Perpustakaan riwayatmu kini, semakin cerah, semakin menarik untuk didatangi, dan semakin dicintai.
– Madam A –
Saya ingat sekali, dulu waktu SD ada sebuah bangunan yang cukup besar tapi jarang dibuka. Sebagai anak kecil berusia delapan tahun yang penasaran, saya pun mengintip tipis-tipis lewat jendela. Ada begitu banyak buku dalam rak yang tersusun dengan rapi, begitu juga meja dan kursi. Ini ruangan apa? tanya saya dalam hati.
Pertanyaan itu terjawab beberapa hari setelahnya, saat pelajaran bahasa Indonesia. Usut punya usut ternyata tempat itu bernama Perpustakaan.
Perpustakaan adalah mencakup suatu ruangan, bagian dari gedung / bangunan atau gedung tersendiri yang berisi bukubuku koleksi, yang diatur dan disusun demikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca (Sutarno NS, 2006:11).
Saya jatuh cinta pada kunjungan pertama ke perpustakaan. Meski tempatnya berdebu dan suasananya agak menakutkan. Toh buku-buku yang ada di sana tetap bisa menghibur dan membentuk tawa.
Sayang sekali, perpustakaan di SD saya jarang dibuka. Padahal saya suka sekali membaca sambil menunggu jemputan mama atau papa. Tak jarang, saya meminjam buku di sana untuk dibawa pulang. Senyum selalu tersungging kalau ada buku baru di dalam tas.
Setidaknya, saya punya teman untuk menghabiskan waktu di rumah. Buku.
Baca Juga : Review Jujur Novel Elena
SEKILAS KENANGAN DENGAN PERPUSTAKAAN
Kesukaan saya dengan kegiatan membaca memang sangat didukung di rumah, karena papa dan mama sepakat untuk membuka usaha taman bacaan. Maklum, rumah kontrakan kami dekat dengan pondok pesantren dan sekolah-sekolah lainnya.
Saat SD saya sudah khatam membaca karya-karyanya Fujiko F. Fujio, Enid Blyton dan seri Tokoh Dunia. Bahkan saat diajak jalan-jalan oleh papa, tujuan kami adalah toko buku Gramedia. Sekedar melihat-lihat tanpa membeli saja sudah bikin bahagia.
Beranjak SMA, saya agak jarang pergi ke perpustakaan. Bukan kenapa-kenapa, tapi sekolah saya itu bekas rumah sakit sehingga tiap ruangan punya kisah horornya sendiri. Suasana perpustakaan yang agak singup membuat saya tidak begitu betah untuk nongkrong di sana.
Nah, ketika kuliah perpustakaan kampus Fakultas Hukum UGM patut saya acungi jempol. Gedungnya baru, koleksi bukunya lengkap. Cocok jadi tempat pacaran, dan ngerjain tugas. Saya melewati masa-masa pedih menyelesaikan skripsi di sini.
Saya juga pernah ditolak oleh dosen ketika revisi, lalu nangis di pojokan perpustakaan. Merasa sangat kesal saat memandangi tumpukan buku serta kertas. Lelah karena kerja keras berhari-hari seperti sia-sia.
Begitu juga ketika menikah dan diboyong suami ke kota kecil di daerah Jawa Timur bernama Tulungagung. Walau kota ini jarang terdengar gaungnya, fasilitas perpustakaan yang disediakan oleh pemerintah setempat sangat mumpuni! Ruangan dingin berkarpet, suasana nyaman, serta pustakawan yang ramah.
MENUJU RAKORNAS
Tahun 2014 suami secara resmi pindah ke Jakarta untuk kuliah. Dan sebagai istri yang baik saya ikut dong. Di sini entah kenapa saya belum tertarik untuk berkunjung ke perpustakaan.
Ada beberapa alasan sih, pertama kami enggak kenal Jakarta. Kedua, tempatnya agak jauh, ketiga khawatir tempatnya enggak ramah anak.
Jujur, saya sangat tertarik saat melihat postingan teman-teman yang berkunjung ke gedung baru perpusnas yang baru saja diresmikan oleh Presiden Jokowi Agustus 2017 yang lalu. Perpustakaan nasional yang dulunya ada di Salemba, kini ada di jalan Medan Merdeka.
Karena itulah, saya excited ketika mendapatkan undangan untuk meliput siaran pers menyambut hadirnya Rakornas Bidang Kepustkaan 2019 yang mengangkat tema “Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Untuk Kesejahteraan Masyarakat”
Hadir sebagai pembicara, ada Dra. Ofy Sofiana, M. Hum Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Dr. Joko Santoso, M. Hum Kepala Biro Hukum dan Perencanaan Dra. Sri Sumekar, M.Si Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional Dr. Bachtiar Kepala Pusat Penerangan Kemendagri Dra. Woro Titi Haryanti, MA Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan.
Mereka memaparkan betapa pentingnya negara hadir dalam menunaikan tugas penguatan gerakan literasi. Terutama saat mengetahui bahwa minat baca masyarakat amat rendah.
Konsep yang selama ini kadung terbangun di mata masyarakat tentang perpustakaan cukup menyedihkan. Gedung yang tampak tua, suasana suram, serta pustakawan jutek. Perpustakaan bukan tenpat yang bersahabat bagi anak-anak, apalagi yang sedang sedang aktif-aktifnya eksplorasi kesana-kemari.
Cara pandang ini jelas harus diubah. Tidak serta merta, tapi perlahan-lahan pemerintah sudah merancangnya. Salah satunya dengan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2018. Melalui aturan ini, Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang perpustakaan sebesar 1 triliun akan digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan di daerah.
Saya terpukau sekali saat menyimak bagaimana perpustakaan bisa turut andil dalam usaha menyejahterakan masyarakat. Ada yang membuka pelatihan fotografi, ada yang menjadi penengah antara petani dan ahli-ahli, ada yang menyediakan kursus bahasa Perancis, bahkan ada mantan preman yang bertaubat dan menjadi sahabat perpustakaan!
Tidak hanya di dunia nyata, bahkan di dunia digital perpustakaan ikut menunjukan taring dengan membuat aplikasi iPusnas yang bisa diunduh secara gratis di Playstore. Kita dipersilahkan untuk membaca dan meminjam hanya lewat ponsel.
Selain itu, gedung perpusnas betul-betul membuat saya takjub. Terdiri dari 24 lantai, dengan ruangan-ruangan terang, suasana menyenangkan, karpet empuk, dan yang pasti spot-spot instagramable. Perpusnas tampil sebagai tempat yang mampu menarik kunjungan masyarakat. Menjawab kegelisahan saya sebagai emak-emak dengan tiga anak.
RAKORNAS 2019
Nah, kira-kira sepak terjang apalagi ya yang akan dihadirkan oleh perpustakaan di tahun-tahun berikutnya?
Semua akan dibahas dalam Rakornas 2019 yang diadakan di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta pada tanggal 13-16 Maret nanti.
Pada acara ini akan hadir sejumlah menteri dari Kabinet Kerja Gotong Royong. Sebut saja Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Keuangan Sri Mulyani, serta narasumber lainnya, Tidak hanya itu, rakornas ini nantinya akan dihadiri lebih dari 2000 peserta dari Dinas Perpustakaan Provinsi/Kabupaten/Kota, Bappeda, Asosiasi Penerbit/Pengusaha Rekaman, Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi, Sekolah, serta para pustakawan dan para penggiat literasi seluruh Indonesia.
Penasaran dengan hasilnya? Yuk, kita tunggu saja!