Ngeri sekali saat tahu bahwa diabetes, penyakit tidak menular yang biasanya menjangkiti orang dewasa ternyata juga bisa kena ke anak-anak. Apalagi angka penderitanya terus meningkat, duh…
– Madam A –
Pagi itu, dr. Aman Bhakti Pulungan Sp.A(K), Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan kalau angka penderita diabetes pada anak usia 0-18 tahun dalam jangka waktu 10 tahun meningkat hingga 700%. Suatu angka yang terbilang fantastis namun menyedihkan. Sedih karena itu artinya, generasi penerus kita memiliki resiko mutu hidupnya menjadi lebih rendah.
Kami semua, baik blogger maupun jurnalis yang diundang untuk menghadiri media briefing dari Kementrian Kesehatan dengan tema “Anak Juga Bisa Diabetes”, menyimak dengan sungguh-sungguh apa yang disampaikan oleh semua narasumber. Bagaimanapun, kata “diabetes” sudah begitu sering lewat di telinga, tapi tetap saja saya tidak betul-betul memahaminya.
Alhamdulillah, kok sama Allah dikasih kesempatan untuk belajar langsung dari ahli. Karena itulah, saya akan mencoba berbagi informasi tentang Diabetes pada anak, baik DM tipe-1 maupun DM tipe-2. Siapkan konsentrasi dan kekuatan untuk menyimaknya yah!
APA ITU DIABETES MELITUS?
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala penyakit yang ditandai oleh meningkatnya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal secara setahun. Hal ini disebabkan adanya gangguan pada hormon insulin yang dihasilkan kelenjar pankreas.
Baca Juga : Mengenal Lebih Jauh Kanker Anak
Insulin berfungsi mengatur penggunaan glukosa oleh otot, lemak atau sel-sel lain di tubuh. Apabila produksi insulin berkurang, maka akan menyebabkan tingginya kadar gula dalam darah serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Jadi gini, nilai glukosa darah yang normal pada manusia adalah kurang dari 100 mg/dL untuk glukosa darah puasa. Sedangkan untuk glukkosa darah 2 jam setelah TTGO <140MG/dL dengan HbA1C < 5,7 %.
Apabila teman-teman melakukan cek gula darah dan hasil yang keluar di atas angka tersebut, sebaiknya langsung periksa ke Fasilitas Kesehatan terdekat ya. Enggak bermaksud nakut-nakutin, tapi diabetes yang tidak diperiksa bisa menyebabkan komplikasi dan ujungnya adalah kematian.
TIPE-TIPE DIABETES
Diabetes Melitus atau yang biasa disingkat DM yang terjadi pada anak-anak kebanyakan adalah DM tipe-1. Tapi jangan salah, terdapat kecenderungan peningkatan kasus DM tipe-2 dengan faktor resiko obesitas, genetiik, etnik, serta riwayat DM tipe-2 di keluarga.
- DM tipe-1 disebabkan adanya kerusakan sel beta pankreas (penghasil insulin) sehingga tidak ada insulin. Kalau ditarik mundur kenapa pankreasnya bisa rusak adalah interaksi dari banyak faktor antara lain: kecenderungan genetik, faktor lingkungan, sistem imun, dan sel pankreas itu sendiri yang perannya terhadap proses pengolahan glukosa belum diketahui.
- DM tipe-2 sangat erat kaitannya dengan gaya hidup alias lifestyle. Terutama gaya-gaya yang tidak sehat seperti berat bedan berlebih, obesitas, kurang aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak seimbang serta MEROKOK. Hieh, kezeel deh masalah rokok ini pasti muncul sebagai penyebab banyak penyakit.
- DM Gestasional adalah diabetes yang diderita ibu saat mengandung. Penyebabnya adalah peningkatan hormon anti insulin selama kehamilan.
- DM tipe lain disebabkan oleh penggunaan obat steroid secara berlebian, adanya tumor anak ginjal, tumor kelenjar hypofisis, dll.
GEJALA-GEJALA YANG PERLU DIWASPADAI PADA ANAK DM
Ada banyak gejala yang perlu banget orang tua perhatikan terkait DM ini. Diantaranya
- Banyak makan. Anak dengan DM akan merasakan lapar terus-menerus meski baru selesai makan. Rasa lapar ini didorong oleh jumlah insulin yang tidak memadai sehingga gula tidak dapat diolah menjadi energi.
- Banyak minum. Anak akan merasa haus terus-menerus karena ketidakmampuan tubuh memproduksi hormon insulin sehingga tubuh mengalami dehidrasi.
- Banyak kencing dan mengompol. Rasa haus yang menyebabkan anak selalu minum tidak diimbangi dengan kemampuan tubuh untuk menyerap cairan dengan baik. Anak dengan DM akan lebih sering buang air kecil dari frekuensi normal terutama di malam hari.
- Penurunan Berat Badan yang drastis 2-6 minggu sebelum terdiagnosis. Jaringan otot dan lemak meyusut akibat ketidakmampuan tubuh dalam menyerap gula dalam darah. Maka jangan heran, kalau anak kurus tetap bisa kena DM.
- Kelelahan dan mudah marah. Tubuh anak yang tidak mampu menyerap gula dari makanan membuatnya kekurangan energi sehingga mudah merasa lelah. Anak juga akan mengalami gangguan perilaku dan perubahan emosi, menjadi cepat marah dan murung.
- Pada DM tipe-2 tanda-tanda fisik yang menyertai adalah perubahan warna kulit menjadi gelap. Resistensi insulin atau gangguan pada kerja insulin dapat menyebabkan area ketiak dan leher anak menghitam.
PENYINTAS DM tipe-1 BERBAGI KISAH
Ibu Aisyah, Istri dari Bapak Konang Prihandoko hanya bisa tertegun saat melihat bahwa di kamar mandinya muncul semut. Selain itu, hal yang cukup aneh juga menimpa anaknya, Fulki Baharuddin Prihandoko. Anak bungsunya yang saat itu berusia sembilan tahun kerap sekali mengompol, terutama malam hari. Barangkali hal tersebut disebabkan kebiasaan baru putranya yang bisa menenggak air putih hingga seliter sebelum tidur.
Merasa ada sesuatu yang salah, Bu Aisyah akhirnya pergi ke dokter. Di sana, dokter memberikan obat untuk menanggulangi kebiasaan ngompol Fulki. Ketika mengonsumsi obat tersebut, gangguan tersebut terobat. Namun ternyata itu hanya sementara, saat Fulki tidak minum obatnya kebiasaan ngompol itu muncul lagi.
Tidak ada yang bisa mengalahkan insting seorang ibu. Rentetan kejadian aneh yang terjadi di rumahnya membuat Bu Aisyah mengambil keputusan untuk melakukan pengecekan gula darah pada Fulki. Sebagai catatan, dokter maupun tenaga medis lainnya tidak ada yang menyarankan untuk melakukan hal itu.
Fulki berada di sekolah, saat sang Ibu ditelepon oleh pihak rumah sakit. Nilai gula darah bocah yang bersekolah di Al-Azhar Pusat itu 750, luar biasa tingi. Pihak Rumah Sakit dengan panik, kata Bu Aisyah, memaksa agar Fulki langsung rawat inap waktu itu juga. Sungguh sebuah keajaiban mengetahui bahwa Fulki tidak mengalami koma dan justru terlihat baik-baik saja.
“Dunia serasa runtuh saat dokter telah menegakkan diagnosis bahwa Fulki positif mengidap DM tipe-1.” Kata Bu Aisyah dengan suara bergetar, di hadapan kami semua.
“Tapi kami berdoa dan berpikir bahwa sesungguhnya kami beruntung, Fulki masih ada bersama kami. Kami harus kuat, kami yakin bisa melewati ini bersama-sama.” Tambahnya.
Dengan perjuangan yang sangat luar biasa, Fulki dan orang tuanya ternyata bisa menjalani hal ini, paling tidak sampai sekarang. Sudah 3 tahun mereka bertiga bahu-membahu, bekerja sama serta mendisiplinkan diri untuk merawat diabetes Fulki.
Memang diabetes tidak dapat disembuhkan, akan tetapi dengan kontrol metabolik yang baik, anak dapat tumbuh dan berkembang seperti anak lainnya. Just like ordinary child. Kontrol metabolik yang dimaksud adalah mengupayakan kadar gula darah dalam batas normal atau mendekati nilai normal tanpa menyebabkan anak malah menjadi kekurangan glukosa dalam darah.
Fulki barangkali betul-betul anak yang terpilih. Bersyukur orang tuanya mau mempelajari tata laksana pemberian insulin maupun obat-obatan. Mereka juga sangat gigih memberikan pemahaman pada Fulki tentang penyakitnya, serta do’s dan dont’s-nya.
Alhamdulillah, walau menderita diabetes, Fulki tetap bisa beraktivitas secara normal. Dia bisa bersekolah, olahraga dan bermain ke rumah teman-temannya. Dia bahkan bisa melakukan ibadah umroh serta melakukan sunat. Padahal tahu sendiri orang diabet itu boleh dikatakan “tidak boleh terluka” karena khawatir lukanya bisa membusuk.
Begitu juga dengan pihak sekolah dan teman-teman Fulki, mereka sangat mendukung dan mau memahami kondisinya. Fulki sekarang sudah memiliki survival skill karena memang teredukasi. Saat ini dia mampu melakukan pengecekan gula darah dan menyuntik insulin secara mandiri. Selain karena memang harus, dia terbiasa menghindari makanan/minuman dengan gula berlebih.
Duh, pokoknya kisah Fulki dan orang tuanya ini betul-betul menyentuh hati saya dan barangkali teman-teman media lain yang hadir di sana.
YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH DIABETES
Sedih sekali ketika tahu bahwa DM tipe-1 tidak dapat dicegah karena siapapun dapat mengalaminya. Berbeda dengan DM tipe-2 yang berkaitan erat dengan lifestyle seseorang. Nah, ikhtiar yang bisa kita lakukan antara lain.
- Mempertahankan berat badan ideal. Jika anak Bb-nya berlebih, usahakan untuk mengurangi antara 5-10%. Caranya dengan melakukan diet kalori dan rendah lemak.
- Perbanyak makan buah dan sayur setiap hari.
- No sugar dan no added sugar. Terutama minuman kemasan yang berasa dan bersoda. Itu gulanya tinggi banget ya gaes.
- Aktif berlahraga minimal 30 menit dalam sehari (duh PR banget nih buat madam). Ternyata olahraga penting bagi penderita DM karena bisa menurunkan gula darah dan meningkatkan kadar insulin.
UPAYA DARI KEMENKES
Kementrian Kesehatan dalam hal ini tentu saja telah mengusahakan yang terbaik dalam rangka memerangi diabetes. Seperti yang dipaparkan oleh dr.Cut Putri Arianie MH.Kes – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), bahwa pihaknya memiliki target untuk menurunkan angka kematian dini akibat penyakit tidak menular di tahun 2030.
“Awareness make it different, karena itu orang tua harus teredukasi dan peduli pada perubahan-perubahan yang terjadi pada anaknya.” Ungkap beliau tegas.
“Siapa saja yang masuk IGD, ada baiknya memaksakan diri untuk melakukan cek gula darah juga.” Pungkasnya.
Memang sih, saya sendiri berpikir bahwa sebenarnya untuk penyakit-penyakit tidak menular yang pemicunya adalah gaya hidup, itu akan membuat BPJS bangkrut. Selain itu economic loss juga akan dialami oleh keluarga si sakit. Sedih…
Nah, karena itulah beberapa usaha yang sudah dilakukan oleh kemenkes antara lain;
- Pemberian edukasi seperti poster, iklan, serta melakukan media briefing seperti ini.
- Menyediakan Posbindu serta pemberian kit kepada setiap desa agar masyarakatnya bisa melakukan screening diabetes.
- FKTP atau adanya pemberian surat rujuk balik sesuai dengan formula yang ditetapkan. Ini bisa dilakukan oleh dokter umum.
EFEK DIABETES, KE MANA SAJA?
Untuk kasus diabetes sendiri dr.Aman mengatakan bahwa ada 3 dari 5 orang tua yang memutuskan untuk berpisahkan saat diagnosis anak mereka telah tegak. Tentnya ini sesuatu yang amat getir. Orang tua saling menyalahkan di saat mereka harusnya solid. Dobel sedihnya ya Allah…
Tuh kan, ternyata sakitnya salah satu anggota keluarga bisa menyebabkan timpangnya kehidupan sosial. Hal-ha seperti inilah yang kurang banyak diangkat oleh media.
Kesadaran negara kita akan diabetes masih sangat rendah, berbeda jauh dengan negara lain yang bahkan telah menerapkan traffict light labelling. Di mana setiap makanan kemasan wajib memberikan informasi mengenai jumlah gula, garam dan kandungan lain di dalam produknya.
Hal yang paling sulit untuk dilakukan untuk melawan diabetes barangkali adalah karena culture bangsa kita yang memang sangat menyukai makanan manis. Coba lihat di kanan-kiri berapa banyak penjual minuman teh susu dengan tambahan gula dan kental manis seabrek-abrek?
Begitu juga saat bertamu, tuan rumah biasa menyediakan teh yang memakai tambahan pemanis. Kalau cuma nyuguhin air putih khawatir nanti dikira pelit, padahal ada pesan kesehatan di baliknya kan?
Karena itulah, semoga tulisan sederhana ini bisa menambah wawasan dan meningkatkan awareness pembaca tentang diabetes. Gula memang manis dan terasa lezat, tapi jumlah yang berlebihan justru akan membuat hidup kita tidak terasa manis lagi. Semoga kita semua bisa sehat terus yaa!
Baca Juga : Flu? Yuk Coba Minum Sari Jahe
23 Komentar. Leave new
Masya Alloh Fulki sangat menginspirasi ya mba, saya sangat setuju dengan jika orangtua harus memiliki edukasi dan kepedulian tentang keadaan/kondisi anak.
Karena mencegah lebih baik daripada mengobati.
Kadang mamake yang dengan tidak ada rasa bersalah kasih coklat,
harus segera tobat 😣
Aku semenjak mamahku terkena diabetes pada tahun 2003 kalau gak salah, mulai disitulah menjaga banget pola makan. Sampai sekarang pun aku kalau minum selain air putih sudah dipastikan tidak pakai gula. Karena mamahku pun kena diabetes bukan keturunan tapi gaya hidup.
Apapun yg berlebihan memang gak bagus ya, makanya sampai sekalrang anakku gak pernah ngerasain es kepal em itu, semua yg manis dijadiin satu ngeri
Alhamdulillah ibunya Fulki cepat mengetahui ada yang salah dengan tubuh anaknya.
Yang gak bisa bayangin pas RS tahu kadar gula darah dalam tubuh Fulki dan ibunya dikasih tau kalau Fulki harus rawat inap. Pasti shock itu.
Perlu sosialisasi lebih nih DepKes dalam hal penyakit Diabetes pada anak.
Ternyata anak pun bis akena diabey ya kak. Duh jadi ngeri deh.. emang culture itu yg paling susah diubah yaa utk ngurangin minum manis. Tapi HARUS!
Ya ampun, gak tega deh lihat Fulki.
Kalau anak-anak saya di rumah bisa di rem sih minum manisnya.
Justru emaknya ini yang masha Allaaaahh, jadi takut sendiri setelah baca ini.
Keren deh sosialisasi tentang diabetes pada anak.
Aku malah takut sama diriku sendiri setelah baca ini, secara kalau nulis malem pasti ditemenin minuman dan cemilan manis-manis, haduuu.. secepatnya cek kadar gula darah ah 🙁
Ya Allah ketangguhan Fulki walaupun kena DM Tipe 1 tapi masih tetap aktif berakifitas ya mba. Tinggi skali padahal sampai 750. Sehat sehat ya Fulki. Makasih sudah berbagi ya mba
Terima kasih article nya mbak. Aku harus jaga banget keluarga kecil ku. Makanya kami rajin makan buah dan sayur. Karena kami ada keturunan diabetes. Almarhun Papah ku dan Almarhumah Ibu mertua ku. Kadang kita perlu juga gula dan kalori sebagai energy. Sekali lagi terima kasih banyak
Kita harus sampaikan informasi ini ya mba, paling tidak ke keluarga orang terdekat dan tetangga. Supaya makin banyak yang tahu dan terhindar dari penyaki DM ini.
terharu baca kisah fulki
tapi salut ya.ortunya, teman dan lingkungan dia mendukung
bahkan fulki sendiri sudah bisa survivor
semoga fulki sehat sehat terus
Jaga gula darah harus banget… Karena merupakan penyakit keturunan yah. Daku juga punya teman yang sakit ini, awalnya gemuk, sekarang lurusnya lebih kurus dari daku. Semoga nggak ada lagi yang menderita diabetes yah
artikel kak ayu bikin aku lebih aware. kirain hanya usia lanjut saja yang terkena diabetes. ternyata anak kecil juga bisa ya.
Fulki ini persis Papa aku.. setiap hari harus suntik insulin, model suntikannya pun seperti pulpen, tinggal cetek aja.. lumayan khawatir juga ke anak2, karena punya 2 kakek yang sakit diabetes..
Lagi berusaha banget ngurangi junk food, pun mau makan, ngumpet2 dari anak. Temanku dulu punya diabet, kasian tiap abis makan sesuatu yg menurut dia beresiko lgsg cek gula darah.
Harus makin banyak nih penyuluhan tentang bahaya diabetes. Biar semua orang makin aware sama bahayanya diabetes.
Zaman dulu diabetes itu kyknya menyerang org2 yg udah berumur ya. Zaman skrng remaja dan anak2 pun bisa kena. Emang kudu memperbaiki lifestyle, dimulai dr ortunya jgn sering2 kasi makanan bergula2 gtu.
Denger cerita hidup Fulki macem naik roller coaster ya mba, deg2ser Subhanallah ujiannya. Banyak hikmah yg bosa diambil dari kisahnya.
Makasih sharingnya mbak, ternyata anak gemuk juga nggak baiknya…padahal ada beberapa ortu seneng kalo anaknya gemuk…duh..setelah baca artikel ini saya akan lebih menjaga makanan yg masuk ke anak… hehehe. Biar nggak gemuk2 banget…
Salut sama orangtua Fulki yang mau bahu membahu dan tidak malu anaknya terkena diabetes melitus. Sosialisasi seperti ini harus sering dilakukan untuk orang tua supaya semakin sadar, Gaya hidup yang tidak baik bisa berdampak penyakit serius dan bisa menyerang siapa saja tanpa kenal usia.
vetul, harusnya orang tua betul-betul memahami hal ini ya
Duh ya ampuuunnn itu nyuntikin sendiri? Kok ngilu ya ngebayanginnya.
Ternyata bisa menyerang anak2 juga ya. Harus lbh aware nih terhadap gejala2 apapun itu.