Children learn as they play. Most importantly, in play children learn how to learn
– O. Fred Donaldson –
“Jangan!”
“Enggak boleh pegang buku, nanti berantakan.”
“Berhenti naik-turun tangga, jatuh kamu entar.”
“Aduh, itu kan batu dan pasir, kok kamu makan sih? Sakit perut itu.”
“Awas, itu guntingnya tajam, kepotong tanganmu nanti!”
Familiar dengan kalimat-kalimat di atas? Sering mendengar? Atau malah, kita justru menjadi orang yang kerap melontarkannya?
***
Saya yakin kita semua tahu bahwa memiliki anak sejatinya adalah sebuah anugerah yang tidak terhingga. Membayangkan bahwa kita akan memiliki keturunan membawa kebahagiaan luar biasa. Karena itulah layaknya seorang calon ibu, saya pun mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kehadirannya. Mulai dari baju dengan berbagai bentuk dan warna, popok dari berbagai merek, sabun mandi, handuk, dan tetek bengek perlengkapan lainnya. Namun, ternyata saya malah melupakan satu hal yang sesungguhnya amat penting dibanding benda-benda, dan itu adalah …
Ilmu untuk mendidik anak.
Bagi saya dulu, yang penting dari mengurus seorang anak adalah memberinya makan, memandikannya, menyusui, serta memastikan bahwa dia aman. Pokoknya asal dia bertumbuh dan berkembang sesuai dengan pola KMS (Kartu Menuju Sehat) atau standar IDAI berarti saya sudah sukses.
Lagi, hanya kondisi fisiknya yang saya perhatikan.
***
Ketika memutuskan untuk tidak mempunyai ART, saya melakukan apa yang semua ibu lakukan : berlangganan TV kabel, menyetel saluran TV khusus bayi sampai sepanjang hari, bahkan menyebarkan mainan di ruang tamu untuk menemaninya bermain. Kalau dia rewel, maka youtube menjadi penyelamat. Semua ini semata-mata saya lakukan karena harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang nasibnya seperti kisah tersanjung, enggak tamat-tamat.
Tidak hanya itu, karena masih mengikuti pola asuh jaman dulu saya sering sekali mengeluarkan kata “jangan”, menakut-nakuti atau bahkan ancaman untuk memaksa anak patuh pada perintah. Saya abai dan tidak peduli pada kebutuhannya untuk stimulasi. Saya tidak memahami bahwa segala perbuatannya saat menyentuh dan menggenggam adalah sebagai bentuk eksplorasi dari rasa penasaran yang muncul secara alamiah.
Ya Allah, setiap kali fragmen kenangan tersebut muncul, saya jadi ingin menenggelamkan diri ke dalam pasir hisap. Malu …
Maka dari itu saya bersyukur sekali karena hal tersebut tidak berjalan langgeng selanggeng cicilan KPR di ibukota. Banyak perubahan yang terjadi sejak kami “terpaksa” pindah ke kota besar. Salah satu hal positif yang saya rasakan adalah terbukanya kesempatan untuk bertemu dan belajar dari orang-orang yang lebih berpengalaman.
Terutama dalam hal pendidikan anak, baik secara lahir maupun batin.
BERMAIN ADALAH KEBUTUHAN ANAK
Ketika usia anak pertama saya 2,5 tahun saya mendapatkan kesempatan untuk mengajar anak TK. Di titik inilah saya mendapatkan sebuah insight yang luar biasa tentang konsep “bermain sambil belajar”.
Sebagai guru, saya bertugas untuk membangun keterampilan berbahasa, kreativitas, sosial, intelegensia serta motorik mereka. Memastikan bahwa dua belas anak dengan rentang usia 5-6 tahun itu bisa mengikuti dan memahami kegiatan belajar di dalam maupun di luar kelas. Sekali lagi, dua.belas.anak. Dengan latar belakang yang berbeda. *kemudian istighfar*
Hari pertama di kelas barangkali menjadi hari yang tidak akan pernah terlupa. Terutama saat ingat betapa kakunya saya berkata-kata. Sampai semua murid saya hanya bisa terdiam dan bengong melihatnya. Namun, seiring berjalannya waktu dan juga karena seringnya intensitas kami bertemu saya jadi bisa menemukan sebuah pola.
Sesungguhnya, pada usia segini anak-anak memiliki kepekaan terhadap penggunaan pancaindra untuk memahami hal-hal di sekitarnya. Mereka sangat tertarik untuk mengetahui semua hal yang diketahui oleh orang dewasa. Minat mereka untuk menguasai kemampuan seperti ayah dan ibunya pun begitu besar.
Sebagai seorang fasilitator, mereka memaksa saya untuk jeli dalam menyampaikan materi. Terlalu mudah mereka bosan, terlalu sulit akhirnya menyerah. Nah loh, serba salah kan? Meski demikian, sebenarnya mereka mau saja belajar hal yang agak susah sedikit dengan satu syarat : dibuat permainan.
Baca Juga : Metode Fonik, Belajar Membaca Dengan Fun!
Untuk merangsang semangat mereka,tak jarang saya mengubah pemaparan materi dengan model lomba, teka-teki jenaka, ataupun tebak kata. Beberapa kali saya menunjuk anak tertentu yang biasanya agak pendiam, melakukan pendekatan personal dan menyemangati mereka. Tak disangka, metode ini justru sangat berhasil dilakukan.
Sambil bermain, mereka bisa melakukan lebih cepat, menyerap lebih banyak dan memahami dengan lebih baik. Yah, usia segitu memang masih merupakan saat-saat untuk bermain tanpa beban bukan?
ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Pengalaman adalah guru terbaik. Walaupun pada akhirnya saya resign karena melahirkan anak kedua, kenangan mengajar menyadarkan bahwa selama ini saya sudah salah langkah. Saya berhutang banyak permintaan maaf pada si abang karena ketidaktahuan saya selama ini saat mendidiknya. Saya menyesal dengan minimnya ilmu yang saya miliki.
“Menyesalnya jangan berlarut-larut. Ini adalah sesuatu yang bisa kita perbaiki, ayo move on.” ujar Yusuf saat menyemangati saya yang sedang terisak-isak karena merasa bersalah.
“Tapi tapi tapi…”
“Udah, yang penting jangan sampai terulang lagi. Kali ini kita mulai dengan awal yang baru.”
Berbekal semangat dan tekad untuk berubah menjadi lebih baik, akhirnya saya belajar lagi sedikit demi sedikit. Setelah tiga tahun menjadi orang tua saya baru menyadari bahwa golden ages adalah masa di mana seorang anak mulai peka untuk menerima rangsangan. Masa peka merupakan masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis sebagai respon dari stimulasi yang diberikan lingkungan sekitarnya. Biasanya terjadi di tahapan usia 0-3 tahun pertama kehidupan mereka.
Saya kembali mewek, merasa tertampar.Teringat bagaimana telah melewatkan masa-masa golden age-nya si abang. Kalau diibaratkan dengan lempung, di usianya saat itu bisa jadi dia adalah lempung yang mulai mengeras dengan bentuk dan konsep yang tidak jelas. Saya hanya bisa berharap semoga usaha kecil ini bisa memperbaiki momen-momen yang sudah hilang.
Seperti yang barusan saya tulis, saya menemukan bahwa di usia golden ages inilah waktu terbaik untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak. Lalu, sebenarnya aspek apa saja sih yang perlu kita rangsang? Salah satunya adalah tentang perkembangan fisik. Saya jelaskan sedikit ya biar kita makin ngeh dan aware.
ASPEK PERKEMBANGAN FISIK (MOTORIK KASAR DAN HALUS)
Secara umum, perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak yang merupakan hasil pola interaksi antara saraf, otot, dan juga otak. Perkembangan motorik sendiri dibagi menjadi dua, yaitu motorik kasar dan motorik halus.
Kemampuan Motorik Kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar di tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak. Gerakan ini juga melibatkan kekuatan fisik serta keseimbangan.
Perlu dicatat bahwa perkembangan ini memiliki rangkaian tahapan yang berurutan. Artinya, setiap tahapan harus dilalui dan dikuasai dahulu sebelum memasuki tahapan selanjutnya. Pada bayi misalnya, semua harus melewati tahap tengkurap, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan. Tapi di sini, kita tidak perlu khawatir karena perkembangan keterampilan ini tidak berpengaruh langsung pada kecerdasan.
Kemampuan Motorik Halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil serta koordinasi mata dan tangan. Kemampuan ini penguasaannya pada setiap anak berbeda-beda, tergantung stimulasi yang didapatnya.
Lingkungan, terutama orang tua ternyata memiliki pengaruh terhadap kemampuan ini loh! Seorang anak akan mampu mencapai tahap perkembangan mtorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. (Kemudian merasa tertampar lagi dan lagi, huhu)
Kenapa saya kok kelihatannya sedih banget? Karena oh karena, fakta membuktikan demikian. Kemampuan motorik abang dan Luna berbeda cukup jauh di usia yang sama. Stimulasi terhadap Luna jelas lebih baik, karena ketika saya bermain dengan abang, secara tidak langsung Luna juga terlibat.
MEMBERI RUANG UNTUK MEMAHAMI DAN MEMPERCAYAI ANAK
Belajar dari pengalaman sebelumnya bersama si abang, kini dengan sedikit ilmu pengetahuan yang didapat saya mencoba untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan. Kalau dulu melarang, kini mengijinkan, kalau dulu menakut-nakuti sekarang menyemangati.
Sekarang saya percaya dan yakin bahwa otak anak itu seperti spons yang bisa menyerap informasi dari lingkungan dan mempelajarinya dengan kecepatan tinggi. Segala hal yang terekam dalam pikiran anak di usia kecil mereka, itulah yang akan memberi dampak pada perkembangan dan self esteem-nya di masa depan.
Saya ingat sekali, saat menghadiri sebuah kajian parenting yang diisi oleh Ayah Irwan Rinaldi , beliau mengatakan,
“Lebih baik kita capek di awal, daripada menyesal dan lelah di akhir.”
Saya yakin, apa yang dimaksud beliau adalah, lebih baik kita berlelah-lelah duluan untuk memberikan stimulasi-stimulai terbaik dan terarah pada anak-anak sejak dini. Kemampuan anak baik untuk fisik maupun thinking skill-nya perlu dirangsang dengan berbagai kegiatan yang positif, sesuai dengan usianya.
Banyak orang tua (dan saya termasuk di dalamnya) berlomba-lomba untuk membelikan mainan terbaik, namun tidak pernah ikut bermain bersama anaknya. Tak ada komunikasi dua arah, tak ada kontak mata, dan ujungnya tak ada bonding yang terbentuk. Mainan hanyalah alat pengalih perhatian supaya orang tuanya bebas main hape.
Bahkan bisa jadi, orang tua justru akan marah-marah ketika anak meletakkan mainan yang mereka berikan begitu saja, untuk kembali tantrum. Tanpa kita mau memahami bahwa mereka sebenarnya hanya bosan atau ingin bermain bersama kita.
Ya Allah, sedih kalau ingat masa-masa itu. Maafkan mama ya abang…
Karena itulah, sejak saya meninggalkan masa lalu kelam dan pahit tersebut*halah*. Saya bisa melihat si abang dan anak-anak saya yang lain dengan perspektif berbeda. Oh, ternyata ketika dia berjalan tanpa arah itu dia sedang menyempurnakan kekuatan otot-otot kakinya. Oh, saat mencabut tomat milik tetangga sebenarnya dia itu penasaran. Oh, ketika dia melempar gelas plastik kesayangan, bisa jadi dia ingin menguji kekuatan tangannya (dan juga gelasnya)
Kini saya juga lebih legowo ketika melihat dia bermain pasir dan membentuknya sembarangan. Begitu juga saat dia berlatih bermain sepeda tanpa roda bantu. Saya justru menjadi orang yang menyemangati dan menguatkan saat dia terjatuh. Sekarang saya berani memberinya kesempatan untuk memegang pisau, membantu saya memotong sayur. Dengan syarat, dia harus sangat berhati-hati.
Hal berbeda saya lakukan pada anak nomer dua. Kalau dengan kakaknya, Yuan (6 tahun) saya yakin dia sudah cukup memahami keamanan maupun bahaya pada setiap aktivitas yang dilakukannya. Luna (2,5 tahun) dan Aylan (14 bulan) saya stimulasi hal-hal yang ringan, terutama untuk motoriknya.
Kegiatan besar seperti menggenggam sendok untuk makan, memegang gunting untuk memotong, dan menulis, semuanya membutuhkan latihan dasar penguatan otot-otot tangan. Pastinya mereka tidak ujug-ujug bisa melakukan hal tersebut kan? Butuh latihan berkali-kali agar mereka bisa melakukan aktivitas tersebut dengan sempurna.
Maka dari itu, mereka butuh belajar dan latihan. Dan tahukah teman-teman, bahwa kita bisa melakukan hal tersebut dengan fun, yaitu bermain! Karena dengan bermain inilah mereka bisa terlibat secara aktif. Mereka harus berusaha untuk melakukan sesuatu sendiri, terutama dengan menggunakan tangan, iya kan?
PENTINGNYA MELATIH MOTORIK ANAK
Penting banget! Seorang anak bisa melakukan berbagai macam aktivitas mulai dari hal yang sederhana ataupun rumit dengan mudah, apabila motoriknya terlatih dengan baik. Saya yakin, anda pasti pernah bertemu dengan orang dewasa yang untuk sekedar memegang pisau dan mengupas bawang saja dia tidak mampu.
Hal ini bisa saja terjadi karena dia tidak pernah dilatih sebelumnya. Luna, pada saat pertama kali dilatih untuk menuang biji-bijian dari satu mangkok ke mangkok lain dengan jarak berdekatan pasti tumpah-tumpah. Pasti. Dia akan terus melakukan kesalahan ini kalau saya tidak memberinya kesempatan untuk mencoba dan memperbaiki keterampilannya.
Qadarullah sekarang, berbulan-bulan setelahnya, Luna mulai bisa makan nasi dengan sendok dan menggunakan tangannya sendiri. Dengan nasi yang tumpah dalam jumlah minimal.
Nah, barangkali teman-teman di sini banyak yang mulai menyadari dan mau mengedukasi diri sendiri. Bahwa anak butuh distimulasi kemampuan motoriknya sejak awal. Yang jadi masalah sih biasanya, kita merasa bingung kira-kira stimulasi seperti apa ya yang harus dilakukan? Kalau dengan bermain, permainan yang kayak mana? Perlu jadwal bermain atau tidak? Harus di luar atau di dalam rumah? Peralatan yang dibutuhkan apa saja? Dan segambreng pertanyaan lainnya.
Sini deh sini, saya peluk dulu (kemudian berpelukan). Yuk baca blog ini sampai selesai karena saya mau berbagi tentang kegiatan untuk mengembangkan kemampuan motorik ketiga anak saya yang usianya berbeda-beda itu.
IDE BERMAIN UNTUK MELATIH KEMAMPUAN MOTORIK ANAK
Mari kita mulai dengan MOTORIK HALUS
Menyobek kertas

Menyusun Balok

Mencari Water Beads di dalam air

Memindahkan biji dari satu mangkok ke mangkok lain

Memeras spons

Mencocokan lubang

Meronce

Melepas dan menempel sticker

Memindahkan bola dengan kaki
Memancing ikan kertas di air

Menusuk kertas dengan pensil

Menggambar

Motorik kasar
Berguling

Memakai kaos kaki sendiri

Melipat baju (eh ini termasuk motorik kasar atau halus? mohon koreksinya)

Berdiri sambil mengangkat satu kaki

Berenang

Nah, sebetulnya kegiatan untuk melatih motorik kasar masih banyak banget ya seperti bersepeda, melempar bola, menendang bola, memanjat, dan lain-lain. Yang saya tulis di sini hanya sebagian kecil contoh saja.
MONDE BOROMON COOKIES, SAHABAT TERBAIK UNTUK MENEMANI ANAK BERMAIN
“Waktunya snack time, waktunya snack time…!” Kata saya sambil menunjuk jarum panjang yang telah berada di angka sepuluh.
Ya, kadang kala saking asyiknya bermain kami tidak sadar bahwa saat untuk memakan camilan sudah tiba. Kalau sudah begitu anak-anak biasanya tinggal duduk manis menanti makanan selingan yang akan saya berikan.
Sebelumnya, saya mau tanya dulu deh, apa sih kriteria kalian saat memilih snack untuk anak-anak? Bergizi dan menyehatkan mah udah pasti. Selain dua hal itu, kalau saya suka yang rasanya enak, ringan, mudah dibawa kemana-mana, dan bisa dipegang anak-anak.
Seperti Monde Boromon Cookies !!!

Dari namanya aja mungkin udah ketahuan ya kalau makanan ringan yang satu ini adalah produk dari PT. Monde Mahkota Biskuit. Sebuah perusahaan yang selama ini terkenal sekali dengan biskuit-biskuitnya yang endolitaa!
Nah, kenapa sih pilih monde boromon cookies? Jawabannya simpel aja, tentu karena banyak kelebihannya. Kelebihannya apa aja? Sini saya jembrengin :
- Pertama, cocok untuk anak usia 1-5 tahun (walau ibunya kadang juga suka ikutan ngemilin)
- Bebas gluten karena terbuat dari sari pati kentang sehingga mudah dicerna oleh perut anak kita
- Mengandung madu dan minyak ikan (dan kita tahu betul apa manfaat dari keduanya)
- Terdaftar di BPOM dan sudah halal MUI, sehingga kita tenang dong ya
- Teksturnya itu loh, LEMBUT dan MELELEH begitu terkena air liur, sehingga memudahkan banget anak-anak untuk menelannya.
Agar lebih meyakinkan, teman-teman bisa simak juga tentang komposisi alias bahan baku dari snack favorit emak eh, anak-anak maksudnya.

Packaging monde boromon cookies ini lucu loh. Sekotak beratnya sekitar 120 gram dan ketika dibuka di dalamnya ada 6 plastik, masing-masing 20 gram. Jadi, semisal kita mau pergi, enggak perlu bawa gede-gede. Cukup bawa sebiji mungil, selipkan ke dalam tas. Saya suka sih kemasan yang dipisah-pisah begini, lebih higienis dan enggak mubazir.

Enggak cuma sekedar snack, monde boromon cookies dibentuk bulet-bulet mungil karena memang ada unsur edukatifnya. Jadi, kita bisa mendapatkan banyak manfaat ketika memberikan ini ke si kecil karena;
- Bentuknya yang sedemikian rupa membantu anak untuk melatih koordinasi tangan dan mata / saraf motorik terutama saat mengambil makanan dan memasukkannya ke mulut.
- Teksturnya melatih otot rahang untuk mengunyah makanan lembut.
- Melatih anak untuk mengambil dan mengenggam menggunakan jari jempol dan telunjuk.

Oh iya, saya memiliki beberapa tips lain untuk menikmati cookies istimewa ini. Selain dimakan langsung, kita bisa menaburkannya di atas ice cream atau yoghurt atau salad buah. Rasanya endeuuussss bangetts!!!

Alhamdulillah, sampai saat ini anak-anak sangat antusias setiap kali saya menyajikan cookies ini baik di rumah maupun di luar. Walau untuk sekali makan, memang enggak cukup satu sih, hahaha. Tapi tenang, harganya sangat terjangkau kok. Dijamin enggak bakal bikin kantong bolong. Teman-teman juga bisa dengan mudah menemukannya di toko atau supermarket terdekat atau secara online di mondemart.com .
ANAK ADALAH AMANAH, YUK MARI KITA JAGA & PERSIAPKAN MEREKA
Saya yakin, teman-teman pasti sepakat bahwa anak adalah amanah, dan tugas kita sebagai orang tua adalah menjaganya. Tapi, satu hal yang perlu kita sadari, mereka tidak akan selamanya menjadi anak-anak. Sungguh, saya sendiri rasanya hampir tidak percaya kalau anak saya yang dulu masih dalam buaian kini sudah beranjak besar.
Mereka, tidak akan selamanya berada di dekat kita. Akan tiba waktunya ketika mereka masuk ke dalam lingkaran sosial di mana kita hanya bisa mengamatinya. Di saat itu mereka harus survive sendirian.
Maka, persiapkan anak-anak kita sebaik mungkin dengan memanfaatkan golden moment mereka di usia dini. Karena ya itu tadi, segala input yang kita berikan akan terekam dengan baik di dalam otak mereka. Masukan-masukan inilah, yang kita harapkan bisa menjadi tonggak kepercayaan diri dan self esteem mereka menghadapi dunia luar.
Terakhir, mari luangkan waktu. Mari ciptakan saat-saat terbaik mereka menjadi kenangan tak terlupa yang membahagiakan. Karena masa kecil, tidak akan bisa terulang kembali 🙂

19 Komentar. Leave new
Aq pengen nyoba deh ini Monde boromon cookies dijadikan topping es krim, kelihatan jd tambah enak deh
Jangan sampai kita sebagai orang tua terlewat masa2 indahnya si buah hati mengeksplore apapun disekitarnya, karena itulah masa2 emas bagi anak2.
Oia itu cemilannya juga anak2ku pada suka, rasanya enak dan gak terlalu manis.
madaaammm, saya kok ngakak liat foto-fotonya.
Awalnya, pengen nyulik Luna yang cute abiiisssss..
Terus bagian berenang ituuu…
Mengapa dua modelnya sama mimiknya, tanpa ekspresi hahaha
Tapi keren-keren yaaa madam, kreatif bangeettt.
Saya mah menyerah kek gitu, biasanya main yang mudah aja.
Main bongkar2 juga tak mengapa.
Main airnya sambil bantuin emaknya nyuci, daripada stres digelendotin mulu, mending ajak aja sekalian bayi 14 month nyuci hahahaha.
Daannn setelah ketemu Monde Boromon Cookies makin bahagia deh mamak gak kreatif ini.
Gak perlu siapin kreatifitas yang keren.
Cukup ngemil bareng, si bayi sibuk pegang bulatan cookiesnya udah cukup rasanya jadi stimulasi yang bagus banget buat si bayi 😀
“Jangan disobek kertasnya, itu kan belinya pake duit!”
“Jangan disobek, kan kan jadi berantakan kan!!”
“Duuh kamu nih!”
kata anaknya “mamah tau gak sih, kalo aku diam kreativitas ku berhenti tau, trus gak berani mencoba krn takut salah.”
Wkwkwk… jadi santai aja lah ya, emaknya musti nurunin std ekspektasi nih. Yang ptg tumbuh kembang sesuai usianya saja.
Seru banget ini banyak contoh-contoh latihan motorik yang bisa dicontek kalau anakku udah gedean. Abis main langsung nyemil Boromon. Senangnya double. Soalnya bisa sambil latihan motorik (lagi) juga ya..
Memberi ruang dan memberi kepercayaan pada anak-anak jadi membuat dia PD dan kemampuan dalam perkembangannya bisa berdampak bagus yah Mbak
Keponakanku juga suka banget nyusun balok gitu. Wah, ternyata cookies Boromon ini banyak sekali ya kelebihannya. Baru tahu aku malahan setelah baca postingan ini.
Setuju dengan quotenya. Lebih baik kita capek saat anak2 masih kecil ya karena kita menstimulasi mereka. Daripada kita cuek tapi anak gak cerdas.
Wah banyak kegiatan sederhana yg bisa dilakuin u/mengembangkan motorik anak yah mba,btw samaan anakku juga suka monde boromon cookies nih😋
Next time cobain ah si Boromon ini ditaburkan diawtas es krim hihi. Menariiik. Anw makasih mbak ide ide gamesnya 😀
Lucu2 aktivitasnya mbaa.. Btw, monde boromon cookies ini emang cocok banget ya buat anak2, buat emaknya juga sih, dicemil bareng2 sambil baca buku 🙂
suka banget sama quotes nya, “Lebih baik capek diawal”.
senang banget bisa melatih motorik sambil mengemil
Wah kak Ajeng emang paling juara soal kegiatan Montessori nih apalagi pas bgt ada 3 anak yg bs diajak ya kak. 😍
Aku kalau baby Ray naik tangga masih sering ngelarang. Habis gimana, tangganya tidak berpengaman, tinggi pula. Huhu
Madam kreatif dan super telaten banget.. Minder akutu liatnya.
Gak kepikiran euy jadiin Monde Boromon toping es krim. Kayaknya enak nih, kapan-kapan dicoba ah.
Hihihi lucu yang berguling.
Iya anak2 kudu diajarkan memakai kaus kaki, sepatu bahkan baju sendiri. Ini di rumah jg anak2 suka banget melipat2 baju 😀
Aku paling demen nih kalau sudah bermain sama anak dirumah, ibaratnya biarin aja rumahnya berantakan. Karena melatih motoriknya juga sangat perlu banget.
Makin seru ya mba kalo mainnya ber3an gitu, ga perlu ngajar di TK lagi ini mah, cukup ngajar anak sendiri udah tersalurkan ilmu dan energu mamaknya hihi. Keep inspiring, mba Ajeng.
Keren madam. Permainan dan stimulasi buat anak kadang nggak perlu yang mahal-mahal ya. Cuma perlu memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita