Sejak ikut sebuah grup Facebook yang judulnya Backpacker International karena waktu itu nyari info tentang umroh, aku jadi sering baca tulisan tentang lika-liku bikin Visa. Kalau aku simpulkan, proses pembuatan Visa yang paling bikin deg-degan itu Visa US dan Visa Schengen.
Baca Juga: Cerita Umroh Semi Backpacker
Nah, atas kasih sayang Allah, ternyata aku dan Cucup berkesempatan ngerasain bikin Visa US. Bener-bener enggak nyangka sih, hahaha.
Anyway, aku harus jujur kalau kontribusi-ku dalam pengurusan A-Z masalah Visa ini gak begitu banyak. Kalau kalian penasaran, jawabannya adalah karena suamiku yang super duper perfeksionis. Dia orang yang menginginkan segala hal yang penting menurutnya, memiliki hasil sempurna.
Nah, berhubung masalah Visa ini penting banget buat dia, jadilah dia lebih memilih untuk mengerjakannya sendiri. Terutama di bagian pengisian formulir DS-160 yang pertanyaan dan dokumen wajib untuk diunggah banyak banget. Cucup gak percaya sama aku di bagian ini karena menurut dia aku tuh orangnya ceroboh, wkwkwk.
Tapi tenang, aku justru senang banget gak diikutsertakan dalam aktivitas itu. Aku udah cukup mumet ngerjain hal lain dan kayaknya bakal draining sih kalau harus kerja bareng dia. Lha wong dia aja nyebelin kok waktu minta aku untuk nyiapin dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Untung aja aku cinta, hahah.
Dokumen Apa Saja yang Dibutuhkan?
Sebelum apply, kayaknya semua orang harus isi form DS-160 untuk dapetin Visa US non imigran. Sebagian besar dokumen penting punyaku dan anak-anak macam KK, akta kelahiran, dll untungnya udah di scan sama Cucup dan disimpen sama dia. Tapi ternyata, aku masih dimintain Ijazah SMP dan SMA. Kaget juga eui karena sampai sejauh itu.
Jadi kalau dijembrengin, kalian harus menyiapkan:
- Kartu Keluarga
- Akta Kelahiran
- KTP
- Papor
- Informasi status pernikahan (buku nikah) dan anggota keluarga
- Ijazah SMP, SMA, dan Kuliah
- Data pengabdian militer (kalau ada, opsional ini mah)
- Foto dalam bentuk digital dengan format 2×2 inci (5×5 cm), atau 600 hingga 1200 piksel.
Bikin Visa US Gak Boleh Foto Asak-Asalan
Selain formulir, kita juga harus menyertakan foto. Daann fotonya gak bisa asal teman-teman. Mereka punya aturan yang strict terkait ini. Daan, Masya Allah aku harus mengalami momen ke-per-fek-sio-nis-an. suamiku di sini. *Tertawa karir*
Sebetulnya, di deket rumahku ada studio foto baru yang punya fasilitas lumayan lengkap. Aku bilang ke dia kalau sebaiknya kami foto di sana aja. Namanya difoto sama yang profesional kan hasilnya sekalian bagus. Tapi doski menolak dan lebih memilih foto sendiri di rumah pakai latar belakang dinding warna putih.
Oke lanjut, udah jadi rahasia umum kalau syarat foto visa itu gak boleh berbayang. Sedangkan di rumah, aku yakin banget kalau cuma foto dengan alat ala kadarnya PASTI BERBAYANG. Cuma ya itu, aku gak mau ngomong masalah ini karena dia pasti udah denial duluan. Terbukti, dia keukeuuuhhh banget kalau foto di rumah tuh cukup, bisa berhasil.
Oke baik.
Yaudah, demi memenuhi rasa penasaran suami, akhirnya kami mencoba foto di rumah. Dia pakai jas gitu biar resmi sedangkan aku gak pake apa-apa. Eh bukan gak pake baju, maksudnya tuh pake daster rumahan yang santai wae.
Adegan foto-foto kamu lakukan sore hari karena cahaya dari luar cukup melimpah. Suami semangat banget ngarahin. Setelah satu dan dua kali take, mulai dah tuh komentar muncul.
“Duh, ini kamu ngarahinnya kurang ke kanan.”
“Berbayang nih di bagian telinga.”
“Bahuku kok gak simetris sih.”
“Kayak jengjek (gak seimbang) tauu.”
Setelah satu jam kami take foto, tetap gak ada satu pun foto yang menurut dia cukup bagus. Aku yang udah capek duluan langsung nyerah. Beneran, kerja sama orang perfeksionis tuh melelahkan sekali karena semua hal yang dilakukan kayaknya gak pernah sesuai dengan standar sempurna dia.
“Udahlah, kita pergi aja ke Frenpix dan foto di sana.” kataku sambil rebahan.
Denger celetukanku, suami diem aja gak kasih respon apa-apa. Tapi besokannya tak urung juga dia ngajak aku pergi ke studio foto dekat rumah. Kebetulan studio ini memang baru, tapi dari tampilannya sih menurutku cukup meyakinkan.
Benar aja dong. Ketika masuk, kami langsung disambut pasutri yang mengelola usaha tersebut. Aku bilang aja kalau suami butuh foto buat visa. Eh mereka balik nanya, “Visa negara mana?”
Naahh, berarti mereka beneran kan udah tahu. Soalnya foto visa tiap negara itu berbeda-beda. Aku langsung ngelirik ke arah suami dan ngasih dia pandangan “Aku bilang juga apaaaaaa.”
Gak beberapa lama kami diminta untuk naik ke atas. Di sana mas-mas fotografer langsung menyiapkan background dan kamera. Suami disuruh berdiri dan diarahkan. Yaa emang inilah bedanya fotografer beneran dan fotografer abal-abal dadakan. Mereka jelas lebih tahu gimana cara mengarahkan customer biar hasil fotonya sesuai.
Klik.Klik.Klik. Gak nyampe semenit, mas fotografer ngasih lihat hasil fotonya ke suami. Aku perhatiin tuh, bakal kayak apa respon dia. Alhamdulillah suami ngasih jempol yang tandanya dia approved. Aku langsung menghela nafas lega.
Studio foto ini tuh udah modern banget. Tersedia meja dan komputer yang bisa ngecek hasil foto sebelumnya. Kita tinggil milih mana yang mau dicetak. Bayarnya juga gak mahal kok, cuma 50 ribu aja. Pulang dari sana aku tentu saja ngomel-ngomel sama suamiku, “Coba kamu manut sama aku dari kemarin, kita gak buang-buang waktu dan tenaga untuk ngurusin foto doang.”
Tips Foto Untuk Visa US Khusus Berjilbab
Sepupuku pernah bilang kalau foto visa dia yang paling jelek adalah foto untuk Visa US. Awalnya aku pikir dia melebih-lebihkan, tapi setelah ngalamin sendiri aku pun sepakat sama dia. Aku ngerasa fotoku jelek.
Buat laki-laki atau perempuan yang gak berjilbab, pastikan rambut kalian diatur ke arah belakang. Telinga, alis anak rambut sebaiknya kelihatan. Dilarang pakai topi, bando, dan pernak-pernik lain.
Terus untuk yang berjilbab, baiknya saat foto cari jilbab kaos gitu yang bahannya nempel. Sebenernya pakai jilbab biasa juga oke, aku juga pakai itu tapi suamiku gak puas, wkwkk. Ngeselin betul. Dia baru setuju setelah aku ganti pakai jilbab kaos punya mbak-mbak pemilik studio foto.
Yes, kalian gak salah baca. Aku sampe pake jilbab yang punya studio, hahah. Beliau emang baik banget sih, tapi daripada lihat ada pasutri ribut di tempat kerja dia kaaan.
Beres foto kami pun bayar. Berhubung suami udah punya stok foto , dia gak perlu bikin lagi. Aku dan tiga anak kena bayar 200 ribu yang menurutku masih sangat affordable. Kenapa aku bilang gitu, karena kalau foto di studio lain, harganya bisa lebih mahal. Suami cerita temennya yang di Jakarta bahkan harus bayar 250 ribu per orang.
Kesimpulan
Jadi, apa yang bisa diambil dari tulisan kali ini?
Pertama, ketika kalian harus bekerja dengan orang yang perfeksionis, mohon siapkan stok sabar yang banyak. Sebaliknya, untuk kalian yang perfeksionis dan harus kerja dengan orang yang punya kepribadian sanguin (nyantai) kayak aku, please sabar dan sesekali mbok coba terima masukan. Insya Allah denger pendapat pihak lain tuh gak berdosa kok, hihihi.
Kedua, tips foto visa us untuk yang berjilbab:
- Gunakan jilbab yang nempel ke kulit kayak jilbab bahan kaos.
- Gak usah pakai riasan terlalu tebal
- Tarik jilbab sampai ke garis batas anak rambut di bagian dahi
- Sabar dan tetap tawakal meski hasil fotonya jauh dari kata ciamik
Anyway, meski banyak drama pada akhirnya kami sukses alhamdulillah untuk apply Visa US. Aku bahkan menulis cerita ini di US. Insya Allah mau rutin nulis lagi nih, karena drama keluargaku tentu saja jauh dari selesai. Ahahahaha.
3 Komentar. Leave new
halo ini backlink
KingKoi88 anjing kau
KingBangsat88 Ku Gas Kau Babi