Bagaimana respon kamu jika tiba-tiba, di suatu siang yang terik, masuklah sebuah WA dari wali kelas anakmu yang melaporkan bahwa. Bahwa anak kita bercanda dengan temannya, tapi bercandanya itu pakai adegan menyentuh penis si teman.
*terdengar suara candhyaaaa berchandhyaaaaa dari kejauhan*
Oke, it isn’t something funny anymore. Ini masalah serius.
Respon yang bisa aku kasih secara spontan adalah istighfar, astaghfirullah, saking speechless-nya. Itupun jari-jariku kayak otomatis ngetik karena pikiranku auto ngeblank. Aku cukup sering dapet laporan dari ustadzah tentang perilaku si bungsu di sekolah. Tapi sejauh ini, ini yang paling jauh.
Ustadzah kayak paham kalau aku shock. Oleh karena itu, beliau langsung menjelaskan kronologis kejadiannya. Kata beliau, ada tiga orang yang terlibat, pertama si bungsu, kedua sebut saja A , dan ketiga sebut saja C. Bisa dipahami kan ya?
Nah lanjut, ustadzah pun memanggil ketiga anak ini dan meminta penjelasan awal mula ceritanya itu seperti apa. Aku kenal sama si ustadzah ini dan bisa membayangkan cara beliau bicara ke anak-anak, Insya Allah bukan yang marah-marah atau gimana sehingga aku merasa tenang dan percaya.
Berdasarkan pengakuan ketiganya, yang pertama kali melakukan adalah anak aku. Niatnya melakukan itu untuk bercanda ke si B. Nah, si B ini membalas hal yang sama. Kebetulan banget, di situ ada si C yang polos dan enggak tahu apa-apa, tapi turut menjadi korban dari anakku dan si B.
Ya Allah… *ngelus dada*
Tiga anak ini kemudian kembali diingatkan oleh ustadzah bahwa penis merupakan kelamin sekaligus aurat yang harus ditutupi. Dilihat orang lain aja enggak boleh, apalagi disentuh-sentuh buat alasan bercanda pula. Anakku dan si B mengaku salah, meminta maaf, dan berjanji enggak akan melakukan hal itu lagi.
So, case closed.
Tapi, meski kasus sudah ditutup, ustadzah berpikir bahwa aku selaku orang tua wajib tahu perilaku keliru yang Aylan lakukan. Masya Allah, aku sungguh menghargai tindakan beliau karena kalau aku yang jadi beliau pun akan melakukan hal yang sama.
Menyampaikan kabar negatif seperti ini tentu bukan hal yang mudah. Aku yakin ustadzah juga banyak-banyak beristighfar dan galau memikirkan bagaimana cara ngomong paling tepat ke aku. Alhamdulillah, pesan beliau tidak menyalahkan, tidak merendahkan si anak juga. Betul-betul menggunakan adab yang seharusnya.
Luput Mengingatkan Tentang Aurat Ke Anak
Ada satu poin penting yang disampaikan ustadzah ke aku terkait kasus ini. Beliau bilang bahwa Aylan mengakui perbuatannya dengan wajah dan kalimat yang polos, seolah belum paham batasan antara aurat laki-laki dan perempuan.
“Aylan baru paham kalau itu salah setelah saya kasih penjelasan Umm.” Kata ustadzah.
Masya Allah *ngelus dada lagi*
Kalau diingat-ingat, sepertinya aku memang enggak banyak ngobrolin hal ini sama Ayla. Beda sama kakaknya dulu memang. Waktu si abang seumuran Aylan, dia banyak banget bertanya ini itu, salah satunya kenapa penis dia bisa tiba-tiba berdiri (klik untuk membaca cara terbaik menjelaskan kenapa penis bisa tegak).
Sekarang ketika sama Aylan, aku cuma ngingetin untuk tidak mandi bareng dan ketika mandi, pintu kamar mandi harus ditutup karena itu aurat. Tapi aku lupa pernah atau enggak menjelaskan bahwa aurat itu tidak boleh disentuh sembarangan dan dijadikan bahan bercandaan.
Fiuuh… aku bersyukur banget setidaknya ini terjadi sekarang, ketika Aylan berada di lingkungan yang baik, ketika dia didampingi dengan guru yang baik pula. Bener-bener jadi pengingat buat aku, dan tentu saja ayahnya. Sori mori stroberi, meski kami lagi LDM, dia tetap harus tahu apa saja perbuatan anaknya kan?
Baca Juga : Hebohnya LDM Minggu Pertama
Bicara Dengan Aylan Terkait Kejadian Menyentuh Penis Temannya
Chat antara aku dan ustadzah diakhiri dengan pesan beliau untuk turut mengingatkan Aylan mengenai aurat. Ini penting tentu saja, karena harusnya pelajaran tentang aurat justru dimulai dari rumah kan? *tersipu malu*
Nah, untuk ngobrolin masalah ini ke Aylan aku butuh tempat dan waktu yang tepat. Bukan di depan kakak-kakaknya karena ini bakal merusak marwah dia. Bukan juga di saat dia lagi bete atau sibuk melakukan hal yang lain.
Duh, kurang hebat apa sih aku jadi orang tua. Padahal dia yang bikin salah, tapi aku di sini yang justru berhati-hati untuk mengonfirmasi masalahnya. Masya Allah Tabarakallah…
But again, ini sesuatu yang enggak pernah kita pelajari di sekolah padahal sangat esensial untuk dipahami. Meskipun pesan yang mau kita sampaikan benar, tapi waktu dan caranya salah, pesan itu bisa tertolak loh.
Rugi waktu dan tenaga nanti.
So, aku ngobrolin hal ini ketika dia lagi guling-guling di kasur nemenin aku kerja. Kebetulan waktu itu, kakak-kakaknya juga masih sekolah, hanya ada kami berdua saja di rumah.
“Dedek, Mama tadi di-WA sama ustadzah loh.” kataku membuka percakapan
“Oh iya? berarti Mama udah tahu dong.” jawab Aylan sambil meluk bantal. Ekspresinya antara takut tapi tetep sambil ketawa-ketawa.
“Iya, hehehe. Tapi Mama pengen denger Dedek sendiri yang cerita.” kataku lagi.
kemudian dia bercerita dari sudut pandangnya. Aylan bilang awalnya dia itu cuma bercanda tendang-tendangan kaki. Tapi ya terus kelewatan sampai akhirnya dia iseng pegang eh sentuh penis si teman. Nah, si teman ini juga kayaknya sama-sama belum tahu dan menganggap hal tersebut lucu, jadilah mereka kemudia bercandaan hal itu dan nyolekin teman-temannya juga.
“Oke, berarti Dedek udah tahu kan kalau menyentuh penis teman itu enggak boleh?” tanyaku memastikan.
“Iya aku udah tahu.” jawabnya.
“Bagian manalagi yang enggak boleh dipegang? Kalau aurat anak perempuan apa aja? Terus gimana cara menghalau kalau tiba-tiba ada yang mau megang?”
Beberapa pertanyaan aku ajukan ke dia. Ada yang bisa dijawab, ada yang enggak. Tapi enggak apa-apa, dari sana kami malah jadi ngobrol banyak. Ending dari diskusi ini, aku mengingatkan dia sekali lagi bahwa memegang penis temannya is a big no.
Udah, cuma itu aja.
Pengingat Bagi Orang Tua
Setiap kali dapet laporan kelakuan ajaib anak-anak, aku biasanya bakal nge-blank dulu. Habis itu melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Terus begitu masalah selesai, auto merenung dan mikir kalau anak-anak uwe sungguh luar biasa dalam mengingatkan orangtuanya.
Ada begituuuu banyak hal yang menurutku luput untuk dilakukan, dan akhirnya Allah mengingatkan lewat anak-anak. Meski seringnya bikin aku kelimpungan, tapi aku lumayan bersyukur karena setidaknya, aku tahu harus ngapain.
Iyes, belajar parenting atau nyimak youtube parenting itu enggak bikin anak-anak kita baik budi dalam sekejap. Itu, adalah bekal yang membuat kita mampu untuk menghandle masalah dengan benar.
So, untuk kasus kali ini aku enggak down. Biasanya kalau dapat laporan aneh-aneh, aku bakal down, ngerasa jadi orang tua yang gagal dalam mendidik anak. Tapi alhamdulillah banget, kali ini aku fokus untuk menyelesaikan, menyampaikan bahwa perilaku tersebut salah, dan mengajarkan sikap yang betul itu seperti apa.
Aku berharap, semoga aku bisa terus berpikir dan bersikap positif seperti ini. Karena anakku ada tiga, dan ketiganya sudah beranjak remaja yang artinya aku bakal menghadapi kejadian-kejadian tak terduga. Semoga Allah terus menjaga anak cucuku untuk terus berada di jalan yang benar. Dan semoga Allah juga menjaga anak-anak dari temen-temen yang sudah membaca tulisan ini. Aamin ya Allah.
1 Komentar. Leave new
Iya yaa mba, hal begini justru harusnya jadi reminder buat kita. Bukan malah malu dan marah. Masih untung kita diingatkan saat si anak masih bisa untuk ditegur dan dinasehatin. Coba kalo kebawa sampe gede.
Ini juga jadi pengingatku buat jelasin ke anak2 supaya tahu batas aurat yg terlarang untuk dipegang atau jadi bahan bercandaan 👍
[…] Baca Juga : Saat Anak Menyentuh Penis Teman Dengan Sengaja […]