Mata saya seketika basah ketika mendapat kabar bahwa seorang sahabat yang merupakan ibu, dinyatakan wafat dalam perjuangannya melahirkan anak kedua. Ia meninggal karena menderita demam ketika sebelum proses melahirkan tiba.
Kabar tersebut begitu meremukkan hati. Saya tahu persis kebahagiannya ketika tahu sedang hamil anak kedua. Dia bahkan sudah menanti-nantikan kehadiran bayi tersebut.
Baca Juga : Pengalaman Melahirkan Tanpa Jahitan
Namun takdir berkata lain, dirinya justru harus berpulang lebih dulu. Meninggalkan seorang suami dan 2 orang anak kecil yang masih membutuhkan perhatian ibu.
Seolah paham dengan suasana hati penuh duka, kondisi cuaca tampak begitu mendung. Kematian seorang ibu memang sanggup membuat alam turut bersedih.
Berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) Angka Kematian Ibu atau MMR (Maternal Mortality Ratio) di Indonesia untuk periode tahun 1998 – 2002, adalah sebesar 307. Ini berarti terdapat 307 kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan pada periode tersebut per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini bisa dibilang sangat besar. Tapi saya sendiri berpikir bahwa kematian bukanlah sekedar angka statistik. Di balik meninggalnya seorang ibu, ada orang tua, anak, suami, kakak, adik, dan sahabat yang hancur hatinya dan bersedih.
Dalam angka yang tertera di sebuah data, ada jiwa-jiwa yang kita cintai, kenal, dan juga hormati. Kematian akan selalu meninggalkan lubang besar yang tidak akan pernah terganti di orang-orang yang ditinggalkan.
Inilah sebuah tantangan yang harus dihadapi masyarakat di Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Masalah AKI (Angka Kematian Ibu yang tinggi) hingga 20 kasus dalam rentang waktu 1 tahun pada tahun 2001.
Hal ini terjadi bukan tanpa sebab. Setidaknya ada 3 faktor yang mempengaruhi kenapa banyak ibu dan atau anak tidak berhasil selamat dalam proses kelahiran. Berikut penjelasannya :
- Kekurangan Gizi Pada Ibu dan Bayi
Hamil memang suatu kondisi yang luar biasa. Ibu yang sebelum hamil memiliki asupan nutrisi cukup pun bisa menjadi kurang gizi karena morning sickness, hyperemesis, dan berujung tidak bisa makan. Bayangkan bila ini terjadi pada ibu yang sejak awal memang kekurangan gizi? Akan separah apa kondisinya?
Terlebih, kemiskinan di Flores Timur pada rentang tahun tersebut juga bisa dibilang cukup tinggi. Masyarakat belum mampu mengakomodasi gizi serta nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan harian. Apalagi untuk ibu hamil.
Masalah kekurangan gizi berefek begitu jahat pada ibu hamil. Dampaknya tak main-main. Ibu yang kekurangan vitamin penambah darah, bisa menderita anemia. Dengan kondisi ibu yang demikian, artinya calon jabang bayi juga beresiko mengalami hal yang sama.
Itu baru masalah kekurangan darah. Ibu hamil juga rentan kekurangan kalsium. Pengabaian terhadap kondisi kurang gizi ini bisa berakibat pada bayi dengan berat rendah, bayi terlahir dengan kondisi cacat lahir, dan yang paling fatal : kematian ibu/keguguran.
- Sulitnya Mengakses Fasilitas Kesehatan
Batas antara kematian dan kehidupan saat melahirkan memang setipis benang. Seorang ibu bisa saja mengalami pendarahan pasca persalinan, preeklamsia, sepsis, ataupun komplikasi pada masa nifas. Sebuah kondisi yang sebetulnya masih bisa diatasi jika memiliki akses terhadap layanan kesehatan lengkap dan terjangkau dalam hal jarak.
Sayangnya, kondisi geografis Larantuk begitu menantang. Akses transportasi sulit karena jalanan jelek dan terjal. Pegunungan, bukit, hingga pantai adalah gambaran daerah ini. Jarak antara rumah sakit dan warga juga jauh. Tenaga medis dan warga yang membutuhkan pelayanan sama-sama tidak mampu bertemu sehingga bantuan pun terlambat dan ibu menjadi tidak selamat.
- Masih Percaya Pengobatan Alternatif
Minimnya jumlah tenaga kesehatan yang berada di Larantuka membuat masyarakat beralih ke pengobatan ala dukun kampung. Mereka dianggap sebagai solusi utama yang bisa dijangkau karena dekat dan berbiaya murah.
Padahal faktanya, belum tentu dukun kampung memiliki pengetahuan medis yang cukup dalam menangani kasus-kasus berat ibu melahirkan.
Mansetus Kalimantan Balawala Tak Tinggal Diam
Pada tahun 2002, seorang laki-laki bernama Mansetus yang saat itu berprofesi sebagai wartawan menggaet sebuah LSM untuk mendirikan YKS (Yayasan Kesehatan Untuk Semua). Inilah cikal bakal yang membantu Larantuka mengurai permasalahan kesehatan, khususnya untuk mengurangi Angka Kematian Ibu.
Idenya saat itu begitu sederhana tapi menggebrak : Membuat Ambulans Motor.
Motor dipilih menjadi transportasi yang diangap mampu menjangkau desa-desa yang ada di Larantuka. Hanya dengan sedikit modifikasi yakni menambah bagasi tambahan di bagian belakang motor sebagai penyimpanan.
Tenaga kesehatan beserta obat-obatan dan peralatan lain, diangkut di atas motor dan diberangkatkan ke masyarakat yang membutuhkan pertolongan.
Jika sebelumnya masyarakat harus menunggu kendaraan umum yang beroperasi hanya seminggu sekali ke desa-desa untuk bisa dibawa ke kecamatan, kini hal itu bisa teratasi. Bidan dan petugas kesehatan lain dapat dengan cepat jemput bola ke masyarakat yang sedang sakit.
Laki-laki yang akrab disapa Mans ini bertemu dengan Simon Milward, seorang penggemar sepeda motor berkebangsaan Inggris. Dari dialah Mans terhubung dengan Riders for Health Inggris yang berujung munculnya bantuan berupa 11 unit motor trail.
Seperti yang sudah disampaikan di awal, Mans tidak bekerja sendiri. Bersama rekan-rekannya, dia menginisiasi berdirinya YKS (Yayasan Kesehatan untuk Semua) agar program yang digagas ini tertata dengan baik. Terbukti, selain untuk membantu para tenaga kesehatan, mereka juga membuat bengkel untuk merawat motor-motor tersebut.
Setiap menempuh perjalanan 2000 km, motor harus masuk bengkel dan mendapatkan perawatan. Hal ini penting agar motor ambulans dapat dipakai terus-menerus dan tidak mengalami masalah di tengah perjalanan. Bengkel yang ada pun melayani untuk umum sehingga ada pemasukan lain untuk program yang dijalankan.
Lebih Banyak Ibu yang Selamat!
Keberadaan motor ambulans disambut gembira oleh masyarakat. Tenaga Kesehatan kini bisa datang menghampiri ibu hamil, ibu melahirkan, ataupun masyarakat yang butuh bantuan medis. Efeknya pun tak main-main : Angka Kematian Ibu menurun drastis.
Jika sebelumnya, dalam 1 tahun AKI mencapai 20 orang (bayangkan 20 ibu melahirkan wafat dalam setahun, kesedihannya sebesar apa). Pada tahun 2012 angka itu turun menjadi hanya 1 kasus saja, pada wilayah yang mendapatkan intervensi dari YKS.
Pada tahun-tahun berikutnya, kasus kematian yang menimpa ibu dan anak terus menerus turun bahkan pernah mencapai 0 kasus di dilayah yang mendapatkan pendampingan dari YKS. Sebuah pencapaian luar biasa yang didapat melalui program Ambulans Motor.
Sepeda motor yang digunakan oleh para tenaga medis ini pun sama sekali tidak dipungut biaya. Bahkan, para petugas kesehatan mendapatkan pelatihan untuk mengendarainya dengan baik. Bagaimanapun kondisi jalan yang ada di Larantuka masih belum baik dan sering menyulitkan. Butuh keterampilan untuk mampu melaluinya.
Kini, 20 tahun setelah program itu dimulai, motor-motor yang telah berjasa membawa dan menyelamatkan banyak nyawa itu dilelang dan dibelikan motor baru lagi. Honda CRF dipilih menjadi armada yang menyokong kelanjutan program tersebut.
YKS saat ini fokus membantu pelayanan kesehatan bagi 5 kecamatan terpencil yang ada di Larantuka yaitu Lewolema, Solor Barat, Tanjung Bunga, Woltan Ulumado, dan Adonara Tengah. Setiap kecamatan masing-masing diberi 3 unit sepeda motor yang bisa digunakan tenaga kesehatan untuk menjangkau pasien di daerah yang sulit diakses dengan kendaraan.
Impian dan Harapan Mansetus
Bagi seorang ibu seperti saya, seseorang seperti Mansetus adalah lilin yang menyala terang di tengah kegelapan. Dia seorang laki-laki, tidak memiliki latar belakang pendidikan kesehatan pula, namun kepeduliannya terhadap para ibu dan juga sesama begitu menginspirasi.
Jiwa kemanusiaannya terhadap nyawa orang lain begitu besar sehingga tak heran kalau Mansetus diganjar apresiasi oleh Satu Indonesia Award pada tahun 2010 yang lalu. Sebuah program penghargaan dari PT Astra International Tbk bagi orang-orang yang peduli dan memberi manfaat kepada masyarakat.
Mansetus sangat pantas mendapatkannya.
Gebrakan yang dibuat oleh lelaki kelahiran 5 Januari 1976di Lewoleba, Kabupaten D Lembata ini tak berhenti sampai mendapatkan penghargaan. Pada tahun 2019, langkah YKS untuk mendapat armada baru terwujud berkat bantuan dana dari kedutaan Jepang.
Tak hanya mampu membeli 15 unit sepeda motor, bahkan ada 3 unit mobil ambulans yang kini bisa digunakan oleh tenaga kesehatan ataupun masyarakat.
Sebelum lanjut, coba perhatikan peta Larantuka di bawah ini.
Jarak antara Larantuka dengan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur, yakni Kupang adalah sekitar 23 jam perjalanan. Orang harus melintasi pulau lain dan juga lautan untuk mencapainya.
Masalah jarak, kondisi geografis, dan keterbatasan sarana transportasi jelas membuat masyarakat menjadi sangat sulit mendapatkan akses kesehatan terbaik. Maka dari itu, Mansetus kembali memiliki ide : membuat Ambulans Laut agar masalah transportasi antar pulau di Larantuka dapat teratasi.
Impian besar yang mampu menyelamatkan lebih banyak nyawa itu lagi-lagi kembali terwujud! Kali ini dengan bantuan Kedutaan Besar Jepang. Sebuah speedboat yang sudah direnovasi sedemikian rupa tiba di Larantuka pada bulan Agustus tahun 2021 yang lalu.
Ambulans Laut yang menjadi harapan banyak orang ini memiliki peralatan kesehatan seperti alat rekam jantung, tempat tidur pasien, bangku bagi petugas medis, dan kelengkapan lainnya yang mendukung kondisi gawat darurat.
Ibu-ibu yang sedang melahirkan, anak yang membutuhkan pertolongan, serta kasus-kasus lain yang butuh mendapatkan perawatan lebih di Rumah Sakit lain bisa terangkut. Harapannya, kasus kematian bisa berkurang atau bahkan tidak ada lagi.
Semakin bertambahnya pencapaian yang berhasil diraih oleh YKS tidak membuat Mansetus merasa puas. Menurutnya, armada yang ada saat ini sesungguhnya masih kurang apabila dibandingkan dengan jumlah masyarakat yang membutuhkan pelayanan.
Jadi, dirinya berharap program Ambulans Motor, Ambulans Mobil, dan Ambulans Laut dapat terus menambah armada. Selain itu, semakin banyak tenaga kesehatan yang ingin mengabdi di Larantuka.
Cita-citanya, jangan sampai ada lagi kasus kematian ibu dan anak yang terjadi akibat terlambat dalam mendapat penanganan medis. Bagi Mans, Tidak ada satupun di dunia ini yang sebanding dengan nyawa seorang ibu dan anak.
Terima kasih Mansetus, telah menyalakan harapan untuk kehidupan dan kesehatan yang lebih baik bagi Larantuka. Semoga apa yang dilakukan Mansetus dapat terus menginspirasi pemuda-pemudi lain untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah dan meembawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Referensi :
https://otomotif.kompas.com/read/2020/12/22/104200715/trail-ambulans-di-larantuka-sang-penolong-ibu-hamilhttps://timorline.com/2020/11/29/pertama-di-ntt-yks-hadirkan-ambulans-laut-untuk-masyarakat-flotim/