Pandeglang, sebuah kota yang pernah kudengar tapi belum pernah didatangi. Berawal dari Cucup yang resah karena masa berlaku paspor kami tinggal 6 bulan lagi. Doski mau perpanjangan tapi Kanim (Kantor Imigrasi) di Jakarta dan Tangsel penuh. Solo dan Jogja ada jadwal kosong yang pas tapi effort dan biaya transport sendiri super gede. Dikulik-kulik akhirnya nemu slot di Mall Pelayanan Publik Pandeglang.
Baca Juga: Pengalaman Periksa TB di Puskesmas Suradita Gratis
Pandeglang ini letaknya yo jauh, tapi gak sejauh itu. Kami sekeluarga cukup KRL-an sampai Stasiun Rangkasbitung terus lanjut taksi online sekitar setengah jam untuk jarak tempuh 20km. Cuman di sini hanya bisa bikin paspor biasa bukan yang elektronik.
Aku dan anak-anak cukup excited dengan pilihan Cucup. Kami dulu sudah pernah jalan-jalan ke daerah Anyer dan menginap di hotel Novus Jiva pakai transportasi publik macam kereta dan angkot. Seru banget rasanya backpackeran gitu. Hanya saja kali ini tujuan kami buat bikin paspor doang yang datang pagi terus pulang. Siang sudah sampai di rumah lagi.
Perjalanan Menuju Pandeglang dari Cisauk
Kami berangkat jam 6 pagi dari Stasiun Cicayur karena biaya parkir yang lebih murah dan nyaman. Berhubung arahnya berlawanan, kereta yang tersedia kosong sehingga kami semua bisa duduk santai menikmati perjalanan sampai Rangkasbitung. Turun dari sana, ketemu riuhnya pasar dan Cucup langsung memesan Grab, alhamdulillah cepet dapetnya. Biaya yang dikenakan pun lumayan terjangkau yaitu 60 ribu rupiah.
Jalan yang tersedia menuju Pandeglang dari Rangkas cukup besar dan mulus sampai bikin anak-anak ketiduran. Sekitar jam delapan pagi kami sampai di MPP Pandeglang yang letaknya tepat di depan Alun-Alun Kota. Kami memutuskan untuk mencari sarapan dan bermain dulu di sana karena tersedia lapangannya menyediakan playground.
So far, kota yang memiliki Badak sebagai lambangnya ini cukup asyik. Tidak terlalu ramai, jalanan bersih, ayem gitu. Ciri khas kota kecil kali ya?
Ada Apa Saja di Mall Pelayanan Publik Pandeglang?
Jadi, Mal Pelayanan Publik adalah pengintegrasian pelayanan publik yang diberikan oleh Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN/D, serta swasta secara terpadu pada satu tempat sebagai upaya meningkatkan kecepatan, kemudahan, jangkauan, kenyamaman, dan keamanan. Singkatnya, ini adalah tempat dimana kantor pemerintah dan BUMN serta swasta membuka loket.
Keberadaan MPP tuh membuat kita-kita sebagai masyarakat cukup datang ke satu tempat saja untuk misalnya, mengurus NPWP, imigrasi, PDAM, dan lain-lain. Jujur, aku gak nemu ini di Kabupaten Tangerang, di Tangsel kayaknya sih ada.
Anyway, MPP Pandeglang aku lihat-lihat bangunannya baru, cakep, dan bersih gitu. Pas masuk juga wangi, disambut sama satpam dan mbak-mbak ramah yang mengarahkan kita untuk ambil nomor antrian di kantor yang dituju, yaitu kantor imigrasi.
Di sana Cucup sudah menyiapkan semua berkas-berkas yang diperlukan. Kami cukup duduk mengantri di sofa yang empuk. Sembari menunggu, anak-anak nemuin Pojok Baca Digital atau perpustakaan mini dan ruang bermain. Nah, di sini selain tersedia buku, ada PC yang sudah tersambung dengan internet juga sehingga bisa berselancar. Waa, seneng banget deh mereka!
Oh iya, meski udah daftar secara online kalian tetep bawa foto kopi dan berkas asli yang dibutuhkan ya. Tasi itu Cucup niat bawa buat jaga-jaga, jebul ya kepake juga. Bingung juga eyke, perasaan itu seabrek dokumen udah di upload tapi kok ya masih ditanyain kopian dan asli.
Long short story, kami dipanggil satu persatu untuk foto, tanda tangan dan biometrik. Asal semua berkas lengkap, prosesnya sendiri gak nyampe 5 menit. Tapi ya itu, kayaknya keluarga kami tuh gak mungkin tanpa drama. Anak kami yang bungsu seperti biasa rewel, bikin heboh dan memaksa Cucup sampai kejar-kejaran. Dia baru mau difoto setelah dibujuk pakai coklat, yang kemudian bikin iri dan kesel kakak-kakaknya. Itupun posenya mecucu. Hadeeehh.
Embuhlah, bener-bener gak kebayang itu nanti hasil foto paspor-nya bakal kayak apa. Padahal di paspor sebelumnya tuh foto mereka unyu-unyu semua, huhuhu.
Begitu proses selesai, petugas memberi tahu kalau paspor bisa diambil di Kanim Serang, bukan di MPP Pandeglang dalam jangka waktu 1 minggu. Kami agak-agak gimana gitu karena Serang lebih jauh dibanding Pandeglang meskipun justru bisa pakai kereta ekonomi lokal. Ini bisa jadi info buat temen-temen juga.
Pada akhirnya kami memilih untuk memikirkan masalah pengambilan paspor nanti saja. Lebih urgent mengejar si bungsu yang kembali kabur dan si sulung yang ngeluh-ngeluh kelaperan. Untung aja di sini ada kantin juga, jadilah kami jajan snack dulu. Gak perlu khawatir ya gaes, makanan yang dijual harganya masuk akal.
Pengambilan Paspor di Kantor Imigrasi Serang
Satu minggu tuh kadang kayak gak kerasa ya. Tahu-tahu udah berlalu gitu aja. Ketika waktu pengambilan paspor tiba, aku dan Cucup berdiskusi. Awalnya kami mau minta tolong ke teman yang berdinas di Serang, tapi jadi ribet karena harus bikin surat kuasa dulu. Gak ribet sih, cuma males aja karena ada lima paspor yang diambil dan itu artinya harus bikin lima surat kuasa yang dibubuhi materai.
Baca Juga: Pengalaman Membuat Akta Kematian di Jogja
Terus piye? Ya kami memilih untuk ambil sendiri. Cucup seperti biasa, gak mau kalau perginya sendirian yang membuat aku mau gak mau harus ikut *menghela nafas lelah*. Sebelum berangkat, kami sudah mengecek dan membeli tiket kereta dari Rangkasbitung menuju Serang. Tiket pulangnya pun tidak lupa dibeli sekalian. Jarak antara Stasiun Serang dan Kantor Imigrasi cukup dekat kok, sepuluh menit aja sampai. Kalau gak salah, biaya taksi online juga gak nyampe 20 ribu.
Gara-gara ini, aku jadi berkesampatan untuk jalan-jalan ke Serang juga. Meski ya gak jauh, muter-muter di pusat kota. Kalau aku bilang, lebih nyaman Pandeglang malah karena entah kenapa Serang tuh kayak panas dan berdebu.
Fast forward, begitu sampai di kanim aku dan Cucup diarahkan ke loket pengambilan paspor. Lapor di sana dan menunggu untuk dipanggil. Di sana aku menerima paspor baru dan paspor lama, meski untuk paspor lama sampul depannya digunting.
Oh iya, foto anak-anak ternyata enggak seburuk itu, hahah. Tapi emang ekspresi mereka sudah bukan yang imut-imut eui, hihihi. Gemes deh! Proses ambil paspor juga singkat sehingga aku dan Cucup malah bisa makan dan beli bandeng yang jadi oleh-oleh khas sebelum pulang. Sedikit out of topic, tapi bandeng khas Serang ini beneran enak loh, gurih manis tanpa tulang gitu.
Siang harinya, kami berdua sudah sampai lagi di Cisauk. Memang ya tinggal di pinggiran ubukota ini rasanya agak magical karena bisa pergi-pergi ke luar kota pakai transportasi umum dalam hitungan jam dan tetap asyik-asyik saja. Btw, aku dan Cucup pisah stasiun karena aku pulang ke rumah dan dia lanjut ke kantor yang ada di Kalibata.
So, itu dia sharing aku tentang pengalaman bikin paspor di MPP Pandeglang. Kalian sendiri, pernah bikin paspor di mana aja? Coba dong cerita di kolom komentar!