Steak adalah restoran besar dan classy macam resto steak lainnya. Ternyata saya salah pemirsa. Terbukti dari bagaimana taksi kami sempat kebablasan sedikit. Saya tercengang sekali karena bangunan dari Prabu Steak adalah sebuah rumah mungil yang sederhana dengan papan reklame super mini bertuliskan PRABU STEAK AND COFFE BY PRABU REVOLUSI.
Saat masuk ruangan yang di dalam penuh sehingga kami terpaksa memilih tempat di luar. Sampai saat itu saya belum ngeh kalau Steak Prabu ini adalah milik Prabu Revolusi, seorang pembawa acara berita terkenal. Saya juga enggak sadar kalau yang berada di dalam ruangan tadi adalah Zee Zee Shahab, istri dari Prabu. Mungkin karena efek lelah dan kelaparan bikin saya jadi enggak fokus, padahal biasanya saya rada kampungan kalo ketemu orang beken, wakakakakaka.
Seorang mas-mas menyerahkan daftar menu kepada saya dan Wulan, adiknya Yusuf. Saya memiliki kebiasaan untuk melirik sebelah kanan, bagian harga terlebih dahulu sebelum nama makanannya, kebiasaan sejak jadi emak-emak. Tahu harga dulu, baru pesan kemudian, bukan dibalik. Mata saya hampir melotot. Eh, ini harganya serius enggak sih? Berulang kali saya mengucek mata angka-angka di daftar menu tidak berubah. Saya shock.
Sudahlah steaknya berukuran besar (300 gram), harganya terjangakau banget pula! Ulala, benarkah ini kenyataan? *self gaplok*
Kami akhirnya memesan semua steak yang berukuran 300 gram dengan kentang goreng maupun kentang rustic. Temen-temen yang belum tau apa itu rustic potatoes ayo pelukan, soalnya saya juga baru denger nama rustic di situ, ahahaha. Ternyata rustic potatoes adalah kentang kecil-kecil yang biasanya dicampur ke rendang itu loohh.
Sambil menunggu steak dimasak, saya dan Yusuf berjalan-jalan kesekitar situ untuk menenangkan anak-anak yang mulai rewel karena mengantuk. Kebetulan steaknya dipanggang di luar sehingga asapnya agak mengganggu. Saat kembali saya mencoba bertanya apakah ada kursi kosong di dalam. Alhamduillah, ada dua kursi yang sedang dibersihkan dan akhirnya bisa kami gunakan. Setelah duduk dengan nyaman, tak lama kemudian steaknya pun datang.
Gimana? Gimana? Udah netes belum air liur lihat tampilannya?
Nah, tanpa babibu lagi saya pun langsung menyantapnya dengan semangat. Walau saya memilih sirloin, daging pertama yang saya gigit terasa empuk dan sangat juicy, gurihnya bumbu meresap sampai ke dalam. Saus yang saya pilih merupakan paduan yang agak unik, creamy dan matah (sambal khas Bali itu loh pemirsa), tapi jangan salah, ketika daging saya oleskan ke dua saus itu lidah saya bergoyang saking nikmatnya. Sungguh sebuah keseruan yang hakiki.
Selanjutnya, sesuai dengan kebiasan saya dan Yusuf bertukar makanan untuk saling mencicipi. Tenderloin pilihan Yusuf langsung lumer saking empuknya dalam kunyahan pertama. Saya sampai merem melek ngerasain daging yang dioles saus blackpepper super lezat. Ya ampun, gimana sih caranya bikin steak yang super duper lembut begini? Tolong saya dibisikin, puhliiiissss!!
Kami berdua betul-betul larut dalam suasana khidmat menikmati sajian steak yang kami pesan saking nyam-nyamnya.
Sambil mengunyah saya mengamati interior bagian dalam Resto Prabu Steak yang mungil ini. Cukup instagramable sih, lumayan oke buat foto-foto.
Jujur ya, saya dan Yusuf membutuhkan waktu agak lama untuk menghabiskan steak berukuran 300 gram itu, gede banget ternyata! Saat piring sudah bersih, licin tandas tanpa sisa saya hanya bisa bersandar ke punggung kursi, elus-elus perut sambil mendesah kenyang dan puas.
Sepertinya sabtu kemarin betul-betul hari keberuntungan saya karena tidak cuma bisa menikmati makanan favorit, saya juga dilayani langsung oleh ownernya, yaitu pak Prabu Revolusi! Uwaaww, rasanya agak gagal fokus gitu ngelihat beliau yang biasanya anggun bawain berita sekarang cekatan dalam mengatur restorang melayani pembelinya. Tentu saja tanpa malu-malu saya mengajak beliau untuk foto bareng, ahahahahay! Alay Alay!
Om Prabu ini ternyata ramah dan murah senyum sekali loh. Beliau tidak sungkan untuk meminta maaf pada saya perihal ketidaknyamanan restorannya. Untungnya saya customer yang baik dan tidak sombong sih, jadinya langsung saya maafkan dong. Hihihihi, sungkem ya om Prabu.
Oh ya, saat kami selesai akan Luna meminta tambahan kentang. Saya menanyakan hal tersebut pada pegawainya, dan walha! Si mas langsung menyerahkan semangkuk kentang goreng kepada kami, tanpa dikenai biaya tambahan. Bonus katanya, untuk adek kecil. Huaaa, terharu sangat, hiks.
Selama saya makan di sana, cukup banyak calon pembeli yang datang sampai akhirnya beberapa ditolak karena daging habis. Uwow banget enggak sih? Baru juga beberapa jam buka sudah habis. Tapi mau gimana lagi, udah rasanya enak, harganya terjangkau, pegawainya ramah, tempatnya (bagian dalam) cukup nyaman, pastinya enggak heran kalau Steak Prabu masuk ke dalam list tempat makan favorit.
Buat temen-temen yang penasaran, silakan banget untuk mampir langsung ke Prabu Steak and Coffe yang bertempat di Jaan Tebet Utara 1 Nomor 45 C, Tebet. Restorannya buka setiap hari selasa-sabtu dari jam 11.00-24.00. Ya yang mau kepo-kepo bisa aja sih ceki-ceki langsung instagramnya di @prabusteakcoffe . Tapi hati-hati nanti jadi ileran loh ya, hihi.
Demikian sharing pengalaman saya makan di Prabu Steak yang menurut saya kelasnya bintang lima walau harganya kaki lima. Gimana, kamu mau coba?
16 Komentar. Leave new
Jadi ngiler
saya aja waktu nulis ngiler kok mas. terima kasih banyak sudah meninggalkan jejak
Kasihan lihat Aylannya, hanyak kebagian menemani makan…:)
hihihi, iya mbak elin. dia cacian banget, lha wong belum bisa makan je, hehe
Mantap
terima kasih sudah meninggalkan jejak. penyuka steak jugakah mas?
Harganya lumayan ya, bagi saya ?
ini paling murah sebetulnya bila dibandingkan holycow ataupun abuba. Saya biasanya cuma makan waroeng steak, yang murce mursidah. hahaha
Ngiler beneraann ?
yeeiii, ayo mampir
Seneng steaknya…lihat harganya… waooo… padahal di tempatku sepertiganya… rasa? Nggak njamin…hehehe
hahaha, iya mas. ada harga ada rasa biasanya. tapi steak ini insya allah beneran enak, hahaha
ahahahaha, iya nih. semangat banget ngasih infonya karena ketemu langsung sama om prabu
enakan mana mbak sama waroeng steak? #sobatmiskin #mintadisepak
mosok cah bc miskin, ra mungkiiinnnnn. Enak steak prabu sih, kalo ws kan steak boongan. wakakakaka