
Cie ikutan Kemenkeu Mengajar
– Madam A –
Salah satu hal menyebalkan ketika suami ada di rumah adalah kebiasaannya untuk selalu fokus pada hape dan glundang-glundung di atas kasur. Meanwhile istrinya di sini jungkir-balik ngajarin anak-anak, beberes rumah, dan tentu saja menyelamatkan dunia. Makannya, meski cringe banget, aku merasa bahwa cerita sukses mendorong suami lebih aktif ini layak untuk ditulis di blog, wkwkwk.
Aku sadar, membanding-bandingkan siapa yang lebih capek dan berjasa di rumah antara istri dan suami itu enggak bener. Cucup tiap hari harus struggle sama kerjaan dia di kantor, berangkat dan pulang desek-desekkan di KRL, pulang malam, subuh udah harus bangun lagi. Wajar sih kalau di akhir pekan dia kepengen gogoleran dan tidur sepuasnya.
Cuman ya seberapapun aku mencoba untuk ikhlas dengan hal tersebut, nyatanya aku tetap enggak bisa ikhlas. Apalagi kalau selama hari kerja aku dan anak-anak udah ditinggal-tinggal. Tetep harus ada momen sekali saat weekend untuk kami keluar atau beraktivitas bareng-bareng. Semisal itu enggak terwujud, dan dia memilih untuk tidur all day long, endingnya aku pasti marah.
Terus kalau aku marah, suasana di rumah enggak bakal enak. Terutama buat anak-anak, karena mereka akan kena semprot aku yang emosi. Iya, ini salah satu kelemahan yang masih berusaha untuk diperbaiki, enggak menyalurkan kemarahan ke anak-anak ketika hubungan lagi amburadul sama suami.
Deep Talk Tentang Visi & Misi
Selama sepuluh tahun lebih menikah, aku itu sering banget ngajak ngobrol Cucup tentang visi dan misi. Sejak cuma berdua, ada si abang, lahir teteh, dan muncul si dedek. Tapi yang bikin gregetan adalah, dia cuman ho’oh ho’oh dan menjawabnya secara umum aja. Kayak, “Visi dan Misimu buat keluarga kita apa Ay?”
“Bermanfaat, dan masuk surga.”
Kalau kalian kira aku bohong, aku berani sumpah Cucup jawabnya gitu doang. Beneran gitu doang gaes. Gimana aku enggak mengerang sebel coba? Emang yang namanya cobaan hidup itu macem-macem, kayak punya suami yang visi dan misinya kurang spesifik, kurang tertata, dan kurang jelas ini.
Apalagi ketika aku ajak ngobrol lebih jauh, dia kayak males gitu loh nanggepinnya. Aku makin sedih karena apa yang aku anggap penting, menurut dia itu enggak penting-penting amat.
Alhamdulillahnya, aku seorang istri yang baik karena enggak lelah untuk ngajakin ngobrol Cucup tentang hal ini. Daann, akhirnya aku tahu kenapa sih dia selalu merasa risih sama obrolan dewasa #tsaah macam begini. Jawabannya adalah : karena males.
Iya, males.
Wkwkwkwk, ngeselin.
Tapi aku cinta’e. Aku tuh cinta sama Cucup. Cinta banget sampai rasanya enggak sanggup membiarkan dia, kami, stuck, atau bahkan, terpuruk. No. Aku pengen kami menjadi sosok yang lebih baik, bermanfaat, dan masuk surga bersama-sama, seperti yang berulang kali dia katakan.
I told him that we need to do it right.
Pertanyaannya, how?
Pertama adalah, dengan menyingkirkan kemalasannya terlebih dahulu. Dan ini merupakan PR berat sih. Menghilangkan sesuatu yang udah jadi habbit itu ya ampun, syuliiittt. Tapi alhamdulillah, Cucup mau melakukannya setelah aku bilang,
“Kamu mau po waktu yang dikasih Allah ke kamu terbuang sia-sia. Tau-tau anak-anak makin besar, tau-tau kamu udah tua, dan akhirnya menyesal karena enggak melakukan apa-apa ketika masih ada kesempatan.”
Aku rasa, dia jadi mikir selepas deeptalk kami waktu itu.
“Aku harus gimana?” tanya dia
“Rapihin aja dulu sholat kamu. Lima waktu, tepat waktu, dan ke masjid. Salah satu kenapa kita milih beli rumah di sini kan karena ada mushola-nya. Sayang banget kalau enggak ke masjid kan?”
Begitulah teman-teman, Cucup berusaha mengurangi kemalasannya sedikit demi sedikit dimulai dengan memperbaiki sholatnya terlebih dulu.
Mendaftar Kemenkeu Mengajar
“Aku mau ikutan ini ya.” begitu tulis Cucup di WA suatu siang sambil disertai flyer pendaftaran Kemenkeu Mengajar.
Widiihh, ternyata enggak butuh waktu lama doski untuk menerima masukan dari aku supaya lebih aktif secara nyata. Dan aku seneng karena aktivitas yang dia pilih adalah mengajar, membagikan ilmu. Aku jelas mendukung rencana dia dong.
Long short story, setelah mendaftar dia jadi lumayan sibuk. Ikut rapat ini itu baik online maupun offline. Kenalan sama orang baru dari insansi lain. Punya aktivitas yang memaksa dia untuk tetap semangat meski saat weekend. Meetingnya sendiri diadain suka-suka sih, weekend dan weekday.
“Aku kebagian jadi perkap nih.”
“Aku besok harus rapat di Scientia Park ya.”
“Aku dapetnya ngajar di SMP 3 Pasar Kemis, jauh banget dari sini.”
“Eh, ice breaking yang kayak gini udah bagus belum ya, aku praktekin ke anak-anak dulu deh.”
“Aku butuh beli papan tulis kecil.”
“Besok aku harus berangkat habis sholat subuh gak papa ya, soalnya ikut upacara hari Senin dulu sebelum ngajar.”
Selama beberapa waktu, Cucup jadi jauuhh lebih sibuk lagi tapi entah kenapa aku seneng melihatnya. He is excited for something other than sleep. Capek memang, tapi ada bahagia-bahagianya gitu loh, hahaha.




Sepulang dia mengjar, aku tanya dong gimana perasaan dia. Bisa nebak gak jawabannya apa ?
“Hmm..” cuma gitu doang astagaaaa, ngakak enggak siihhh, wkwkwk.
Semoga Progress Ini Berlanjut!
Setelah Kemenkeu Mengajar terus apalagi?
Belum ada rencana lanjutan. Tapi setidaknya dia udah konsisten untuk sholat tepat waktu dan ke masjid. Itu dulu yang paling penting. Aku juga cukup yakin kalau kami terus bisa kerja sama saling mengingatkan kayak gini, insya Allah, Allah akan kasih jalan.
Minta doanya ya ges ya!