Vaksinasi tetap prioritas meski berada di dalam masa pandemi
– Madam A –
Hai semua, tahu enggak sih kalau pada minggu terakhir di bulan April kita tuh merayakan Pekan Imunisasi Dunia? Yaps, setahun setelah munculnya pandemi Covid-19 yang meresahkan itu, akhirnya World Immunization Week kembali diadakan. Horay!
Perayaan Pekan Imunisasi Dunia tahun 2021 ini terasa spesial karena tujuannya sangat penting dan spesifik : meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi di era Covid-19. Maklum, berdasarkan data Kementrian Kesehatan, pada bulan April 2020 yang lalu, angka cakupan imunisasi turun hingga 4,7%.
Hal ini tentunya bikin galau banyak pihak. Kita sudah cukup repot dan habis-habisan gegara Covid, jangan sampai penyakit lain ikut menyerang.
Kenapa Harus Vaksin?
Saat masih gadis saya sering bertanya-tanya, kenapa sih ibu-ibu pada semangat pergi ke Posyandu tiap bulan dan rela lihat anaknya disuntik jarum sama Bidan? Kenapa harus serepot itu?
Sekarang, setelah 8 tahun lebih menjadi ibu, pertanyaan ‘kepo’ saya dulu terjawab sudah. Memberikan imunisasi berisi vaksin yang lengkap pada anak adalah sebuah tanda cinta orang tua ke buah hati. Titik. Tanpa koma. Tanpa debat.
Pada sesi webinar yang diselenggarakan oleh The Asian Parents dan Kenapa Harus Vaksin di hari Jumat, tanggal 30 April kemarin, dr.Attila Dewanti Sp.A(K) bersama Sissy Prescillia menyampaikan bahwa setidaknya ada 4 manfaat lahir-batin apabila orang tua memberikan vaksin ke anaknya :
- Mencegah kematian. Kurang lebih ada 2-3 juta kematian yang bisa dicegah dengan penggalakan imunisasi.
- Mencegah penyakit. Bund, vaksinasi dapat menghalau lebih dari 26 penyakit yang mau mampir ke anak kita loh Bund.
- Mengurangi resistensi antibiotik. Vaksinasi mampu mencegah penyakit pada tahap awal sehingga kebutuhan akan antibiotik tertunda atau bahkan dihilangkan.
- Menyelamatkan orang. Cakupan imunisasi yang tinggi secara global dapat menyelamatkan lebih dari 1,5 juta orang setiap tahunnya.
Gede banget ya manfaatnya? Dirasakan oleh semua pihak loh, enggak cuman diri sendiri. Enggak heran banyak orang bilang kalau orangtua yang tidak mau memvaksin anaknya itu egois. Lha wong dampak vaksinasi sebesar itu.
“Tapi kok rasanya kejem banget sih, bayi yang masih mungil-mungil itu udah ditubles sama suntikan?”
Tenang bund, tenang. Enggak semua vaksin harus pake suntik. Vaksin polio misalnya, tinggal ditetes langsung ke dalam mulut. Meski demikan, proses suntik menyuntik itu juga cuma bentar aja kok sakitnya. Enggak berkepanjangan gimana-gimana.
Oh iya, supaya temen-temen yakin bahwa vaksinasi adalah hal yang tepat, saya mau jembrengin beberapa alasan. Biar ragu-ragunya hilang dan makin semangat.
Jadi, ada lima alasan kenapa seorang bayi yang baru lahir perlu divaksin :
- Sistem imun tubuh anak belum sempurna, vaksinasi membantu memperkuat sistem imun agar mampu melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh nantinya.
- Vaksinasi menghindarkan anak dari penularan penyakit berbahaya. Masih inget kasus yang wabah difteri kan? Itu serem banget eui karena bisa mengabitkan kematian.
- Vaksinasi melindungi anak dan juga semua orang di sekitarnya. Catat ini kisanak, SEMUA.
- Menghemat waktu dan biaya. Jarang sakit berarti jarang ke dokter, berarti enggak tambahan cost ataupun waktu yang terbuang. Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Apa Dampak Bila Bayi/Balita tidak Vaksinasi Lengkap?
As I said before, pandemi yang mengerikan ini memang membuat sebagian besar orangtua ciut dan menunda untuk memvaksin anaknya. Bukan karena tidak mau tapi lebih karena takut pergi ke rumah sakit dan takut keluar rumah. Covid-19 memang ter.la.lu.
Penundaan pemberian vaksin terkadang bikin orang tua kemudian lupa sehingga tak jarang bayi-bayi yang lahir di masa pandemi, vaksinasinya tidak lengkap. Kalau sudah begini, apa efeknya?
Bu dokter menjawab bahwa bayi yang tidak diimunisasi lengkap menjadi tidak mempunyai kekebalan.
Oh no!
Tidak memiliki kekebalan berarti anak-anak akan mudah tertular penyakit, menderita sakit berat, menularkan ke anak lain, menyebar luas dan bahkan bisa menyebabkan wabah. Enggak cuman itu, efek paling parah adalah munculya kematian atau anak-anak yang cacat.
Polio sebagai contoh. Penyakit ini menyebabkan kaki menjadi kecil. Kaki yang tidak sempurna akan membuat penderita bergantung pada alat atau orang lain seumur hidup. Secara otomatis, masa depan pengidap polio menjadi kurang produktif.
Aduh aduh aduh, tentu saja kita tidak ingin hal tersebut terjadi. Anak-anak membutuhkan pelindung yang membantunya aman dari serangan penyakit. Kekebalan tidak bisa didapatkan pakai doa atau air semburan jampi-jampi dukun. Vaksin yang lengkap adalah ikhtiar terbaik untuk menggapai imunitas.
Anak-anak yang Tidak Bisa Divaksin
Tidak semua anak berada dalam kondisi yang bisa mendapatkan vaksin. Ada kekhawatiran pemberian vaksin justru membahayakan situasi kesehatan mereka.
Nah, anak-anak tersebut antara lain:
- Anak dengan keganasan (kanker) atau sedang proses kemoterapi
- Anak yang sedang mengonsumsi obat-obatan immunosupresi
- Anak dengan riwayat alergi berat pada pemberian vaksinasi yang sama pada dosis sebelumnya.
Anak-anak dalam kondisi diatas menggantungkan perlindungan pada lingkungan anak-anak yang sudah divaksin loh. Jadi, secara tidak langsung ketika kita memvaksin anak kita, kita turut menjaga anak-anak lainnya.
Anyway, pada saat kelas berlangsung, ada satu pertanyaan yang banyak banget ditanyakan oleh para bunda.
“Dok, gimana kalau terlambat kasih imunisasinya?”
Iya, saya pernah banget mengalami ini. Waktu itu saya ragu untuk melakukan vaksin karena anak-anak lagi flu. Saya khawatir pemberian vaksin bisa memperburuk kondisi anak. Alhamdulillah, jawaban bu dokter cantik sangat menenangkan.
Beliau mengatakan bahwa sebetulnya anak yang sedang flu, demam ringan, diare atau konsumsi antibiotik bisa tetap divaksin.
“Vaksinasi tidak akan membuat penyakit anak tambah parah kok.” katanya tegas.
“Namun bila orangtua memang ragu ya sudah, silahkan nanti orangtua menyampaikan ke tenaga kesehatan. Keterlambatan pemberian vaksin tetap bisa dikejar, insya Allah.” tambah beliau lagi, menjawab pertanyaan beberapa ibu yang kebingungan.
Tentang Bayi Prematur & Imunisasi Ganda
Temen-temen yang melahirkan lebih cepat dan bayinya lahir prematur enggak usah bingung ya. Dedeknya masih bisa divaksinasi kok. Cuman memang sebaiknya vaksin diberikan saat berat badannya lebih dari 2000 gram. Jadwalnya pun sesuai dengan jadwal vaksin rekomendasi IDAI.
Semangat mengASIhi supaya berat badannya terkejar! Yakin, ASI bisa banget bikin bayi kayak ditiup, langsung mengembang gitu.
Tapi, apabila bayi lahir prematur dan berat badannya cukup, pemberian vaksin bisa dilakukan secara normal. Jadi cukup pembayaran THR aja yang tertunda, imunisasi jangan. *lah curcol*
“Bund, kalau misalnya sekali datang ke dokter anakku dapet 2 vaksin sekaligus tuh aman enggak sih?”
Saya pernah nih kayak gini, lupa sih pas jamannya Luna atau Aylan. Pokoknya waktu itu kami melakukan lebih dari 1 vaksin. Supaya hemat waktu, enggak bolak-balik gitu. Efisien ceunah.
And yes, multiple injection alias imunisasi ganda itu aman kok. Kementrian Kesehatan justru merekomendasikan metode ini. Katanya, pemberian lebih dari satu jenis imunisasi dalam satu kunjungan bermanfaat mempercepat perlindungan kepada anak.
Memang sih, pas disuntik yang kedua si kecil waktu itu sempet kejer. Ya kali disuntik senyum-senyum aja. But relax mom, dad, ketidaknyamanan akibat rasa nyeri suntikan ketika diberikan imunisasi ganda hanya akan dirasa dalam waktu singkat. Tiga menit setelahnya paling udah senyum-senyum lagi.
Selain imunisasi ganda, ada juga vaksin kombinasi. He, apa pula vaksin kombinasi itu? Well, penjelasan mudahnya vaksin kombinasi adalah gabungan beberapa komponen vaksin ke dalam satu vaksin untuk mencegah lebih dari satu jenis penyakit.
Vaksin kombinasi berperan sangat besar loh di masa pandemi gini. Seenggaknya vaksin ini bisa mengurangi jumlah suntikan dan jumlah kunjungan orang tua ke fasilitas kesehatan.
Tips agar Anak Nyaman Saat Vaksinasi
Horor. Mungkin itu yang dirasakan oleh kebanyakan orang tua (eh,saya ding) saat hendak imunisasi anaknya. Wajar sih, ibu mana yang tega lihat anaknya dienjus-enjus jarum suntik. Belum lagi kalau ada demam setelah vaksin.
So, berdasarkan pengalaman, yang pertama kali harus ditenangkan adalah orang tua. Kalau ortunya tenang, anaknya juga tenang. Orangtuanya panik, anaknya pasti panik. Perhatikan deh.
Untuk mengatasi rasa takut, biasanya sih saya mencari informasi terlebih dulu. Entah secara online atau tanya-tanya ke orang lain yang sudah pengalaman. Mengetahui apa yang akan saya hadapi membuat saya lebih siap.
Sehari sebelum berangkat, saya sudah mulai sounding ke anak kalau besok mau jalan-jalan untuk vaksin. Selain itu, saya pun tak lupa untuk cek buku vaksin sudah dibawa atau belum. Misal butuh bawa mainan kesukaan supaya anak lebih anteng juga boleh.
Tapi sekeren-kerennya mainan, pelukan dari ayah atau ibunya jauh lebih bisa menenangkan anak loh. Emang yang namanya skin to skin itu nyaman banget kok. Memeluk anak juga mencegah anak bergerak berlebihan saat akan disuntik.
Kesimpulan Akhir
Pandemi Covid-19 masih belum terlihat ujungnya, namun penyakit-penyakit selain Covid-19 masih beredar dimana-mana. Jadi, beban rumah sakit selama pandemi memang meningkat berkali-kali lebih berat karena selain menangani kasus Covid, mereka masih menerima kasus non-covid.
Kebayang banget rasanya mesti datang ke fasilitas kesehatan untuk vaksin. Tapi saat ini sudah banyak falisitas kesehatan yang memisahkan pasien berobat karena sakit dan vaksinasi. Cara ini membuat proses vaksinasi lebih aman. Bahkan di tempat saya tinggal, ibu bidan berkenan keliling untuk tetap melakukan vaksinasi.
Nah, tenaga kesehatan aja berjuang banget supaya cakupan imunisasi terpenuhi. Jangan sampai kita kalah semangat. Yuk tetap memvaksin anak. Selama melakukan protokol kesehatan dengan ketat baik sebelum, saat, dan sesudah melakukan vaksinasi, insya Allah resiko tertular virus Covid-19 minim.
Ingat, vaksinasi adalah ikhtiar sekaligus tanda sayang. Mari kita sama-sama berjuang agar anak-anak, serta lingkungan kita aman dan sehat, jauh dari serbuan penyakit.
Percayalah, lebih lelah dan menyakitkan saat melihat anak harus tidur di bed rumah sakit, dibanding melihat mereka nangis semenit karena disuntik vaksin. Iya kan?