Pernahkah anda membayangkan sebuah sekolah yang SPP bulanannya dibayar dengan pisang atau hasil bumi lain? Mungkin anda tidak akan menemukan ini dikota besar, tapi di Pondok Pesantren Riyadul Falah yang didirikan oleh Marwan Hakim, hal ini diperbolehkan.
c
Baca Juga: Ratna Indah Kurniawati si Pemberdaya Penderita Kusta
Hal tersebut dialami oleh hampir semua warga desa. Melihat pemuda atau pemudi putus sekolah adalah suatu hal yang biasa. Marwan melihat begitu banyak masalah sosial muncul karena kurangnya pendidikan. Mulai dari maraknya kawin di usia dini, menjadi buruh kasar tanpa ketrampilan, serta menjadi TKI yang minim ilmu sehingga memiliki kemungkinan untuk ditipu.
Mendirikan Sekolah
Gusar dengan kondisi di desanya yang tidak berubah dan khawatir dengan nasib anak-anak generasi mendatang, Marwan pun berusaha melakukan sesuatu. Meski tidak tamat SMA, Marwan memiliki kemampuan untuk mengaji dan mengajar.
Berbekal kebisaan tersebut, Marwan menjadikan ruang tamu di rumahnya sebagai ruang kelas pada tahun 2022. Rintisan awal pondok pesantren Riyadul Falah miliknya. Pada saat pertama kali mengajar, jumlah murid yang belajar pun kurang dari sebelah tangan karena hanya tiga orang saja. Itu juga harus dijemput terlebih dahulu karena jarak rumah mereka cukup jauh.
Meski demikian, Marwan tidak menyerah dan tetap konsisten untuk mengajar. Dengan uang yang dimilikinya, sedikit demi sedikit Marwan berjuang untuk membesarkan sekolah tersebut sehingga berdiri madrasah yang setara dengan SMP dan SMA.
Muhadi, salah seorang santri yang sekolah di sana mengatakan rasa terima kasihnya yang begitu besar kepada Marwan karena telah membangun sekolah di Desa Aikperapa. Baginya, kesempatan untuk lanjut belajar terbuka karena ada sekolah di tempat tersebut.
Bahlul Ahyar, yang merupakan guru di madrasah tersebut juga menceritakan pengalamannya yang berkesan. Ahyar mengisahkan bagaimana kondisi sekolah tersebut ketika pertama kali datang, kondisi bangunannya yang menyedihkan serta lokasinya yang begitu terpencil.
Memang, akses menuju desa Aikperapa cukup sulit karena jalanannya yang rusak parah. Ahyar tidak memiliki motor, padahal jalanan hanya bisa dilewati oleh motor. Dijemputlah Ahyar oleh Marwan. Penampilan Marwan yang kurus dan sederhana membuat Ahyar mengira bahwa Marwan adalah tukang ojek, bukan pemimpin madrasah.
Marwan sendiri bukan tipe orang yang memperhatikan penampilan. Fokusnya saat itu adalah mengajar dan membuat sekolahnya tetap bisa berdiri serta murid-muridnya belajar dengan baik.
Pada tahun 2013, Pondok Pesantren Riyadul Falah telah berdiri dengan lebih gagah dan lengkap, meski masih terlihat sederhana. Jenjang pendidikan yang ada di sana pun lengkap, mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA. Jumlah siswa yang belajar di sana juga telah mencapai ratusan.
Perubahan Mindset Orang Tua
Meski butuh waktu yang tidak sebentar, perjuangan tak kenal lelah dari Marwan membuahkan hasil. Orang tua yang dulunya menganggap sekolah tidak penting, kini justru mendorong anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan di pondok pesantren yang didirikan Marwan.
“Angka kawin dini semakin menurun, artinya hak belajar untuk anak tersalurkan.” kata Marwan.
Tak berhenti sampai di situ, pemuda pemudi Aikperapa biosa melanjutkan pendidikan ke jenjang yanga lebih tinggi yaitu kuliah. Namun jika tidak lanjut dan memilih untuk langsung bekerja pun, setidaknya bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak karena sudah terdidik.
“Kalau bekerja sebagai buruh, tapi buruh dengan penghasilan yang lumayan.Tidak lagi mudah tertipu calo.” tambah lelaki yang passion-nya mengajar tersebut.
Membuka Sekolah Lain
Anak-anak dengan seragam merah putih berlarian di pinggir hutan meski tanpa alis kaki. Mereka tampak semangat menenteng buku tulis dan pensil. Marwan yang berjalan di belakang menemukan sebuah tempat untuk duduk dan meminta siswa-siswi untuk berhenti.
Di tengah-tengah pepohonan, sambil ditemani suara hutan sertai berlantaikan tanah, Marwan mengajar anak-anak Dusun Bornong, sebuah dusun yang letaknya berada di kaki Gunung Rinjani paling tinggi. Anak-anak di sana sudah sangat merindukan hadirnya sekolah dan Marwan mencoba menjawab kebutuhan tersebut.
“Dimanapun kita bisa belajar, di dalam kelas maupun alam terbuka.” katanya lantang.
Mimpi Yang Terwujud
Sebagai pemimpin pondok, siapa yang menyangka jika pendidikan Marwan sendiri hanya sampai tingkat SMP. Namun berkatnya, masalah sosial yang terjadi di desa karena rendahnya angka pendidikan justru teratasi.
Orang-orang yang berada di sekitar Marwan mendorong dirinya untuk menyelesaikan ijazah SMA melalui Kejar Paket C. Marwan pun melakukan hal tersebut meskipun tentunya tidak mudah di tengah kesibukan mengajar dan merawat pondok pesantren miliknya.
Marwan tidak bisa menahan rasa gembira yang muncul karena ketika sudah ada sekolah di desanya, perubahan tampak nyata terjadi.
“Fastabikul Khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan. Kini, hampir semua orang tua di sana mendukung anaknya untuk sekolah.” pungkas dia.
Anak-anak di pondoknya pun mengikuti Ujian Nasional dan lulus dengan angka kelulusan mencapai 100%. Ini adalah salah satu kebanggaan dan mimpi Marwan Hakim yang terwujud.
Terpilih Menjadi Penerima Satu Indonesia Awards
Marwan Hakim, sosok manusia yang memiliki panggilan hati dan mewujudkannya dengan kerja nyata. Penuh rasa ikhlas dia lakukan segala hal untuk mengubah kondisi desa Aikperapa, membuat anak-anak di sana dapat sekolah hingga setidaknya jenjang SMA.
Nasib anak-anak tersebut kini tidak selalu gelap. Cahaya yang diberikan Marwan dapat menjadi penerang untuk membuka jalan-jalan masa depan yang lebih baik. Sebuah kerja yang sangat menginspirasi dari seorang pemuda sederhana Desa Aikperapa.
Marwan tak kenal lelah memelihara dan melestraikan tradisi-tradisi lokal yang baik. Harapannya untuk mencetak generasi Aikperapa yang kental dengan budaya lokal namun memiliki wawasan global masih dia pegang dengan erat.
Semua hal tersebut, akhirnya membuat Marwan Hakim terpilih menjadi salah satu penerima Satu Indonesia Awards. Penghargaan SATU Indonesia merupakan penghargaan untuk pemuda atau pemudi yang dinilai telah memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Tidak hanya mendapatkan bantuan dana, dari penghargaan ini kiprah Marwan Hakim menjadi lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dan menjadi contoh nyata bagi generasi muda lainnya.