Salah satu PR ketika punya anak laki-laki adalah khitan/sunat. Makannya, lega banget dua anak laki di rumah udah dijagal semua tytydnya, wkwkwk.
– Madam A –
Pengalaman khitan/sunat smart klamp di BSD Tangerang. Aloha teman-teman pembaca semua! Akhirnya diriku kembali menulis lagi setelah sekian lama hiatus. Mohon dimaklumi ya, setiap mau nulis kok selalu ada kerjaan yang tiba-tiba datang. *Halah*
Anyway, tepat seminggu yang lalu si bungsu alhamdulillah udah sunat loh! Keren banget enggak sih karena dia sunat di usia 2 tahun 10 bulan. Well, enggak juga ding ya. Pengalaman yang sulung sebetulnya malah khitan sejak usia 18 bulan . Saat itu alasannya ‘terpaksa ‘ karena ada tanda-tanda ISK.
Berdasarkan pengalaman si abang, sunat di usia balita justru lebih mudah untuk dilakukan dan minim drama. Mana cepet sembuhnya pula. That’s why untuk yang bungsu pun saya juga enggak mau menunda-nunda. Rencana awal mau nyunat pas usia dia dua tahun malah, tapi qadarullah waktu itu kami pindahan sehingga semua dana kekuras untuk rumah.
Selain masalah dana, kami juga mesti beradaptasi dulu dengan lingkungan rumah yang baru. Sampai akhirnya pagebluk covid datang dan rencana untuk sunat sudah menguap entah kemana. Bukan prioritas lagi pokoknya.
Tapi itulah, janji Allah yang menyebutkan kalau setiap anak membawa rejekinya masing-masing itu nyata. Ketika bener-bener udah niat pengen nyunatin, pas dokternya bisa sunat di rumah, pas Cucup jadwal WFH seminggu penuh, pas anaknya mau, pas rejekinya ada. Serba pas!
APA SIH KHITAN/SUNAT ITU?
Berdasarkan Wikipedia, sunat, khitan, atau sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Bagian kulit yang dipotong ini elastis, biasanya sih bisa ditarik-tarik ketika kita mau membersihkan penis anak sehabis pipis.
Sebagai muslim, yang saya tahu hukum sunat bagi laki-laki adalah wajib. Dalil atau landasan hukum yang dijadikan dasar oleh para ulama mengenai hukum berkhitan adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abud Dawud dan Ahmad.
Buanglah darimu buku (rambut) kekufuran dan berkhitanlah.
Atas dasar ini, mayoritas ulama, seperti Imam Syafii, Hambali, sebagian pengikut Imam Malik, dan Abdurrahman al-Auza’i (wafat 156 H) sepakat menetapkan hukumnya wajib bagi laki-laki.
APA SAJA METODE SUNAT/KHITAN ?
Jaman kecil dulu, setahu saya orang-orang kalau mau sunat itu ke Bogem atau Mantri. Enggak tahu juga sunatnya pakai metode apa karena kakak-kakak saya baheula pasca sunat cuma pakai sarung dan tiduran aja sambil nerima hadiah atau saweran.
Iri banget liat mereka punya kantong yang berisi banyak uang, huh!
Nah, semakin lama metode sunat/khitan semakin banyak ditemukan. Meski metode-metode yang lama pun tidak ditinggalkan. Metode penjagalan tytyd tersebut antara lain :
- Manual/Sirkumsisi/Konvensional. Metode ini memotong langsung si kulup dengan pisau atau gunting bedah. Simpel sih, tapi penyembuhannya agak lama.
- Laser. Pemanas elektrik ditembak ke ujung penis dan memotongnya. Beberapa mengatakan kalau cara ini minim jahitan dan pendarahan tapi resiko ujung penis ikut terpotong sangat besar. Iiiihhhhhh SEREM!
- stapler biasanya dilakukan saat pria sudah remaja ataupun dewasa. Caranya adalah dengan menggabungkan metode potong serta jahit dengan alat strapler yang berbentuk lonceng di bagian dalam untuk melindungi kepala penis, lalu lonceng lain di luar yang memiliki pisau bundar untuk memotong kulup. Kelebihan dari metode ini adalah jahitannya lebih kuat dan minim perdarahan. Namun, sama seperti metode klem, harganya terbilang mahal dan stapler berisiko menggantung di kepala penis. WEW!
- Smart Klamp/Metode Klamp adalah sunat dengan cara memasang alat klamp di batang penis sesuai ukuran. Setelah itu kulup dipotong dengan pisau bedah. Klamp akan tetap terpasang pada penis hingga mengering dan nantinya dicopot. Kelebihannya adalah minim jahitan, minim pendarahan, minim rasa sakit. Kekurangannya sih di biaya, sunat metode ini biasanya lumayan mihil.
PENGALAMAN KHITAN/SUNAT METODE KLAMP DI RUMAH SUNAT DOKTER APRILIO, BSD
Masa pandemi gini, mau ke dokter untuk kontrol atau sekedar periksa udah horor duluan. Si abang yang biasanya ke RSCM untuk ketemu dokter respirologi pun kami hold entah sampai kapan. Itulah sebabnya kami pun mengurungkan niat untuk nyunatin si bungsu.
Sampai akhirnya saya tahu kalau salah satu tetangga saya di Cisauk ini merupakan dokter yang memiliki sertifikat dan ijin untuk melakukan sunat/khitan. Awalnya kami tanya-tanya dulu dan ternyata beliau bisa menyunat dengan metode smart klamp. Ahei!
Gongnya adalah ketika ada anak tetangga yang usianya 19 bulan lebih dulu disunat dan berjalan lancar. Saya auto maksa suami untuk bertanya ke Dokter Aprilio kapan si bungsu bisa disunat. Pada saat yang sama, alhamdulillah kok dapat kabar kalau gaji ke-13 cair, masya Allah…
Long short story, diputuskanlah hari Rabu 12 Agustus 2020 menjadi hari di mana si bungsu akan jadi lelaki sesungguhnya (((SESUNGGUHNYA))). Beliau mengabari kalau proses sunat sebaiknya dilakukan pagi hari. Jam setengah 7 pak dokter beserta tim sudah datang ke rumah.
Kamar yang digunakan untuk adegan pemotongan adalah kamar Luna karena kasurnya cukup tinggi. ebelum proses dimulai, pak dokter mengedukasi saya dan suami terlebih dulu. Kami diberi tahu bahwa sebelum dijepit, tytyd anak akan disuntik sebagai bius lokal. Suntiknya dua kali, di bagian atas dan belakang.
Saya sendiri sejak malam sudah sounding ke si bungsu. Bunyi soundingnya seperti ini,
“Dedek, nanti sebelum disunat dedek disuntik. Rasanya sakit, tapi Mama sama Ayah akan nemenin sampai sakitnya hilang.”
Yaps, anak saya yang nomer tiga ini bicaranya memang belum lancar meski usianya sudah 2 tahun 10 bulan. Tapi dia paling pemberani di antara kakak-kakaknya. Dia juga bisa memahami kata-kata dan menyerap informasi dari orang-orang di sekitarnya. Sounding saya lakukan sejak sehari sebelum, pagi hari, dan beberapa saat sebelum kulitnya ditembus jarum suntik.
Saya dan suami sudah bersiap-siap memegangi kalau-kalau pada saat disuntik nanti dia memberontak karena kaget atau kesakitan. Alhamdulillah, dia memang bereaksi dan badannya sempat tegang tapi ya cuman segitu saja. Dia bahkan tidak menangis.
Proses belum selesai. Kami menunggu sekitar dua sampai tiga menit hingga biusnya bereaksi. Pak Dokter menunjukkan pada kami ciri-ciri bius sudah on adalah ketika tytyd ditarik-tarik atau dijepit namun anak tidak merespon alias B aja.
Begitu yakin kalau bius sudah oke, alat klamp pun dipasang. Oh iya, ukuran punya Aylan adalah ukuran 16, dan proses pengukuran dilakukan sehari sebelumnya.
Baca Juga : Kisah Tentang Saluran Cerna, Nutrisi, dan Efeknya Bagi Tumbuh Kembang Anak
Aylan ini sebelas duabelas sama suami dalam hal ekspresi wajah. Maksudnya, enggak punya banyak eskpresi, terkesan datar gitu. Jadinya saya sempet agak bingung, selama proses suntik, masang dan potong itu dia wajahnya gitu-gitu aja karena emang enggak ngerasa sakit atau memang wajahnya begitu *pasang emot kewata sambil nangis*
Eh tapi enggak juga ding, waktu itunya mulai dipotong dia sempet teriak kecil. Paham sih, gimanapun ketika ada bagian dari tubuh kita lagi diiris rasanya mesti enggak nyaman. Tapi ya lagi-lagi, cuman segitu aja. Setelah semua selesai wajahnya balik datar lagi. Ya Allah, bener-bener dia itu anak ayahnya, wkwkwk.
Setelah proses sunat/khitan selesai
Keseluruhan waktu yang dibutuhkan untuk sunat/khitan mungkin ada sekitar 30 menit. Mulai dari mempersiapkan alat, mengatur posisi, bius, potong, dan beres-beres. Dokter Aprilio sangat komunikatif dan ramah ke anak sehingga mereka enggak tegang-tegang banget meski tahu pak dokterlah yang akan menjagal tytyd mereka.
Setelahnya kami istirahat untuk minum dan makan snack sebentar. Pak Dokter memberi tahu bahwa pasca sunat kondisi di sekitar tytyd akan bengkak dan itu wajar. Bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
Lalu, dalam situasi seperti apakah kami sebagai orang tua harus khawatir dan mendatangi Pak Dokter?
“Ada dua kondisi. Pertama apabila terjadi pendarahan dimana darahnya mengalir terus-menerus dan tidak berhenti. Kalau cuma sedikit darah muncul itu tidak apa. Kedua bila klampnya copot, nah kalau sudah begitu mau tidak mau harus dijahit.” terang pak Dokter menjawab pertanyaan saya.
Hiii, saya begidik membayangkan dua hal tersebut. Jangan sampai ah klampnya copot atau terjadi pendarahan. Lagian, kalau saya lihat klampnya ini kuat dan tidak mudah copot juga kok. Kecuali yang nyopot anggotanya Avengers ya beda cerita.
By the way, ada beberapa hal yang menjadi catatan saya dan mungkin bisa jadi masukan bagi teman-teman pembaca. Bius yang diberikan ke anak dalam kadar paling rendah, sehingga apabila tidak berfungsi sebagaimana mestinya, baru deh dosis ditambah.
Durasi bius biasanya sekitar satu jam. Nah, dalam kasus anak saya usia biusnya lebih cepat sehingga belum sempat saya berikan obat pereda rasa sakit, biusnya hilang.
Wih, ampun-ampun lihatnya. Setelah bius hilang ini dia nangis sampai jerit-jerit dan teriak sakit. Saya sempat merasa panik hingga untuk pemberian obat pun yang melakukan si ayah.
Dulu, Aylan pernah berontak kayak gini juga. Ketika itu usianya 3 hari, bener-bener baru lahir ceprot. Dia harus disinar karena bilirubin tinggi, 22,9 kalau dari hasil tes. Selama penyinaran mata ditutup, baju dibuka dan hanya boleh mengenakan popok. Dia jerit-jerit karena pasti merasa enggak nyaman banget ditidurkan dalam box. Tangan mungilnya menggapai-gapai seolah mencari saya. Sediiiihh banget lihatnya.
Nah, momen kedua adalah pasca sunat ini. Ya ampun kemarin itu nangisnya enggak nguatin. Sampe guling-guling enggak jelas kesana-kemari. Mungkin karena saking sakit banget-banget gitu ya? Ada sekitar 50 menit dia nangis, menjerit maunya sama saya, menolak ketika hendak dipeluk ayahnya.
Potek banget hati saya waktu itu. Apalagi saya juga enggak bisa ngelakuin apa-apa selain menemani atau mengelus-elus. Dia menangis dan menangis hingga akhirnya kelelahan sendiri dan tertidur.
Satu jam kemudian dia bangun dan alhamdulillah kondisinya kembali normal. Sudah bisa ngoceh dan ikutan main sama kakak-kakaknya. Makan pun alhamdulillah normal, tetap banyak.
Jadi, saran saya untuk siapapun yang mau nyunat anaknya. Pasca sunat mending langsung kasih obat pereda rasa sakit. Supaya ketika bius hilang dia enggak terlalu kaget.
Overall, saya merasakan agak repot hanya di hari pertama sunat saja. Saya enggak memakaikan celana khusus sunat sih, cuman memang enggak pakai celana dalam juga. Saat pipis juga biasa, asyik-asyik saja.
Enaknya sunat pakai metode klamp itu setelah sunat bisa langsung aktivitas normal. Bisa mandi, pipis, jalan, pokoknya yang penting hati-hati. Bersihkan pipis juga gampang, tinggal semprot saja tabungnya. Selesai.
Pada hari kedua, si bungsu udah lupa kalau dia habis disunat kayaknya. Lha gimana, dia udah mandi sendiri, lari-larian sama kakaknya dan bermain panjat-panjat kasur. Yang serem justru yang ngelihat sih, hahah.
Kapan smart klamp dicopot?
Sehari sebelum dicopot, si bungsu bermain agak brutal sampai tytydnya nabrak ujung pinggiran kasur. Ugh, nggak kebayang ngilunya kayak apa wis. Anaknya jelas nangis mbeker-mbeker sih, hadeehh.
Again, dia nangis sampai ketiduran. Pas dia tidur baru deh saya cek, ternyata benturannya tuh cukup kuat karena sampai berdarah. Darahnya lumayan banyak karena sampe nyetak ke celana. Waktu itu sempet berdebat sama suami karena dia bilang itu nggak papa.
*ngueengg*
Nggak papa muke lo jauuuuhhh. Lha saya aja mules ngeliatnya, apalagi yang ngerasain langsung. Piyitikih.
Back to topic, smart klamp dicopot padi hari kelima. Sedikit berbeda dengan pengalaman si abang. Dulu si abang copot peralatan di hari ketujuh, sebelum copot pun kami diminta untuk merendam dia di bak mandi berisi air hangat. Tujuannya agar saat dicopot nanti, kerak bekas lukanya melunak sehingga tidak sakit.
Nah, pada kasus yang bungsu, yang dicopot adalah alat penjempitnya saja. Tabung masih dibiarkan menempel hingga akhirnya copot sendiri. Kapan copotnya? Dua hari setelah penjepit enggak ada.
Pak Dokter Aprilio menginfokan bahwa total waktu yang dibutuhkan untuk sembuh total adalah 21 hari. Apabila tabung enggak copot dalam kurun waktu tersebut, maka akan dicopot paksa.
Si bungsu ini meski tabung dan penjepit udah enggak ada dia kadang masih takut-takut gitu. Pelaaaaann banget kalau nyopot celana dalam pas mau pipis sampai akhirnya malah ngompol. Kayak gitu tapi kalau lihat kakaknya sepedaan langsung ngrengek minta ikut sambil teriak-teriak,
“Titi Ayan engga akit” (Titit Aylan enggak sakit) terus nunjuk-nunjuk tititnya pake muka jumawa. Hadeeeh, sa ae anaknya akang kendang ini.
Finnally, ketika penjepit dan tabung sudah copot, yang tersisa tinggal kerak berwarna kehitaman dengan bentuk melingkar kayak cincin gitu. Pas inget, kadang saya semprot pakai semprotan khusus dari Pak Dokter. Tapi nek enggak inget ya bablas. Meski lebih sering lupa nyemprot, kerak ini hilang dengan sendirinya juga sih. Yeai!
Jadi, kapan mau nyunatin si kecil?
Kapan hayoooo.
Bebas sih bebas, mau pas bayi boleh, pas agak gedean juga enggak papa. Asal jangan nunggu sampai mereka dewasa aja, takut entar alot wkwkwkwk.
Sunat/khitan pada anak emang gampang-gampang susah. Poin paling penting supaya proses ini enggak terlalu drama, orang tua harus siap dulu. Kalau orang tua siap, insya Allah anak juga siap.
Gitu aja deh sharing dari saya, semoga bermanfaat ya. Sampai ketemu di tulisan selanjutnya!
1 Komentar. Leave new
Biayanya berapa kak?