Bagi emak-emak yang hobi sekali beberes dan ingin rumahnya rapi, nama Marie Kondo penemu metode KonMari tentu tidak asing lagi. Tapiii…
– Madam A –
Bulan November bikin geger!
Setelah pada tanggal muda kemarin banyak ibu-ibu potek hati berjamaah mendengar kabar Keanu Reeves punya gandengan baru, alhamdulillah minggu ini mereka dan tentu saja, saya, yang senasib sepenanggungan bisa menghela nafas lega. Mungkin juga sedikit berbahagia karena muncul kabar tak biasa. Sebuah berita baik (atau sebenarnya buruk?) datang dari masternya beberes sejagat raya : Marie Kondo.
Berawal dari sebuah web parenting berbahasa Inggris yang menampilkan artikel dengan judul “Marie Kondo Is Accidentally Admitting Her Magic Doesn’t Work For Parents of Toddlers”. Dalam sekejap, artikel ini langsung menyedot perhatian saya. Pelan dan hati-hati sekali saya baca tulisan tersebut, sesekali sambil melotot.
Maklum, kemampuan berbahasa Inggris saya makin kesini makin turun. Khawatir salah mengartikan maksud tulisan. Kan kalau baca artikel bahasa lain kerjanya dua kali.
Maklum, bunda Marie Kondo ini adalah idola ibu-ibu yang punya hobi beberes namun putus asa karena berantakan lagi berantakan lagi. Rumah rapi cuma mimpi. Jadi ya, untuk menuliskan sesuatu tentang beliau tentu saja tidak boleh sembarangan. Takut disambit fans beratnya, hahah.
Secara personal, saya mengaguminya. Sangat. Sosoknya kalem, lembut, cantik, langsing. Saya sampai membatin, orang ini kalau kesel ke anak kayak apa ya?
MENGENAL MARIE KONDO DAN METODE KONMARI-nya
Saya pertama kali mengenal Marie Kondo dari sebuah buku panduan beres-beres. Maklum, orang dengan karakter sanguin itu terkenal berantakan, awut-awutan, enggak tertata, dan suka banget nunda-nunda kerjaan. Duh!
Nah, dari buku beliau inilah saya belajar kalau beberes tidak cuma sekedar beberes. Merapikan, membersihkan, dan mengatur rumah adalah sebuah proses yang ternyata bisa berefek pada kehidupan kita. Enggak bohong sih, rumah yang tertata memang bisa membuat penghuninya merasa lebih nyaman, efektif, dan efisien.
Terutama untuk kasus saya yang punya suami pelupa dan susah banget disuruh mencari barang. lol.
Tidak hanya buku, saya pun sering menonton video beliau di YouTube. Bagaimanapun, melihat praktek langsung metode beberes ala KonMari lebih mudah dipahami.
Gara-gara Marie Kondo, saya belajar untuk berani membuang barang tak terpakai yang menumpuk di rumah. Dulu sering merasa sayang atau berpikir bahwa benda tersebut bisa jadi akan terpakai lagi. Padahal ya ujung-ujungnya enggak diapa-apain juga.
Sudah berkardus-kardus sampah saya buang. Jujur, rasanya menyenangkan sekali melihat ruang-ruang yang dulunya tertutup aneka barang, kini mulai terlihat.
Saya juga jadi punya lemari baju berbentuk sorong untuk menyimpan baju anak yang dilipat tiga. Terbukti rapi lebih lama dan memudahkan anak-anak untuk mengambil baju sih.
Ya intinya, saya dapat banyak insight bermanfaat dari metode beberes Marie Kondo.
KOK MASIH TETEP BERANTAKAN YA?
Nah, adakah temen-temen merasakan hal yang sama? *golek bolo*
Sesering dan sekeras apapun saya berusaha mempraktekan metode KonMari ini, kenapa rumah tetap tak pernah rapi juga? Heraaann banget! Pernah sih rapi tahan lama, maksimal satu jam. Atau ketika anak-anak tidur, atau malah, saat anak-anak sakit.
Saya terpukau sekali dengan istilah “sparks joy” yang begitu sering digaungkan oleh Marie Kondo. Tapi kok, boro-boro untuk beberes, lha wong saat sholat saja saya sulit untuk menemukan sparks joy-nya.
Ha gimana, tiap sholat tiga krucils saya selalu mendampingi, ada yang narik mukena, ada yang gogoleran di atas sajadah tepat di depan saya, bahkan ada yang perosotan ketika saya sedang sujud. Padahal, saya sudah berulang kali sounding pada mereka untuk meminta waktu lima meniiitttttt saja supaya bisa sholat yang khusuk.
“Kids and KonMari Method don’t Mix”
Begitu bunyi tulisan di awal paragraf yang kontan membuat saya ngakak rauwis-uwis. Ommoooo, akhirnya terjawab sudah kegalauan saya selama ini. Terbongkar sudah misteri kenapa rumah tetap tidak rapi meski sudah pakai metode KonMari.
Berbagai pertanyaan seperti : “Kok bisa sih orang-orang rumahnya rapih? Kok bisa sih Marie Kondo tuh wajahnya ayem banget kalau pas rapih-rapih?” Kok bisa sih rapihnya tahan lamaaaaaa banget? Why oh Why saya enggak bisa? Apa salah dan dosa saya di masa lalu sampai-sampai saat ini bahkan tidak mampu mengatur rumah sendiri supaya uwuwu?
Kenapa pula kalau saya yang beberes ekspresinya kaku banget kayak kanebo? Sebelas dua belas dengan anggota pasukan yang mau berangkat ke medan perang. Sampai-sampai setiap kali saya memegang sapu atau lap, anak yang tengah selalu bertanya, “Mama lagi marah?” Hadeehh.
Makannya, Alhamdulillah ya Allah, hati ini langsung maknyes. Jebul memang metode KonMari tidak bisa diaplikasikan di rumah yang isinya ada bocil. Apalagi bocilnya enggak cuma satu, tapi tiga biji. Kebayang lah ya?
Marie Kondo saja JUJUR mengakui bahwa ketika dia jadi ibu dengan satu anak, rumahnya tidak bisa rapi. Kemudian ketika anaknya bertambah jadi dua, dia bahkan mengatakan kalau dia tidak punya energi untuk mempraktekan ilmu beberesnya sendiri.
Asli, saya langsung cengengesan baca paragraf yang ini. Puaassss banget! Puaassss!!! Ahahahaha.
Ha gimana punya energi, untuk sekedar mencuci piring bekas masak dan makan lima orang saja rasanya simpanan tenaga langsung berkurang banyak. Apalagi kalau harus menjemur, menyapu, mengepel, dan merapikan kamar-kamar.
Itu semua masih belum termasuk membereskan serbuan mainan anak-anak yang bisa nyasar kesana-sini. Ibu-ibu pasti sering kan mengalami kejadian ajaib nemu alat makan di kasur, mainan di dapur, sabun di teras, bola nangkring cantik di ruang tamu, dan masih banyak lagi. Sungguh, bisa selamat dari ranjau enggak nginjek lego atau mobil-mobilan saat fokus sudah melemah saja syukurnya luar biasa.
Saya sendiri kalau memang sudah capek banget ya terbiasa mengambil jalur beberes jalan cepat. Semua barang di sapu ke salah satu sudut, dan baru dipilah ketika waktu sudah ada. Kadang bahkan tidak sempat saya rapikan karena sudah dimainkan lagi sama anak-anak. Percayalah, energi orang dewasa itu kalah jauh sama energi anak-anak. Yakin saya, Ultraman pun perlu bolak-balik dari bumi ke planet Nebula M78 buat ngisi baterai kalau lawan tandingnya adalah anak-anak.
TERIMA KASIH MARIE KONDO
So, terima kasih banyak ya Mbak Marie sudah mau jujur untuk mengakui bahwa beberes ketika memiliki anak kecil memang seberat itu. Gila, salut banget saya sama anda. Jangan-jangan, karakter orang Jepang tuh memang seperti ini ya? Enggak malu untuk mengakui kekurangan metode yang dia ciptakan.
Terima kasih karena sudah membuat para ibu untuk kembali pasrah menjejak bumi, berdamai dengan rumah yang belum bisa rapi. Terima kasih telah memilih untuk bergabung kembali bersama kami, golongan ibu-ibu yang bahagia meski rumah seperti habis diserang negara api.
Terima kasih karena kami jadi bisa membala diri setiap ada yang menyinyiri, “Please deh, masternya beberes aja nyerah, apalagi saya?”
21 Komentar. Leave new
Hahaha, seru juga ya bacanya.
haduh saya juga dulu baca mari kondo dan pengen banget bisa ngikutin beberes ala dia.tapi belum juga berhasil 🤣🤣🤣🤣
Saya baru dengar Nama ini.. Mksh mb ulasanya.. Jadi browsing Marie kondo nih… Secara saya juga lemah dalam hal beberes 😂😂
Yuhuuu,, finally menemukan artikel yang related dengan kehidupan konmari yang umurnya cuma sepersekian lahh.. 😂😂 thanks mba ajeng. Kamu sudah mencerahkan dirikuuu..
Wkwkwk.. realita banget nih. Aku sampe sekarang baru sedikit mengurangi. Nantilah tunggu anak agak gede dikit dan punya rumah sendiri, pengen seminimalis mungkin. Sebenarnya bukan karena marie kondo aja sih tapi sebenarnya ISlam juga mengajarakan itu.
Jangan kan anak kecil..anak aku masoh SMP dan kelas 1 SD saja rumah masiiih juga blm rapih seperti impian yg kaya di IG para artis ahaha..
But I always say thanks u for all this ‘messy’ room. Karena 2 atau 3th lagi, aku tdk akan bisa memandangi oemandangan seperti ini lagi and Im gonna miss that..
Is ok not to be perfect. Kalo Aku sendiri justru berkali-kali ngajak anak beresin mainannya. Ga didengerin ya diajak lagi diajak lagi. Bosen? Kadang tapi harus, karena aku optimis suatu hari dia pasti sadar kalau mainan harus di beresin sendiri
ini kali pertama aku baca catatan ttg kondo. ada kawan fb yang getol banget berbagi cerita tentang beberes metode konmari. bahkan punya wag, hasil dari obrolan di fb. ga tau kenapa, belum tertarik buat cari tau.
jadiiii..makasih sdh menyajikan di sini tanpa cari sendiri 🙂
Di situlah sebenarnya, celahnya, Mbak. Kanak-kanak = rumah berantakan. Takkan bisa dikonmari. Makanya kalau ada teman yang bilang bisa konmari saat punya toddler, jujur saya tidak percaya sedikit pun. Sudah fitrahnya begitu. Kecuali kalau punya ART, okelah, bisa dimaklumi. Semua ibu yang punya kanak-kanak akan dihadapkan pada pilihan selalu merapikan rumah (sehari bisa 5-10 kali) atau merapikan tiap anak sudah tidur malam.
Marie Kondo jadi lebih terlihat manusiawi setelah mengakui ini.
ini kali pertama aku baca catatan tentang kondo. Beberapa kali teman ku fb yang getol banget berbagi cerita tentang beberes metode konmari. bahkan punya wag, hasil dari obrolan di fb. ga tau kenapa, belum tertarik buat cari tau. Stlah baca artikel mu aku jdi ingin mencoba
Aku pikir Marie Kondo melakukan pengakuan apa mbak, ternyata bahwa metodenya memang gak bisa diterapkan ketika ada krucils yaaa….
Hm… salut sih dia berani jujur gitu… karena memang seperti itulah keadaannya ya mommies
hihihi
Ini kek si Marie bilang ” I feel You, Jeung!”
setelah punya anak dewe segala teori rapi-rapi yang dikiblati orang sebumi langsung ambyaaaar!
Maka, nikmati aja kalau sekarang berantakan. Ntar gede-an anaknya malah kangen lho. Ini kok rumah rapi jali ya, jadi enggak ada kerjaan emaknya wkakakaka
berat banget yak tugas sebagai seorang ibu yang anaknya masih bayi, hampir semua pekerjaan rumah diselesaikan sendiri
Saya nih belum pernah baca bukunya, baru lihat dari postingan teman-teman aja rasanya udah pengen banget menerapkan metode Konmari. Tapi ya kok sampai detik ini belum terlaksana juga. Padahal rumah tuh udah ramai banget rasanya sama barang-barang gak penting. huhuhu
asli ya, aku lagi cobanerapin konmari nya marie kondo. terus pas baca ini… oke aku masih punya waktu sampai akhirnya nanti menikah dan punya anak buat rapih-rapih dulu hahahaha
Hahahahaajaj *ketawa raksasa*
Jadi gapapa nyerah ya mba?
Anak saya juga tiga, laki semua.
Setiap beberes serasa dejavu, saya tadi udah beberes apa belum ya?
Tak tinggal tepar aja kalo dah gitu.
Sampai hari ini masih merasa berdosa.
Apalagi pas pak su pulang, rmh kayak kapal pecah,
Menjejakkan kaki pun gak tau gimana, penuh ranjau.
Jadi curcol..
Tapi saya lega hbs baca tulisah ini…
Saya masih normal. Gak perlu merasa berdosa, istighfar aja byk2 biar gak meledak.
Ketawa dulu lagi lah saya kwkwkwkwkkwwkwk
Gak di sini, gak di sana, sama aja ya Mak kelakuane anak-anak. Emak sujud diperosotin, emak berdiri ditarik mukenanya, atau dimasukin, tiduran di atas sajadah. Kali nggak gitu, sajadahnya digulung. Rumah berantakan, pastinya.
Bukan Marie Kondo tapi ada satu akun di dekor di IG yang rumahnya rapi banget,dulu temen saya sempet bilang ini orang hidupnya perfect amat ya,jago masak,jago foto,rumah rapih banget pdahal punya anak lho.tapi saya bilang aja itu dy foto pas rumahnya lagi rapih aja,gak mungkin punya anak tumah rapi terus mustahil😆
wahahahahaha… saya pun cengengesan baca tulisan ini. Berasa puas juga aku tuh, alhamdulillah mbak Marie mengakui hal itu. Emang susah bersih walaupun sehari beberes 3x .
Oo my God wkwkwkks..saya puas bacanya.. Bukan karna saya cari bolo dan pembenaran. Setelah selama ini orang selalu bandingin rumah saya yang berantakan abadi dengan rumah lain. But that true..thats not a mistake if our home become crowded of toys! Makasi mba sharingnya.
berarti mutlak ya mba kalau punya anak itu pasti susah rapinya,,,, untung mbak ga semepet stress berkepanjangan, hahaha akhirnya menemukan jawaban