Bulan Desember 2022 ini adalah pengalaman pertamaku menerima raport 3 anak. Si abang tanggal 17 kemarin, kemudian si teteh dan si dedek siang tadi tanggal 20 Desember. Untung saja waktu pengambilannya berbeda sehingga aku enggak perlu mempelajari jurus membelah diri lebih dulu, wkwkwk.
Anyway, time flies so fast enggak sih gaes? Perasaan baru kemarin aku jungkir-balik ngurusin tiga anak bayi dan balita ini, eh tahu-tahu mereka sudah sekolah saja. Si bungsu malah udah 5 tahun usianya, udah TK A di sekolah yang sama dengan kakak perempuannya. Meanwhile, si abang ujug-ujug kelas 4 SD.
Geli banget rasanya ngambil raport anak-anak yang di mataku masih kayak bayi. Kayak, ini beneran ya aku bakal ngambil laporan hasil belajar mereka selama 1 semester? Habis gimana lagi, selamanya mereka tuh memang bakal jadi my baby sih, hahaha.
Takjub Dengan Hasil Raport Anak-Anak
Iya, aku takjub loh dengan laporan hasil belajar mereka. Entah itu yang ditulis di raport ataupun yang disampaikan langsung oleh homeroom. Supaya mudah dan enak dibaca, berikut aku jembrengin satu per satu yah!
Hasil Raport Abang
Meski sudah kesekian kali, mengambil raport si abang tetap menjadi hal yang mendebarkan bagiku. Tahun ini dia menjadi siswa kelas atas dengan muatan pelajaran lebih banyak dan kompleks. Aku sendiri enggak begitu banyak nyimak atau mereview sejauh mana pemahaman dia, sehingga ya deg-degan takut hasilnya kurang maksimal.
Aku sudah siap lahir batin jika memang dia struggling atau gimana-gimana. Tapi alhamdulillah sekali, hasil ujian, juga pemaparan guru secara langsung menyatakan kalau dia bisa mengikuti semua pelajaran tersebut dengan baik. Nilai-nilainya pun boleh dibilang cukup tinggi.
Secara akademik, kognitif, dan psikomotorik tidak ada masalah sama sekali. Cuma memang Miss M sebagai wali kelas cerita bahwa kekurangan dia di hapalan. Si abang susah banget diajakin hapalan serta baca Iqra. Di sisi lain, dia berani untuk adzan dan juga iqamat ketika waktu sholat dzuhur tiba.
Selain itu, secara emosional pun sepertinya abang masih punya banyak catatan. Dia sempat menangis karena kesal dengan tingkah laku temannya ketika praktikum. Unyuk masalah ini, aku cukup tahu karena dia sempat cerita di rumah. Ketika bercerita sama aku dan ayahnya, dia menangis juga. Kayak yang daleemmm banget gitu loh rasa kesalnya dia ke si teman.
Sekarang kalau aku lihat relasi dia ke semua teman-temannya sih baik. Tapi ya kalau besok ada praktikum serupa, aku khawatir kejadian kemarin terulang kembali. Gurunya memberi tahu karena memang saat kejadian, si abang jadi bete dan berakhir males-malesan belajar. Padahal, praktikum adalah salah satu aktivitas belajar yang dia sukai.
Momen pengambilan raport si abang berlangsung singkat karena memang agendanya padat. Pada semester ini, mid year performance dan pengambilan raport dijadwalkan pada hari yang sama. Waktu untuk konsultasi jadi sempit sekali, masing-masing orang tua siswa hanya punya durasi 10 menit saja.
Jumlah waktu yang kurang banget sih menurutku. Tapi ya gimana lagi karena aku berada di urutan pertama, dan belasan orang tua lainnya sudah mengantri. Meski singkat, setidaknya aku tetap bersyukur dengan hasil yang diraih si abang.
Hasil Raport Teteh
Berikutnya adalah si teteh yang merupakan anak tengah dan anak gadis satu-satunya di rumah. Belajar dari pengalaman, aku sengaja mengambil nomor urut paling akhir supaya bisa konsultasi dengan guru-guru dia sampai puas.
Setelah duduk dengan nyaman, dua orang ustadzah si teteh pun membuka raport dan menyampaikan hasil belajar anak gadis kesayanganku dan ayahnya ini. I feel so soft karena Masya Allah, hasilnya ternyata bagus sekali.
Si teteh bisa dibilang menjadi salah satu murid yang berpengaruh di kelas. Ketika dzikir pagi, dia mampu memimpin teman-temannya dengan semangat. Kemampuan dia untuk membaca, memahami bahasa arab, bahasa inggris, dan juga siroh nabi pun sangat bagus.
Teteh sangat menyukai hapalan surat. Saking sukanya, dia bahkan setor di hari rabu yang bukan merupakan hari untuk setor hapalan. Ustadzah juga cerita kalau si teteh suka sekali bawa Juz Amma dan membacanya terlebih dahulu sebelum gilirannya setor tiba.
Target-target pembelajaran semester pertama sudah si teteh capai, bahkan lewati semua. Sedikit catatan dari ustadzah sih di bagian menulis saja, karena dia kalau menulis seringnya tidak pakai spasi. Hahaha.
“Secara kepribadian Luna juga tidak ada masalah. Semua anak merasa nyaman bermain dengan Luna sehingga kadang-kadang ada anak yang sedih karena Luna tidak mau main sama mereka. Tapi kami enggak bisa menyalahkan juga karena Luna pasti bingung saat semua mengajaknya main.” kata ustadzah.
Walah.
Jujur aku sampai ternganga saat diberitahu karena sebetulnya di rumah pun begitu. Jadi si teteh ini sering jadi rebutan teman-temannya. Mereka ingin main sama Luna, tapi hanya Luna saja, tidak bersama yang lain. Haduuu, hahaha.
Hasil Raport Dedek
Terakhir adalah hasil laporan belajar si dedek. Ini yang paling aku tunggu-tunggu sih karena dia kan baru saja masuk sekolah kemarin. Alhamdulillah hasilnya juga ternyata baik. Kemampuan berbahasanya si dedek di notice bener sama ustadzah.
“Dia bisa bilang dengan jelas apa yang dia rasa. Cara bicara Aylan juga tidak seperti anak kecil kebanyakan, tertata. ” terang Ustadzah.
Wuihihihi, efek punya ibu seorang blogger kali ya?
Aylan juga dibilang suka dengan kompetisi. Jadi dia suka ngajak temennya untuk cepet-cepetan mengerjakan tugas. Cara itu, katanya bisa memotivasi si dedek untuk lebih semangat mengerjakan tugas yang diberikan.
Catatan lain yang diberikan adalah Aylan agak kurang sabar ketika mengerjakan tugas membuat bunga dari kertas krep yang tipis. Sebetulnya dia bisa saja mengerjakan sendiri, tetapi gegara melihat teman-temannya sudah selesai, dia panik pengen cepat selesai juga. Cuma ya itu, alih-alih selesai yang ada pekerjaannya justru berantakan.
Selain hal-hal di atas, laporan lainnya sih cukup excellent. Hurray!
Raport Anak, Evaluasi Buat Orang Tua
Membaca hasil raport 3 anak yang bagus-bagus semua bikin aku tertegun. Ya Allah, dengan aku yang kurang in touch sama anak-anak selama satu semester kemarin aja hasilnya bisa sebagus ini. Gimana kalau aku lebih banyak mendampingi dan peduli sama mereka?
Aku sungguh malu saat ustadzah bilang hapalan Luna sudah sampai surat Al-Balad, sudah lebih dari separuh Juz 30. Meanwhile aku dan ayahnya suka ogah-ogahan ketika dia minta disimak hapalan. Selain itu, aku juga mulai jarang bacain cerita sebelum tidur. Tapi anak-anak tetap bisa menceritakan kisah-kisah nabi dengan sangat baik.
Anak-anakku punya potensi untuk berkembang dan berprestasi, tapi aku kayak gak aware dengan hal ini. Aku terlalu sibuk dan abai dengan dalih pekerjaan. Aku mungkin selalu memastikan mereka kenyang dan bersih, tapi tangki cinta mereka tidak kuisi sampai penuh.
Sepulang mengambil raport, aku ingin menghujani anak-anakku dengan cinta. Aku pengen mengucapkan terima kasih tak terhingga buat mereka.
Terima kasih karena mau sekolah.
Terima kasih sudah menjadi anak yang baik.
Terima kasih karena menyelesaikan tugas-tugas dari sekolah.
Terima kasih mau bersabar dengan orang tua seperti mama.
Mengambil raport sesungguhnya sebuah momen penting orang tua untuk melakukan evaluasi. Aku jadi tahu bagian mana yang harus kutambah, kuperbaiki. Aku harus lebih banyak meluangkan waktu untuk mengajarkan anak-anak berwudlu yang benar, sholat 5 waktu dan tepat waktu, membaca iqro yang sesuai dengan ilmu tajwid, juga menulis, membaca, serta kemandirian.
Aku enggak hanya ingin mereka pintar secara akademis. Aku ingin mereka bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Aku ingin mereka berani mencoba hal-hal baru. Aku juga ingin mereka mencintai agama ini.
Fiuhh…
Btw, sebelum menulis ini aku langsung telepon ayahnya yang lagi di kantor untuk cerita loh. Soalnya dia sejak pagi sudah ijin mau main sepakbola, daripada hype-nya hilang jadilah aku ceritain lewat telepon aja. Jujur, aku jadi bertanya-tanya tentang sekolah pilihan kami ketika si teteh SD nanti.
Baca Juga : Review Sekolah di Cisauk-BSD
Sudah tepat atau belum? Sesuai tidak ya? Apakah akan menunjang kelebihan si teteh? Banyak banget kekhawatiran pokoknya. Untunglah si ayah meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja, everything’s gonna be allright. Insya Allah sekolah pilihan kami sudah benar.
Duh, dasar emak-emak ya, segala hal kayak mesti dikhawatirin. Hahaha, siapa yang kayak gini juga?
8 Komentar. Leave new
kebayang rasanya, fulfill banget yaa :”) aku kagum sama Teteh bisa unggul di hapalan
Wahh syukurlah hasil ujiannya baik-baik semua yah, dan puji syukur juga dede-dede nya berhasil melalui ujian-ujian itu dengan baik dan hasil yang didapatkan hari itu. Semoga kedepannya bisa jauh lebih baik lagi dengan prestasi-prestasi yang baru lagi yang lebih besar hhe
Ikut bahagiaa baca ceritanya, Mbaa 😀 Di balik hasil yang membanggakan itu pasti ada proses yang ga bisa dijelasin secara detail yah. Keren semua dedek-dedek bertiga! Aku salut sama Teteh bisa unggul di hapalan, kalau saya lemah di situ :”)
Aku ikut terharu sih membaca cerita kakak tentang hasil belajar abang, teteh dan adiknya. MashaAllah banget ya dikaruniai putra-putri yang cerdas.
Bismillah. Semangat mengisi tangki cinta mereka sampai penuh ya, Kak.
terharu aku bacanya Ajeng!
Alhamdulillaah ya .. Allah memang tahu, bunda sangat sibuk dan baiiik hati sehingga anak anak jadi sehat dan pinter semua
Untung jadwal ambil raport enggak barengan ya Kak. Enggak Bingung jadinya.
Alhamdulillah ya raport sekarang enggak cuma berisi nilai. Namun ditulis juga progress anak2 di sekolah. Proses belajarnya. Jadi enggak cuma dilihat nilainya merah apa bagus. Tapi diliat juga proses mereka apa mengerti pelajaran2 di sekolah.
MashaAllah~
Barakallahu fiikum. Semoga anak-anak senantiasa diberi kemudahan dalam melewati setiap episode kehidupannya.
Anak-anak senang belajar memang akan beda hasilnya ketika berada di lingkungan yang tepat pula. Alhamdulillah~
MasyaAllah walhamdulillah…
Barakallahu fiikum mbak Ajeng sekeluarga