Siapa disini yang jaman SD dulu punya diari? Sini ayo ngacung temenin saya, ehehehe.
Tiap kali jalan-jalan ke toko alat tulis saya suka sekali mampir ke rak buku diari yang motifnya unyu-unyu menggemaskan. Selalu bikin saya keingetan masa-masa menulis dengan pensil, pulpen maupun pulpen warna-warni. Saat itu segala macam hal saya tulis, mulai dari kejadian sehari-hari, lirik lagu dan kepanjangan dari nama panggilan per hurufnya (misal AJENG, A:Anak cantik). Saat itu saya juga rajin tukar-menukar diari dengan teman sekelas. Pokoknya seru sekali!
Saya lupa kapan tepatnya, pokoknya ketika saya sudah bisa membaca orang tua membuat usaha taman bacaan di rumah. Ruang tamu kami dikosongkan, lemar-lmari serta rak dipesan, buku-buku berdatangan lengkap beserta sampul plastiknya. Saya bahagiaaaa sekali, it was a very beautiful memory. Coba bayangkan, saya bebas membaca komik doraemon, 21 emon, Ninja Hatori, Dragon Ball, Candy-Candy, Topeng Kaca, Detektif Conan, Lagenda Naga, Paman Gober, Monika, Gosebumps, Harry Potter bahkan sampai Seri Tokoh Dunia dan Kisah 25 Nabi&Rasul dengan cuma-cuma. Saya tumbuh menjadi anak kecil yang gila komik, sampai-sampai saat makan pun sambil baca komik.
Saya merasakan betul manfaat dari kesenangan membaca itu, saat kecil imajinasi saya sudah berkembang sangat luas. Saya bahkan sempat menjadi wakil dari sekolah untuk mengikuti lomba bahasa indonesia, karena nilai saya untuk mata pelajaran itu cukup bagus. Saat SMA menjadi wakil sekolah menghadiri peringatan hari sastra dan bertemu dengan Taufik Ismail yang puisi-puisinya luar biasa. Saat SMP saya membuat cerpen yang ditulis tangan dan ditulisnya di buku, menulis sampai pegal habis itu diedarkan sambil meminta teman-teman berkomentar. Dulu enggak pernah kepikiran apapun, enggak ada beban untuk menulis. Terutama ketika mendengar teman-teman yang bilang kalau mereka terhibur dengan cerita yang saya buat, itu makin bikin saya semangat. Yang penting nulis, pokoknya nulis.
Lalu karena kesibukan ujian dan kemajuan teknologi membuat saya menjadi malas untuk menulis. Lebih suka pegang hape dan smsan sama gebetan walaupun untuk hobi membaca masih saya pertahankan.
Saya suka berbagi pengalaman. Lagi-lagi saya enggak ingat, yang pasti saya pernah membuat postingan cukup panjang di Facebook dan mendapat respon yang cukup baik. Mereka bilang tulisan saya informatif, insipiratif dan very helpful. Padahal tulisan-tulisan yang saya posting adalah tulisan curhatan atau pelampiasan karena lelah, kesal dan merana saking enggak punya tempat sampah untuk meluapkan. Ada perasaan lega ketika semua rasa itu tertuang dalam kata-kata. Rasa sakit, sedih, kecewa, bahagia, gundah pokoknya semua emosi itu tersalurkan tanpa pernah saya ketahui. Akhirnya saya menyadari kalau…kalau…
Menulis itu menyembuhkan jiwa…
Bahkan saat saya belum mengenal blog ataupun segala macam medsos. Menulis adalah sebuah media penyampaian perasaan yang manfaatnya luar biasa.
Hanya saja bagi seseorang seperti saya, menuli itu sangat tergantung pada mood, dan sesungguhnya itu enggak baik, saya tahu. Saya membuat blog entah sejak puluhan purnama yang lalu, saya lupa. Dalam proses pembuatannya saya sering berkomitmen pada diri sendiri untuk rajin menulis. Namun harapan tinggal harapan, kesibukan di dunia nyata dan maya untuk bermain medsos justru yang paling sering mendapat perhatian. Sampai akhirnya nawaitu untuk menulis tinggal angan-angan dan blog menjadi karatan.
Lalu saya bertemu dengan komunitas ODOP a.k.a One Day One Post. Sebuah komunitas yang didirikan dengan tujuan amat mulia : membuat anggotanya konsisten menulis. Aaah, sungguh sulit sekali pada awalnya mengikuti ritme yang ditentukan oleh ODOP karena selain menulis kita diwajibkan untuk BW (Blog Walking). Saya harus pintar-pintar mengatur waktu, menyediakan momen sendiri, fokus untuk menulis, lepas dari gangguan tiga krucils dan suami, hahaha kejem amat yak.
Tapi masya Allah, dari program pelatihan ini makin lama saya makin terbiasa. Gara-gara kewajiban untuk menulis setiap hari saya menjadi ;
- Lebih peka memandang segala hal yang terjadi di sekitar. Karena hampir semua hal bisa menjadi ide untuk menulis.
- Lebih berilmu walaupun sak uprit karena ODOP menyediakan kelas-kelas yang diisi oleh orang-orang hebat yang leelnya sudah profesinal.
- Lebih semangat untuk menuli karena saat BW sering merasa iri, mereka aja bisa menulis dengan sangat bagus, aku juga harus berjuang untuk bisa dong!
- Lebih kepenak karena sambil nulis bisa curhat colongan, wkwkwk
Yang pasti, karena ODOP hubungan saya dengan adik perempuan jadi membaik. Eh, kok bisa? Iya, ceritanya waktu itu adik saya ulang tahun. Saya hanya membuat sebuah tulisan untuk dijadikan kado. Jebul, dia sangat terharu dengan tulisan saya, dan entah kenapa ketegangan di antara kami mencair dan komunikasi kami jauh lebih lancar. Temen-temen yang penasaran bisa cek tulisan itu di sini
Karena ODOP juga saya mampu membuat sebuah tulisan curhat yang dalam sehari bisa menembus sampai 1000 viewers, amat sangat uwow bagi saya yang seorang amatir ini. Penasaran lagi? Bisa cek tulisannya di when love hurt your hearts
Dari tulisan yang itu, banyak orang menghubungi saya untuk mengucapkan terima kasih. Terima kasih untuk sudah menuliskan hal-hal yang mereka rasakan, membuat mereka memahami dan lebih mengenal diri sendiri. Tak lupa mereka memaksa saya untuk terus sehat supaya bisa terus berbagi cerita, eciye. hahahaha
Alhamdulilah, saya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk mereka semua yang menjadikan ODOP ini ada. Kalian keren banget gaes!!
Terakhir, alasan kecintaan saya menulis tak lain tak bukan adalah salah satu quote dari penulis favorit say
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. (Mama, 84)” ― Pramoedya Ananta Toer, Child of All Nations
#blog #blogger #menulis #tantangan #odop #onedayonepost
7 Komentar. Leave new
Saya terharu baca tulisan ini. Terima kasih ?
Masya allah, terima kasih sudah berkenan membaca dan meninggalkan jejak kanga sae ?
Jadi keingat masa dulu. Emang si aku gk punya diary tp semasa kecil aku termasuk anak yg suka. Membaca dan menulis. Aku suka menulis verpen fiktif untuk menyampaikan sesuatu… Malah jd curhat hehehehe
Nah itu dia, jaman dulu berasa enggak ada beban untuk menulis. Sekarang2 kok jadi mikir buanyak banget, ahahahaha
i remember suka nulis itu hahaha
Eh, nulis yang mana? Di diari?
Selalu suka dengan tulisan mbak ajeng ??