Halo selamat malam!
Sejujurnya saat ini saya agak kecewa karena niatan untuk bisa menulis di siang hari selalu gagal total. Sedih banget karena untuk melakukan hal itu masih sebatas cita-cita saja, ihiks. Harapanku, bersabarlaahh ~
Sepertinya akhir-akhir ini saya cukup sering menulis tentang betapa frustasinya saya karena rindu, karena kangen sama dia. Saya sebal karena sebulan terakhir dia jarang sekali bisa pulang dengan tepat waktu. Tak jarang ketika dia pulang, anak-anak sudah tertidur dan saya mengantuk. Jujur, setiap suami pulang rasanya pasti ingin langsung menyemburkan cerita tentang segala hal yang terjadi sejak pagi ditinggal pergi sampai malam dia pulang. Yaelahh, namanya juga perempuan, kan harus mengeluarkan dua puluh ribu kata dlam sehari, minimal. MINIMAL! Camkan itu wahai kau para lelaki ble’e.
Jujur, ketiadaan waktu untuk ngobrol asyik berdua dari hari ke hari membuat saya merasa hubungan kami mengalami kemunduran. Sehari enggak bisa cerita yawis, saya berusaha untuk sabar dan menelan kembali semua serbuan air bah kata-kata. Dua hari enggak bisa cerita, yawis sabar lagi, telen lagi. Tiga hari enggak bisa cerita, hati berasa penuh, pikiran udah aneh-aneh, bawaan pengen marah-marah. Empat hari enggak bisa cerita, menoba berdamai dengan keadaan. Lima hari enggak bisa cerita, luweh, enggak peduli, I don’t care anymore.
Parah banget kan?
Saya takut, takut banget merasa terbiasa dengan ketiadaan dia dalam kehidupan pernikahan kami. Saya takut mengabaikan perasaan saya sendiri. Saya takut kehilangan rasa membutuhkan sosok suami disamping saya.
Takut.
Saya memilih menjadi bunglon. Tentu saja ada waktu dimana saya ingin menjadi istri yang manja, yang dianterin kemana-mana, yang dibantu ngangkatin galon aqua, yang mau ditemenin pergi ke pasar supaya bisa bawain belanjaan, yang baru bisa tidur kalau dielus-elus seperti kucing haus belaian. Menjadi seorang istri yang 100% membutuhkan suaminya secara lahir dan batin.
Namun, sebagai istri pegawai saya sadar ada waktunya bagi saya untuk tampil bakoh, strong dan mandiri saat suami tidak bisa berada di sekitar. Mungkin keterampilan seperti memasang gas sendiri, menutup keran bocor, membunuh kecoak ataupun menyapu kalajengking yang tiba-tiba menampakan diri tanpa saya harus menjerit.
Hebat bangen kan gueh? wkwkwkwk
Tapi yaaa, namanya juga istri. Rumah dan anak mudah saja dihadapin, tapi kok ya mata ini susah banget untuk tidur tiap kali ditinggal dinas luar? Eta terangkanlah
4 Komentar. Leave new
Kirim surat ajah ke suami. Berlembar2 curhatan ditulis. Saya pernah nulis surat ke suami. Responnya dibales surat lagi ?
hihihi, suami saya orangnya begitulah. Akhirnya tadi dia pulang dan kami ngobrol banyak, aheeyyy!!
Wanita itu memang harus mandiri kok…:)
betul, kita memang harus mandiri, kudu setrong, kudu bakoohh!