Majalah bobo itu selain memiliki nilai edukatif, ada nilai sentimentilnya juga. Menurut saya sih, enggak tahu kalau mas Anang.
– Madam A –
Halo selamat pagi, bagaimana kabarnya hari ini? Duh, maafkan kalau pertanyaannya kok formal banget. Harap dimaklumi karena saya mulai kehabisan kata-kata untuk menulis. Secara kemarin sudah bergerilya untuk menyelesaikan tujuh tulisan dalam waktu sehari saja. Sedangkan di hari ini masih harus mengerjakan empat tulisan, dan ini yang pertama.
Mari kembali ke laptop, kira-kira kalian bisa nebak enggak postingan kali ini temanya apa? Yang berhasil tebak, kalau perempuan saya kasih cium virtual, kalau laki-laki dilarang nebak ya, khawatir entar Yusuf cemburu. Bihihik.
Bhaique, supaya kalian enggak makin penasaran, saya langsung kasih tahu aja deh ya : tentang kenangan masa kecil. Duh, gimana ya masa kecilku biasa-biasa aja soalnya, enggak istimewa-istimewa banget.
Seandainya ada yang ingin ditulis, mungkin membahas tentang majalah bobo adalah cerita terbaik. Jadi, waktu saya dulu masih berusia sekolah dasar, papa dan mama memutuskan untuk mendirikan sebuah usaha yang berhubungan dengan buku. Mereka membuka taman bacaan.
Berawal dari situlah hobi membaca saya dimulai. Mulai dari komik-komik karyanga Fujiko F. Fujio seperti Doraemon, 21 Emon, Bakeru-Kun, ataupun Ninja Hatori. Saya juga bisa membaca karya-karya milik Enyd Bliton secara gratis. Pokoknya, saat itu bahagia banget.
Nah, walaupun buku komik bertebaran di mana-mana, majalah Bobo tetap menjadi favorit saya. Bahkan saat ini, saya pun mencoba untuk berlangganan majalah tersebut.
Salut sekali dengan regenerasi redaksi majalah Bobo yang sepertinya tidak pernah lekang dimakan waktu. Bayangkan, kisah bobo, bona, dan rong-rong yang tidak pernah bosan untuk dibaca serta gambar yang sangat khas. Belum lagi berbagai ragam informasi yang tersaji begitu menarik dan kekinian.
Walau masalah harga antara jaman dulu dan jaman sekarang memang berbeda, hahaha. Sebuah majalah bobo dijual dengan harga lima belas ribu rupiah di toko buku gramedia. Harga yang pantas untuk sebuah majalah yang bisa bertahan melawan arus jaman.
Membaca bobo selalu membuat saya terlempar ke masa lalu. Saat yang menjadi masalah dalam pikiran hanyalah sebuah pekerjaan rumah. Saat beban terasa tidak ada. Berbeda sekali dengan sekarang, mikir sekolah anak, mikir makan, mikir tabungan, dan lain-lain.
terima kasih majalah bobo karena sudah membersamai kami sampai selama ini.
1 Komentar. Leave new
Majalah yang selalu ditunggu-tunggu tiap pak pos dateng ke rumah 🥰