Hari Blogger Nasional akan jatuh pada tanggal 27 Oktober atau sekitar 2 hari lagi. Kemudian hari ini, menjadi hari terakhir dari tantangan menulis blog KEB dalam rangka menyambut hari besar tersebut. Aku sudah menyiapkan diri untuk menulis sesuatu yang bersemangat, tapi gairahku untuk menulis hilang.
Setelah aku tadi membaca isi WA yang dikirim oleh ustadzahnya anak bungsu.
Hari ini sebetulnya berjalan dengan sangat menyenangkan. Aku mendapatkan job untuk menulis reportase event Indocomtech 2023 di ICE BSD. Lalu agar anak-anak tetap berada dalam pengawasan, aku memanggil ART yang biasanya membantu di hari minggu, untuk datang siang ini. Tugasnya adalah beres-beres dan menemani anak-anak.
Jam 5 sore aku sudah di rumah, kelelahan tapi puas. Aku mengurus anak-anak untuk makan, mandi, merapikan rumah yang berantakan (lagi) lalu mandi dan rebahan. Ketika baru saja menyentuh kasur, si bungsu dengan takut-takut bertanya, “Mama udah baca WA dari ustadzah?”
Deg.
Kalau dia sudah bicara begitu, artinya ada sesuatu yang tidak beres. Saking sibuknya, aku tadi jarang buka WA dan sepertinya WA dari Ustadzah memang terlewat. Lalu, muncullah laporan tersebut. Laporan yang mengatakan bahwa Aylan main-main duduk di meja dan menyenggol botol minum temannya hingga pecah.
Aku langsung menarik napas. Ya Allah… opo meneh sih iki?
Anaknya minta maaf, menjelaskan kronologi kejadian tapi aku merasa sedang sulit untuk menerimanya. Aku merasa bersalah, marah, malu, dan juga enggak enak banget sama si anak yang botol minumnya dipecahin.
Baca Juga : Saat Anak Menyentuh Penis Teman Dengan Sengaja
Sudah berulang kali aku mendapat laporan yang beebda-beda tentang Aylan, tapi intinya tetap sama : dia berbuat sesuatu yang merugikan orang lain. Aku, tentu saja langsung japri ibu si anak, minta maaf dan berjanji akan mengganti botol minumnya yang pecah.
Alhamdulillah si ibu memaafkan. Sedikit beban yang ada di punggung terangkat. Tapi aku baru bisa benar-benar lega kalau barangnya sudah diganti dan bertemu untuk minta maaf langsung.
Melawan Mood Untuk Tetap Menulis
Jujur nih, aku itu pengen banget produktif kayak teman-teman blogger lain yang bisa tiap hari nulis, atau konsisten nulis organik 2x seminggu. Setidaknya supaya bisa bener-bener happy dan bangga ketika Hari Blogger Nasional tiba.
Tapi ya gimana, kadang aku udah semangat buat menulis, udah menyisihkan waktu. Ehladalah, ada aja kejadian yang membuatku urung dan malas. Kayak gini ini, mood berantakan, fokus terpecah pula. Terus gimana mau menulis yang cantik dan enak dibaca?
Fiuuhh…
Inilah tantangan nyata yang harus dihadapi blogger : mood.
Dan aku sekarang sedang berjuang menghadapi hambatan itu. Mood-ku amburadul, ambyar, tapi aku tetap memaksa diri untuk bangun, duduk di kursi, membuka laptop, dan menulis. Meski tulisanku pasti enggak genah banget. Tapi setidaknya, aku berhasil selesai.
Tidak hanya selesai membuat satu tulisan baru, tapi selesai mengikuti challenge dari KEB. Please, aku bangga sama diriku sendiri karena hal ini. Makannya, boleh dong aku minta tepuk tangan online dari teman-teman yang membaca tulisan ini?
Hehehe.
Refleksi Hari Blogger Nasional
Setelah seminggu konsisten menulis 1000 kata dengan tema yang berbeda, aku jadi menyadari banyak hal. Pertama, menulis 1000 kata bukan hal yang sulit-sulit amat ketika isinya 98% curhat. Kedua, ternyata aku bisa membuat dua postingan blog dalam satu hari. Satunya job, satunya tantangan, keduanya sama-sama lebih dari 1000 kata.
Jadi, kalau seminggu bikin dua tulisan organik aja gagal terus itu artinya apa coba?
Well, artinya aku memang terlalu malas, banyak alasan, dan emang enggak serius untuk membangun blog. Jauh sama cita-cita yang pernah aku setting saat awal-awal membuat blog dulu.
*Puk-puk diri-sendiri*
Jadi inget sama salah satu lirik lagunya Mbak Taylor. Itu loh yang it’s me, Hi, I’m the problem it’s me. Problem gagal bikin postingan baru di blog itu tidak melulu karena anak rewel, habis dikabarin kalau anak bikin masalah, atau apapun itu. Problem utamanya ada di aku, mau atau enggak untuk menulis? Gitu.
Baca Juga : 5 Alasan Dibikin-Bikin Kenapa Jarang Nulis
A Little Step For A Better Blogging Experience
Ketika menulis ini, aku jadi kepikiran, mungkinkah selama ini aku kurang menemukan alasan kuat untuk bisa posting blog minimal semingu sekaliii aja khusus untuk postingan organik? Padahal isi kepalaku selalu riuh dengan hal-hal entah apa dan butuh dikosongin supaya bisa terisi kembali dengan pemikiran-pemikiran baru. Biar enggak penuh dan malah bikin stress gitu loh.
Atau, mungkinkah aku terlalu muluk-muluk dalam memasang target hingga akhirnya merasa capek sendiri dan berhenti?
Hmm…keduanya terdengar masuk akal semua sih.
So, berdasarkan dua hal yang sebutkan di atas, sekarang aku enggak mau terlalu ambis dalam menyusun target capaian. Aku pengen menulis dengan bahagia sehingga pesan dan maksud dari tulisanku bisa sampai ke pembaca.
Jadinya, target postingan khusus tulisan organik aku turunkan jadi seminggu satu kali saja. Enggak usah ndakik-ndakik, mending realistis. Apalagi dengan kondisiku sekarang yang mana enggak lagi pake ART full, lagi LDM-an sama Bang Thoyib, plus ada kerjaan freelance lain yang cukup menyita perhatian.
Just a little step, tapi mudah-mudahan bisa membuat blogging experience-ku setelah bulan Oktober ini menjadi lebih baik. Toh sebetulnya aku sendiri pun selalu bahagia dan plong kok kalau bisa menulis satu tulisan. Udah berasa kayak sukses menyelamatkan dunia, hahah.
Thank You KEB
Aku enggak tahu siapa nih diantara emak-emak di KEB yang memberi ide untuk challenge kali ini. Apalagi temanya juga bagus-bagus meski memang ada yang kerasa berat dan harus mikir dalam. Yang pasti aku mau mengucapkan terima kasih banget buat komunitas para emak blogger super kece ini.
Makasih banyak karena sudah hadir untuk terus membersamai aku dan emak2 blogger lain yang mungkin masih angot-angotan dalam melawan mood dan rasa malas untuk menulis. Kalau enggak salah, KEB adalah salah satu komunitas yang menyelenggarakan lomba dan aku menjadi salah satu pemenangnya.
Waktu itu, karyaku disatukan bersama tulisan sembilan orang pemenang lain dan dijadikan buku. Terbit bahkan nangkring di salah satu rak di Gramedia juga. Padahal saat itu aku belum terlalu lama ngeblog, tapi karena lomba yang diadakan KEB, rasa percaya diriku meningkat tajam.
Harapanku, semoga KEB bisa selalu menjadi teman para emak yang membutuhkan ilmu baru dan ingin berkembang dalam hal per-blogger-an. Menjadi pembuka pintu rejeki untukku dengan job-job pilihan, hihihi. Menjadi penyemangat bagi emak2 yang sedang lelah dalam menulis.
Terima kasih sudah ada. Semoga tidak pernah lelah dalam menjadi wadah para ibu yang sedang mencari jati diri sesungguhnya. Semoga KEB, semakin jaya di darat, di laut, dan di udara. Merdeka!