Yuan sakit.
Dia bilang dadanya sakit
Dia bilang nafasnya susah
Dia bilang tenggorokannya perih
Sudah beberapa kali saya memberi terapi uap dengan ventolin, sesaknya masih belum release.
Khawatir dengan kondisinya yang semakin memburuk, saya buru-buru mandi dan bersiap-siap. Kesal banget karena si ayah masih menganggap sakitnya Yuan biasa saja. Padahal kondisinya sudah menyedihkan.
Akhirnya saya nekat membawa Yuan ke rumah sakit sendirian, luna dan aylan ditinggal bersama ayahnya. Begitu sampai, saya mengurus pendaftaran dan masuk ke IGD.
IGD RS Aminah tampak sepi ketika saya masuk dan langsung disambut oleh seorang dokter dan dua orang perawat.
“Serangan Asma” kata saya
Segeralah Yuan ditidurkan di sebuah kasur pasien, diberi oksigen dan diukur saturasinya. Dokter memeriksa Yuan dengan stetoskopnya, muncul kernyitab di dahinya.
“Ibu, ini putra ibu serangan asmanya berat. Dia harus masuk NICU, sayang sekali rumah sakit ini tidak memiliki fasilitas tersebut” terang bu dokter.
Saya kaget
“Anak saya kenapa?” Tanya saya, masuh shock dengan penjelasan dokter.
“Coba lihat ini” dokter menunjukan alat saturasi yang menjepit jempol tangan yuan. “Saturasinya rendah sekali, putra ibu harus segera dibawa ke rumah sakit yang fasilitasnya lebih lengkap.
Saya masih terdiam, tertegun layaknya orang bodoh.
“Ibu ayo, ini putranya harus segera dirawat!” Seru bu dokter.
Saya tersentak, buru-buru mengambil hape dan mencari go-car
“Jangan pakai mobil bu, rawan macetm motor saja” tambah beliau
Saya mengangguk.
Ya Allah, ada apa dengan putraku?