Angka kematian ibu yang melahirkan di Indonesia masing sangat tinggi. Inilah alasannya kenapa Sehati TeleCTG dibuat. Banyak pihak mengharapkan alat dan aplikasi ini dapat membantu.
– Madam A –
“Saya cek denyut jantung janinnya dulu ya bu.” kata Ibu Bidan yang sudah senior itu. Beliau lalu mengambil sebuah alat seperti mic dalam bentuk mini, mengoleskan gel di perut saya yang mulai tampak membucit lalu menyalakannya.
Tak lama kemudian, sebuah suara dentuman disertai bunyi kresek-kresek terdengar. Saya dan suami membulatkan mata, “Itu suaranya? Suara jantung si dedek dalam perut?”
Ibu Bidan hanya menjawab dengan senyum sambil mengangguk. Sedangkan saya terpesona. Dan sedikit terharu juga. Maklum, kehamilan pertama.
“Jumlah denyut jantung janin per menitnya normal ya Bu. Insya Allah janinnya sehat.” kata Bu Bidan lagi, tak lama kemudian dia menghentikan aktivitas pengecekan tersebut, menghapus gel di perut dengan tissue dan meminta saya duduk kembali.
Ketika pertama kali tahu bahwa saya hamil, saya dan suami memang sepakat untuk memeriksakan diri ke bidan saja. Waktu itu kami masih pengantin baru, meski enggak baru-baru amat. Kami tinggal di sebuah kota kecil, di Tulungagung, Jawa Timur.
Bidan yang kami datangi cukup terkenal. Beliau sudah senior, puluhan tahun berpengalaman membantu ibu melahirkan bayi mereka. Beliau juga ramah, dan komunikatif, hal ini membuat saya sebagai pasien yang baru pertama kali mengalami kehamilan, merasa nyaman.
APA ITU CTG?
CTG atau CardioToGraphy adalah alat yang digunakan untuk memantau denyut jantung janin dan kontraksi rahim. Dari situ bidan bisa memperkirakan apakah terdapat gangguan pada bayi atau tidak.
Bentuk CTG macam-macam, yang paling sederhana mungkin seperti yang dipakai oleh Bidan yang memeriksa daya saat kontrol kehamilan di Tulungagung. Ada juga yang bentuknya lebih besar, seperti dua piringan hitam yang diikat di bagian atas dan bawah perut ibu. Saya sempat dipakaikan alat ini ketika hendak melahirkan anak ketiga, si Aylan.
CTG menggunakan mendeteksi gelombang suara. Perlu diketahui kalau rata-rata denyut jantung janin adalah 120-160 kali per menit. Jika kurang atau lebih dari angka tersebut, bisa jadi ini merupakan tanda kalau janin bermasalah. Dengan pengetahuan ini, bidan bisa langsung merujuk ibu hamil untuk dirawat ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Itu kan cerita kalau CTG biasa. Nah, pada hari senin 16 Desember 2019 kemarin saya menjadi salah satu orang yang beruntung bisa menyaksikan peluncuran sebuah alat buatan anak negeri yang bisa membantu mengurangi Angka Kematian Ibu : TeleCTG.
Apa kira-kira perbedaan CTG dan TeleCTG ini ya?
PEMBACA SEMUA, PLEASE WELCOME: SEHATI TELECTG
Jadi gini, Sehati TeleCTG lebih canggih dibanding CTG biasa. Sehati TeleCTG adalah layanan kesehatan maternal jarak jauh terpadu berbasis inovasi dan teknologi tepat guna. Sehati TeleCTG terdiri dari :
- Alat TeleCTG
- Aplikasi Ibu Sehati
- Aplikasi Bidan Sehati
- Dashboard Sehati
- Pusat Konsultasi (Terpusat di RS. Hasan Sadikin, Bandung)
Gabungan teknologi ini secara sinergis membantu memberikan informasi lengkap dan real time mengenai kehamilan kepada para penggunanya.
Orang-orang yang bisa memakai Sehati TeleCTG tentu saja mereka yang berkecimpung di bidang kesehatan seperti bidan, dokter kandungan, atau bahkan dokter umum.
Cara kerjanya sangat mudah, Bidan tinggal mengunduh aplikasi Bidan Sehati lalu memasukkan izin praktiknya, kemudian memasukkan informasi lengkap ibu hamil yang menjadi pasien. Data-data ini kemudian secara langsung masuk ke dalam dashboard Sehati yang bisa tersambung dengan data Rumah Sakit di daerah praktik.
Hasil dari pemeriksaan dengan Sehati TeleCTG akan muncul di Handphone bidan (perhatikan gambar pojok kiri), grafiknya langsung terlihat dan tercatat. Bila memang diketahui bahwa denyut jantung janin tidak normal, Bidan bisa langsung berkonsultasi dengan dokter-dokter di pusat konsultasi 24 jam (dokter RS Hasan Sadikin, Bandung). Dari sana keputusan tentang tindakan terhadap pasien dibuat.
Btw, perlu diketahui kalau TeleCTG saat ini digunakan oleh bidan dan tenaga kesehatan yang berada di daerah terpencil dan jauh dari fasilitas kesehatan.
dr. Ari Waluyo, Sp.OG, Co-Founder & Chief Executive Officer Sehati Group mengatakan dengan jelas kalau alasan Sehati TeleCTG dibuat adalah sebagai terobosan dalam hal layanan kesehatan untuk menjangkau bidan dan ibu hamil hingga ke pelosok daerah.
“Waktu dan kecepatan sangat penting bagi ibu hamil maupun yang mau melahirkan. Bidan sebagai ujung tombak tenaga kesehatan di daerah terpencil perlu mengambil keputusan dengan tepat dan cepat, tak boleh ragu. Dengan adanya teleCTG, kondisi kandungan jadi lebih terukur. Selain itu, bantuan dari pusat konsultasi juga sangat membantu Bidan membuat kebijakan.” papar beliau.
PERANAN SEHATI TELECTG DI INDONESIA
Saat ini, Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan stunting menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia. Hal ini sangat berkaitan erat dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang merupakan salah satu kunci kesuksesan suatu negara. Berdasarkan data terakhir, jumlah AKI di Indonesia adalah 305 jiwa per 100.000 ibu, sedangkan AKB sebesar 24 jiwa per 1000 bayi. Adapun angka stunting di Indnesia sebesar 30,8%. Angka ini masih jauh dari batas maksimal stunting yang ditetapkan Oleh WHO sebesar 20%.
dr. Ari Waluyo, Sp.OG pada kesempatan tersebut menerangkan bahwa Sehati TeleCTG sudah digunakan oleh 20.000 ibu hamil dan lebih dari 10.500 bidan di 11 Provinsi dan 27 Kabupaten Indonesia. Salah duanya adalah Kupang dan Indramayu.
Sehati Group pun bekerja sama dengan Kementrian Desa PTT dan Dinas Kesehatan di dua kota ini. Dengan bangga dr.Ari menginformasikan bahwa penggunaan Sehati TeleCTG telah berhasil menurunkan jumlah ibu dan bayi yang meninggal, mendeteksi faktor resiko, meningkatkan angka rujukan dini dan identifikasi faktor resiko yang berpotensi menyebabkan stunting intrauterine.
Saya merasa bahwa keputusan kerja sama Kementrian Desa PTT dan Sehati Group patut diapresiasi. Seperti yang kita ketahui, kondisi geografis banyak desa di Indonesia sulit dijangkau, apalagi yang masuk dalam wilayah tertinggal. Sehingga intervensi kementrian agar fasilitas kesehatan dan infrastruktur bisa masuk amat diperlukan.
“Sehati TeleCTG benar-benar membantu kami dalam mengatasi hambatan geografis dan menjangkau ibu hamil yang berada di desa maupun daerah tertinggal.” kata Dr. H. Yusra M.Pd, Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Desa PDTT.
Di saat yang bersamaan, Bapak dr. H. Deden Bonni Koswara, MM., Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu pun tak mau ketinggalan membeberkan hasil kerja sama mereka dengan Sehati Group di Indramayu.
“Alat dan aplikasi ini telah membantu 126 bidan, 892 ibu hamil, dan mndeteksi 167 ibu hamil beresiko. Selain itu, terdapat penurunan AKI dan AKB yang cukup signifikan, yaitu AKI pada 2018 sebanyak 61 jiwa turun menjadi 34 jiwa pada 2019. Sedangkan AKB yang semula 242 jiwa pada 2018 turun jadi 215 jiwa pada 2019.”
Sejujurnya, saya dan teman-teman kemarin merasa agak heran kenapa Indramayu yang masih di pulau Jawa dan berjarak cukup dekat dengan ibukota tetap memiliki AKI dan AKB yang tinggi. Untungnya, pertanyaan kami yang hanya bisa dilontarkan dalam hati justru ditanyakan langsung oleh MC.
“Banyak ibu yang tidak sadar kalau kehamilannya bermasalah. Bahkan, tidak sedikit yang memilih untuk tidak memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Sekalinya periksa, sudah dalam kondisi parah sehingga tidak tertolong lagi.” Jawab dr.H Deden Bonni Koswara, MM.
Kalau di Indramayu saja penggunaan Sehati TeleCTG sebermanfaat itu, lalu bagaimana dengan di Kupang?
“Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang juga telah menggunakan solusi Sehati TeleCTG di 14 Puskesmas sejak bulan Desember 2018. Dengan teknologi Sehati TeleCTG, sebanyak 47 bidan berhasil memeriksa 1471 ibu hamil, dan mendeteksi 991 ibu hamil beresiko. Kami juga berhasil menurunkan AKI dari sebelumnya 8 jiwa menjadi 5 jiwa.” seru Mariana A. Sailana, S.Tr. Keb., Pengelola KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang .
Tak lupa, bidan Mariana menambahkan bahwa faktor risiko kehamilan yang umumnya terdeteksi adalah anemia, kehamilan terlalu dekat, serotinus, kurangnya nutrisi ibu dan usia terlalu tua.
LEBIH JAUH TENTANG SEHATI TELECTG
Rangkaian solusi sehati teleCTG memiliki beberapa fungsi, yaitu :
- Panduan lengkap mingguan kehamilan
- Deteksi faktor risiko tinggi
- Perhitungan kontraksi dan tendangan bayi
- Interpretasi hasil pemeriksaan dan konsultasi langsung dengan dokter spesialis
- Penyediaan data realtime yang membantu stakeholder membuat keputusan, kebijakan, dan proyeksi lebih jelas.
Anyway, perlu diketahui bersama kalau alat ini 100% buatan anak negeri dan pertama yang ada di dunia. Bahkan, di negara-negara lain belum ada. Maka dari itu, Sehati Group juga bekerja sama 4 negara berkembang lain yaitu Kolombia, Peru, Chili dan Argentina. Keren banget enggak sih?
Meski membawa hasil yang memuaskan, pada prosesnya banyak sekali hal-hal yang bisa dibilang lucu, terjadi. Bidan Mariana misalnya, beliau berkisah bahwa salah satu hambatan pada penggunaan TeleCTG adalah ketiadaan sinyal.
“Andai perwakilan kemenkominfo ada di sini, saya ingin memberi tahu bahwa kami di Kupang terpaksa memekai provider dari Timor Leste untuk mendapatkan sinyal.”
Sedangkan untuk alat dan aplikasinya sendiri, beliau mengatakan bahwa tidak menemui kendala sama sekali.
Huufftth, secara keseluruhan saya takjub dan bersyukur bisa hadir dalam acara ini. Sebagai seorang ibu yang diberi kesempatan untuk tiga kali melahirkan, saya merasa sangat relate dengan diskusi yang dipaparkan.
Bangga karena masih banyak orang baik dan orang pintar yang memberi sumangsih luar biasa untuk negeri ini. Hormat saya untuk teman-teman yang bekerja di ranah kesehatan, tak kenal lelah berjuang untuk mengatasi berbagai masalah terkait kesehatan di Indonesia.
Terakhir, saya berdoa semoga penggunaan TeleCTG bisa disebar ke lebih banyak daerah, dan tujuan pemerintah agar AKI dan AKB turun dapat tercapai, aamin.
20 Komentar. Leave new
Saya pernah di bidan pake ctg biasa mba Ayu. Saat itu kondisi air ketuban merembes terus.
Oh ya mba, kalo teleCTG ini digunakan dengan smartphone apakah harus hidup sinyal Internet?
Karena di Indonesia banyak sekali mba pedalaman yang susah sinyal internet
Wuih canggih banget ya penemuan anak negeri ini. Kerennya lagi bisa membantu kerja bidan di pedalaman.
Semoga aja harapan tentang kelancaran sinyal juga bisa segera teratasi oleh pemerintah jadi semakin mantab program pemerintah untuk mengurangi angka kematian ibu
wow alat yang bener bener berhasil guna dan berdaya guna.Bentuknya simple bisa mudah dibawa sampe ke kampung – kampung di puncak gunung dan pulau terpencil.semoga banyak bidan desa yang punya alat ini
Hebat! 100% buatan anak negeri, ya? Wow! Ini patut diapresiasi banget. Apalagi dengan fakta bahwa alat ini terbukti berhasil menurunkan AKI yang begitu signifikan. Tenaga kesehatan yang bekerja di daerah memang sangat membutuhkan dukungan dari pusat dan pihak-pihak terkait supaya bisa melaksanakan tugasnya dengan maksimal.
Sedih juga ya mendengar cerita salah satu bidan di Kupang soal sinyal. Alat canggihnya ada, tapi sarana pendukung nggak memadai. Semoga ini menjadi masukan berharga untuk pihak terkait.
Doa saya agar Allah senantiasa menjaga dan merahmati seluruh tenaga medis yang tak kenal lelah memberikan tenaga dan waktunya, terutama bagi mereka yang bertugas di daerah terpencil.
Angka Kematian Ibu sebenarnya bisa di rem banget menurut ku, asal sang ibu rajin atau setidaknya 3-5* memeriksakan kandungannya minimal ke bidan terdekat. Jado klo ada apa2 bisa segera di tangani.
Tapi memang agak sulit juga untuk daerah pedalaman ya kak, yang mau ke bidan atau puskesmas aja hrs jln kaki beberapa kilo belum medan jalannya yang becek,naik turun dsb.
Nah jaman sekarang keren ya, aplikasi untuk bumil itu sudah banyak jadi bisa buat tambahan ilmu buat bumil
Bagus sekali alat ini ya, Mbak Ayuni. ajib dimiliki oleh para Ibu hamil. Jadi bisa mengontrol sendiri. Apalagi ada aplikasinya. Jadi sangat komplit.
Bangganya lagi, ini buatan anak negeri yang baru ada satu-satunya di dunia. Sudah bekerjasama lagi dengan beberapa negara.
Semoga dengan hadirny Sehati Telecth dapat mengurangi angka kematian para ibu yang sedang bersalin.
Apalagi liat di televisi tiap tahun selalu meningkat.
Jadi para ibu bisa memeriksakan kesehatan nya menggunakan Aplikasi tersebut
sudah 4 negara yang mengakui teleCTG ini ya mba, berarti gk perlu dipungkiri lagi kalau teleCTG ini terbukti baik digunakan.
Wah semakin canggih yac dunia kesehatan itu. Semoga dengan adanya sehati tele semakin bisa mengurai tingkat kematian bayi baru lahir.
Memang bagus sekali ini alat. Canggih plus mantap.
Semoga masalah- masalah kehamilan para ibu di pedalaman bisa menjadi lebih baik dengan bantuan teleCTG ini ya mba..
Soal sinyal semoga segera dapat dibuatkan solusi yg lebih baik lagi ya
I feel you, Mbak… Sebagai ibu dari 3 putra, aku pun merasa begitu.
Aku bersyukur, punya kesadaran tentang pentingnya mengecek kondisi janin minimal sebulan sekali pada usia 1-8 bulan. Selebihnya jadi seminggu sekali. Jadi saya tahu penambahan bb ibu dan janin. Kalau ada apa langsung bisa ditangani. Alhamdulillah, selalu aman.
Sehati TeleCTG keren, sudah mampu membantu menekan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan stunting di Indonesia. Semoga rating kita terus diperbaiki, ya.
Sehati TeleCTG sangat membantu buibu Indonesia. Jd lbh care dg kehamilan dan kesehatan bayinya. Sesuai dg sasaran SDG’s ya Mbak,, menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) melahirkan
Bagus banget ada Sehati TeleCTG gini. Jadi bisa kontrol terus gimana kondisi ibu dan janin ya mbak. Selalu salut deh kalau ada yang mampu memanfaatkan teknologi dengan baik seperti ini.
Wah kecil ya alatnya aku baru tau alat ini. Semoga sehati teleCGT ini banyak di ketahui masyarakat ya karena bagus juga kegunaan nya dan praktis.
Alat ini bermanfaat banget mbak…secara beberapa teman mengalami kematian bayi di dalam kandungan. Semoga
Sehati teleCGT segera menyebar dan diketahui masyarakat luas…
Sehati TeleCGT lebih komplit yah mba, senengnya ibu yang lagi hamil bisa me mantau perkembangan janinnya dengan baik. Semoga masyarakat luas yaitu ibu hamil bisa merasakan menggunakan ini semua,
Kirain lagi hamil lg xixixi.
Wah sekarang bagus ada teknologi kyk gini ya mbak yang sementara ini bia dipakai buat bidan di area terpencil memantau pasiennya.
Namun semoga pelayanan kesehatan di daerah bisa lbh baik lg jd bisa pakai alatnya yang beneran yang biasa di RS itu spy lbh akurat hehe
Saya pernah merasakan diperiksa kehamilan dengan alat ctg. Dan kurang puas rasanya. Semoga telectg ini lebih baik dari ctg biasa, terutama untuk ibu2 hamil di tempat terpencil agar senantiasa mengetahui kondisi bayi dalam kandungannya dengan tepat.
Dengan adanya alat ini sem,oga lebih membantu tenaga kesehatan terutama yang di daerah agar dapat lebih baik dalam melayani pasien ya …. Meminimalisir faktor resiko juga
Salutt sama karya anak bangsa dengan alat Telectg ini yang manfaatnya luar biasa yang bantu menurunkan angka kematian ibu dan anak dengan alat ini