Topik yang mengangkat tema ‘perempuan harus bisa masak sebelum menikah’ menurutku itu lucu. Alasan utamanya tentu saja karena halooooo, ini tahun 2021 loh, kenapa masih terjebak pembahasan ginian sih?
Like, seriously? Those topic was so old, so yesterday.
Aku gemes banget sumpah. Apalagi kalau yang ngomong ginian laki-laki. Haduu, udah tanda-tanda redflag itu mah. Kalau sampai pacar atau calon suami kalian bilang gitu, ada baiknya pikir-pikir lagi untuk lanjut. Kecuali, calon suami kalian bisa jadi tukang cat, tukang genteng, tukang benerin listrik, tukang kebon, tukang bengkel, dan tukang kendang. Kayak Hong Banjang nim kesayangan kita semua itu.
Makannya, aku ngangguk-ngangguk ketika ada yang bilang kalau menikah adalah membangun rumah tangga, bukan rumah makan. Semua pekerjaan rumah tangga yang seabrek-abrek itu bisa dikompromikan bersama, siapa tugasnya apa. Toh katanya saling cinta, harus sama-sama punya effort-lah.
Saat menikah aku juga enggak bisa masak. Well, lebih tepatnya aku enggak bisa masak menu yang aneh-aneh. Mentok-mentok oseng tahu-tempe dikecapin. Tapi aku bisa ganti galon, masangin gas, dan nyetir. Ibu-ibu lain malah ada juga yang berani sampai naik genteng, atau nyangkul tanah sendiri tanpa nyuruh suaminya. ‘
Enggak bisa masak bukan berarti kamu buruk. Enggak bisa masak enggak berarti enggak siap menikah. (edan, banyak banyak kata ‘enggak’nya, wkwkwk)
Anyway, perlu disadari kalau tidak semua perempuan juga memiliki bakat memasak. Ini serius. Ada orang yang udah berjuang banget untuk masak, kadang dibantu sama bumbu instan dan hasil masakannya tetep biasa saja. Seperti mbak Hye Jin itu misalnya, yang sukses ngerendem rumput laut seember.
Sebaliknya, ada orang yang masak menu sederhana, tapi rasanya ngena, tampilannya bikin terpana. Ada. Namanya Devina #hyaaa. Sayangnya aku tydac termasuk ke dalam kategori yang terakhir itu.
Dalam Islam, Apakah Istri Harus Bisa Masak?
Jawabannya no.
Yes sisteur-sisteur kesayangan aku, ternyata menurut ilmu fiqh tugas-tugas rumah tangga seperti memasak dan mencuci justru merupakan tanggung jawab suami. Bahkan seorang suami wajib memberi tahu istrinya bahwa pekerjaan tersebut bukan tanggung jawab istri sebagaimana yang berlaku secara umum di masyarakat.
Nah loh!
Eits, jangan buru-buru lempar baju kotor dan sutil ke suami ya. Ingat, seperti yang aku bilang di atas, kita menikah karena cinta. Itulah sebabnya semua pekerjaan rumah tangga bisa dikerjakan bersama, asal sesuai dengan yang sudah dikompromikan sebelumnya.
Aku misalnya, aku kan cinta nih sama suamiku. Aku tahu dia bekerja kantoran, berangkat pagi pulang malam. Kalau ketika pulang dia mesti masak dan beberes rasanya kok kasihan. Mending dia main sama anak dong, biar bonding ayah-anak tetep ada. Makannya, aku ikhlas bantuin dia ngerjain tugas-tugas rumah tangga. The power of love gitu loh #tsah
Kenapa Perempuan Harus Bisa Masak?
Menurutku, baik perempuan ataupun laki-laki, semuanya harus bisa masak tanpa terkecuali.
Masak itu basic lifeskill bok! Memasak adalah salah satu kemampuan yang bisa membuat kita bertahan hidup. Enggak selamanya kita akan hidup bersama orangtua atau punya cukup kemewahan untuk selalu beli gofood, grabfood, atau shopeefood. Akan ada masa dimana duit kita cekak banget sehingga cara bertahan satu-satunya adalah dengan memasak makanan sendiri.
Selain itu, mengolah makanan dengan tangan sendiri akan membuat kita sadar bahwa memasak enggak sesederhana itu. Rasa empati dengan sendirinya muncul. Efeknya, kita jadi lebih menghargai makanan.
Anak laki-laki aku rasa sangat butuh dilatih empatinya dalam hal ini. Jangan salah, banyak loh istri yang merasa enggak dihargai gara-gara suami suka nyisain makanan dan kasih komentar nylekit. Berawal dari makanan berujung perceraian pun ada. Naudzubillah min dzaliq.
Kesimpulannya Adalah…
Kalimat perempuan harus bisa masak sebelum menikah cuma tuntutan sosial yang turun menurun dari nenek moyang. Toh bahkan agama Islam sendiri sudah meluruskan bahwa itu tanggung jawab suami, meski memang akan lebih baik jika istri membantu.
Masih banyaknya laki-laki yang beranggapan bahwa perempuan harus bisa masak sebelum menikah itu sebenernya PR orangtua se-Indonesia Raya loh. Termasuk kita-kita ini.
Laki-laki harus bisa masak. Perempuan juga harus bisa masak. Bahkan kalau bisa harusnya sih sejak mereka usia sekolah SD. Enggak kudu ala-ala masterchef junior yang usia 10 tahun udah bisa bikin beef wellington. Sekedar masak nasi, indomie, dan goreng telur sudah cukup. Percayalah, punya anak yang bisa masak itu memudahkan orangtua banget.
Dapur itu salah satu tempat dimana cinta dibuat. Aku sering banget diskusi ngalor-ngidul sama suami di dapur. Sambil ngeteh atau bikin makanan. Kalau mau rumah tangga makin bersemi cintanya, sering-seringlah main ke dapur.
Setuju?
24 Komentar. Leave new
Saya termasuk yang baru bisa masak setelah menikah. Pastinya masak sendiri juga lebih murah, jadilah memaksa diri untuk bisa masak. Alhamdulillah paksu, termasuk yang enggak protes soal makanan. Dari zaman belajar masak, sampai sekarang sudah lebih baik, kami lewati berdua. Setuju Bunda dengan tulisannya
Enggak harus memang. Kalau suami yang pinter masak ya biar dia yang masak. Kalau sama2 enggak pinter masak, ya diskusi aja siapa yang pesen gofood hahaha..
Tertampar pas baca judulnya. Tapi pas baca isinya oo setipe kita mbak. Yap, memang aku jg g pintar masak, ya paling tumisan2, mie instan, nasi, masak air masih bs lah. Hweheheheh..
Aku jg pernah tau tuh mbak, kalau memasak, mencuck tanggung jawab suami. Tapi ya masa seabrek kita ksh tugas itu ke suami ya? Yap akhirnya kita diskusi, kesepakatan kita adalah masak semampuku, klo g bs, yasudah dia bertanggung jwb untuk membiayai beli makanan jadi, atau ya pas cekak dia terima untuk makan telur tok.
Memang semua itu harus dibuat kesepakatan agar tidak timpang sebelah y mbak. Namanya suami istri harus selalu sejalan.
Kalau saya bisa masak sejak punya anak, dan menurut saya sih perempuan harus bisa masak itu, biar memudahkan aja anak-anak bisa makan makanan yang lebih sehat karena ibunya yang masak biasanya lebih peduli dengan sehat dan bersihnya.
Dan maksud bisa masak ini, bukannya chef sih, yang penting kalau masak aer jangan gosong, trus bisa masak nasi tanpa jadi bubur atau malah masih jadi beras.
Bisa goreng telur, masak yang sederhana tapi sehat.
Nah kalau itu sih menurut saya kayak life skill, karena toh rezeki tiap orang beda-beda, mungkin itu maksud nenek-nenek zaman dulu memaksa anak perempuan wajib bisa masak.
Karena biar gimanapun, perempuan itu punya keterbatasan dalam mencari uang dibanding lelaki.
Makanya para nenek-nenek baheula maunya suami kerja, istri di rumah ya masak dll itu, karena gimana suami bisa berkembang, kalau dia juga kudu urus urusan rumah hehehe.
Saya belajar masak justru setelah menikah. Yang deg-degan malah ibu saya. Sampai-sampai dulu salah satu nasihat pernikahan yang diberikan ibu saya ke suami adalah, “Nak, semoga bisa menerima Mutia apa adanya. Anak ibu ini gak bisa masak. Sedikit selebor naruh barang di sana sini.” Bla bla bla. Eeeh, ternyata sampai sekarang udah 8 tahun menikah, anaknya baik-baik aja kok. Wkwkwk. Percayalah, perempuan akan bisa masak juga pada waktunya. Gak musti ‘diwajibkan’ apalagi jadi prasyarat sebelum menikah.
Aku klo masak yang rumit2 ya slalu mengandlakan yutub kok atau liat resep.
setuju sih aku, jangan mau diancam2 suami apalagi masih calon klo perempuan harus bisa masak. klo ngga bisa akan bla bla blaa…
say No 😁
perempuan harus masak itu kuno,
Sebagai skill dasar, harusnya bisa sih , bukan karena masalah gender
tapi lebih disebabkan: masak sendiri itu ngirit, swear 😀 😀
memasak itu salah satu life skill
jadi harusnya semua bisa masak ya mbak
mau laki laki ataupun perempuan
Saya juga tipe yang engga terlalu bisa mnegerjakan pekerjaan rumah tangga, masak pun bisanya yang sederhana aja. Semua tuntutan perempuan setelah nikah harus serba bisa karena tradisi. Kalau di Arab ya yang masak, belanja laki-laki, perempuan di rumah aja urus anak. Cuman kebiasaan di Arab ini engga bisa diterapin di Indonesia sepertinya. Perempuan perlu sih bisa masak, tapi engga harus pinter masak. Ini kalau pendapat saya pribadi ya. Cuman kalau dari suami bisa ngasih ART, terus istri dibebasin engga perlu masak ya engga apa-apa. Tergantung kesepakatan dalam rumah tangga sih masing-masing sih.
Alhamdulillah kalau masak aku bisa. Malah dr kelas 5SD udh kebagian masak buat keluarga. Diajarin ibu dr masakan sederhana kaya sayur bayem, goreng tempe, nyambel.
Tp jeng, ada yang aku ga bisa. Melukis alis aku ga bisa wkwkwk
Memasak mandiri itu menambah ketrampilan di rumah dan keluarga, bekerjasama masak itu pas
Suami dan keluarga besar kami (saya dan suami) punya pemikiran yang sama. Kemampuan memasak bukan jadi suatu kewajiban untuk menjadi istri atau ibu. Biasa aja. Kalaupun ingin bisa, toh ada waktu untuk mempelajari itu. Jika pun tidak berminat masuk dapur ya gapapa juga. Jadi waktu menikah, langkah saya ringan untuk menerima lamaran suami waktu itu. Secara ya saya memang kurang begitu suka memasak. Kalo sekedar bikin indomie, menghangatkan makanan atau nyeplok telur ya bisalah hahahaha.
Ini penting banget buat daku yang otw berumahtangga, hehe.
Akan jadi bahasan yang asik dengan si beliau nih.
Jadi baiknya diobrolin sih ya, apalagi memang di lingkungan sosial banyaknya tuntutan perempuan yang harus bisa ini itu
Aku suka gemas dgn pola pikir seperti ini
Seakan perempuan tugasnya dirumah dan mengurus/membersihkan rumah sampai urusan memasak padahal di Agama pun tidak mewajibkan hal yg demikian
Hong Banjang jago masak.
Hye Jin bikin bubur berasa asem, bikin sop keasinan 🙂
It’s okay kok wkwkwk.
Tapiii yg jelas, aku setuju kalo SETIAP ORANG better bisa masak, ya sekedar bisa aja, ngga kudu jago.
siapa tau ntar hidup di eropa/luneg, kan ngga mungkin jajan mulu tiap hari, bsa boncos dah 😀
Perempuan dan laki-laki tentunya harus bisa masak ya,mba. TIdak sekedar memaksakan perempuan saja yang harus bisa karena tidak ada salahnya juga bisa dilakukan bersama-sama toh.
Menurutku semua orang mesti bisa masak. Sama. Tapi ga semua bisa masak enak. Hahaaha. Menurutku jaman sekarang perempuan lebih berdaya Dan Pintar menghadapi situasi ini. Bisa pesen online, atau apapun caranya. Cuman memang ada kebanggaan sendiri sih kalau jago masak Dan diklaim enak oleh orang lain
Bener banget sih, kalau di aku juga opsional gak wajib harus bisa masak. Akan lebih menyenangkan kalau ada moment bisa masak bareng-bareng, malah lebih romantis dan mempererat hubungan juga. Jadi bisa sama-sama belajar juga untuk bisa jadi lebih baik.
Sebenarnya gak kewajiban juga kali ya mba. Perempuan zaman now ini juga dituntut untuk membantu suami dalam perekonomian. Sehingga keduanya harus seimbang. Suami pun harus bisa masak walau cuma bikin mie instant, hehehe.
Setuju banget kalau masak adalah basic skill, jadi anak laki-laki juga wajib bisa masak. Minimal masak nsi di rice cooker (kan gampang) ama bikin telor dadar.
Sekarang kalau perempuan gak bisa masak ya gampang, ada delivery heehhe.
Alasan perempuan harus bisa masak karena:
1. Suaminya tidak kaya, pendapatannya pas-pasan. Jadinya dengan menikahi, ya istrinya harus bisa masak demi memenuhi kebutuhannya. Kalau masih makan di warteg ala kos, pasti laki-laki akan mikir “terus ngapain aku nikah?”. Miris ya.. perempuan dinikahi cuma alasannya begitu. Tapi itu yang sebenarnya banyak terjadi.
Coba kalau suaminya kaya, penghasilannya bisa untuk makan diluar sehari 3x, ya pasti dia gak akan maksa istrinya bisa masak untuk keluarga. bisa pakai pembantu, catering atau makan diluar. yang penting makan.
2. Masak untuk anak
Kalau yang punya anak batita, nggak punya ART/baby sitter, penghasilan pas-pasan ya mau tidak mau wajib masak sendiri. Nggak mungkin kan istri membelikan MPASI untuk anaknya makanan di luar terus? Emang ada makanan MPASI di resto yang sama dengan yang dipesan ortunya?
3. Tidak semua makanan yang dijual di luar cocok dengan selera keluarga
Mirip sama iparku. Apapun makanan di luar sana, tetep lebih enak masakannya. Ya karena selera orang beda-beda. Jadi alasan kenapa istri harus masak ya itu tadi, banyak perut yg harus dikasi makan.
Aku sendiri tipe yang bisa masak, cuma males. Masak bukan prioritasku sebagai istri.
Bener banget, Mba. Darimana asal muasa kata Perempuan wajib bisa masak. Secara naluriah semua perempuan sebenarnya bisa masak. Percayalah. Tapibagi sebagian orang malah membuat hal i i menjadi tolak ukur dalam rumah tangga. Kalau ga bisa masak gimana mau nikah. lah? ya gimana sih yaaa, Sayabelum punya pengalaman menikah juga sih 🥲 Tapi ya begitulahh..
Istri sih emang gak harus tau masak, tapi bu ya. Kaya saya yg tau masak, enak pula, tapi duit tiap bulan minimal 7 juta gw kasi istri, pendapatanku dari dagang kadang gak sampe segitu, tapi kl rejeki lg ada malah saya kasih tambahan lagi, bisa 5 s/d 10 jt, jadi 7jt tuh minimal. Sehari-hari makan beli di warung makan, gak masalah sih buat saya.
Lah kita hidup di kampung, bukan org kaya, sederhana aja, kan sy masih mesti sisihkan uang lg buat bayar internet bulanan di rumah, biaya sekolah anak, pulsa hp sy, hp anak, kebutuhan sekolah lainnya, ongkos taxi online, rokok, uang ut sy ngopi, dll.
Belum lg kl makan diluar, biaya sercvice mobil, pajak mobil, ongkos berobat kalo ada yg sakit, dll, itu tetap dari kantong sy sebagai suami meskipun mobil sehari2 dipake istri, saya kerja naek taxi online at ojek.
Toh tiap malam pulang rumah sy ngurus makan sendiri, gak disiapin, beruntungnya kalo pakaian diurusin istri, tp demi menghemat pakaian kotor, sering celana (kecuali daleman) saya pakenya sampe 3 hari, kecuali atasan (baju) tiap hari pake yg bersih.
Nah gimana dong sebaiknya istri…?! Justru krn cinta, sy lebih banyak milih diam drpd brantem, laki selalu kalah lah kl adu kata2.
Kali ada ada pencerahan bisa di dapat ut nambah2 kesabaran, kali aja dibaca jg sm suami2 yg kurang lebih punya pengalaman serupa.
wah baru kali ini menumukan artikel yang sangat menarik sekali,