Seorang gadis sedang fokus membaca sebuah artikel di laptopnya. Artikel itu membahas seluk-beluk tentang tuna rungu, mulai dari penyebab sampai cara berkomunikasi dengan mereka. Tangannya menggenggam sebuah pulpen dan notes kecil. Setiap kali ada hal yang menurutnya menarik dan penting pasti akan langsung dicatat olehnya. Rania tak pernah menyangka mempelajari hal-hal tentang Anak Berkebutuhan Khusus alias ABK ternyata sangat menyenangkan. Gadis itu sudah hampir dua jam menghadap laptop dan sampai saat ini belum merasa lelah. Namun, fokusnya sedikit terganggu ketika ada suara ketukan di pintu kamarnya.
Rania menunggu dan tersenyum melihat Bunda membuka pintu dan masuk sambil membawa baki di satu tangan.
“Anak mama sedang apa? Kok sepertinya sedang sibuk sekali? Besok ada ujian-kah nak?” Tanya Bunda sambil meletakkan baki itu di nakas. Rania melirik ke arah roti bakar isi coklat-keju dan juga jus jeruk yang merupakan camilan favoritnya.
“Bunda kok tahu banget kalau Nia laper? Bunda hebat ih!” Celetuk Rania senang, dengan cepat dia mengambil roti bakar yang masih hangat itu lalu mengunyahnya pelan. Gadis itu sudah menyingkirkan laptop beserta catatannya ke samping lalu mengubah posisi duduknya, mendekat ke arah Bunda.
“Bunda?” Panggil Rania pelan, wajahnya tampak berpikir.
“Iya sayang?” Bunda mengelus rambut panjang Rania. Bagian tubuh yang sangat disukai oleh anak gadis semata wayangnya.
“Nia…” Rania menggigit bibirnya, pikirannya berkecamuk, bingung apakah harus jujur atau tidak kepada bundanya. Selama ini bunda adalah sahabatnya, Rania selalu menceritakan hampir segala hal kecuali… Kecuali tentang sebuah rasa yang baru akhir-akhir ini muncul. Sebuah rasa yang dipicu oleh kehadiran lelaki tuna rungu dengan pandangan mata teduh.
“Nia?” Bunda memiringkan kepala, pandangannya tampak bertanya.
Rania mengatur nafasnya. Setelah menghitung satu sampai tiga akhirnya dia memutuskan untuk berkata jujur. “Nia jatuh cinta bunda”
Rania mengamati bagaimana Bunda hanya bisa terdiam mendengar jawabannya. Rania hampir terkikik, merasa lucu dengan keadaan ini. Keadaan langka karena selama hidup baru kali Bunda terlihat seperti orang bingung yang kehabisan kata-kata.
“Bunda? Bunda? Haloo, Bunda, Nia ada disini, haloooo!” Rania menggerak-gerakkan tangan di depan wajah Bundanya.
“Eh, i..iya” Kata Bunda tergagap. Wanita paruh baya itu mengehela nafas lalu mengambil tempat di sebelah putrinya untuk duduk.
“Maafkan bunda, bunda kaget mendengar pengakuan Nia”
Rania terkekeh “Bunda ih sebegitu kagetnya denger Nia jatuh cinta”
Bunda mengelus rambut Rania lembut ” Iya, bunda kaget banget sayang, KAGET SEKALI. Nah, apa Bunda boleh tahu siapa lelaki yang bikin kamu jatuh ini?”
“Bunda enggak marah Rania jatuh Cinta?”
Bunda menggeleng “Kenapa Bunda harus marah? Jatuh cinta adalah hal yang lumrah, Bunda menikah dengan ayah kamu juga kan karena cinta” kata Bunda terdengar jahil.
Rania tersipu, dia tahu sekali bahkan di usianya yang sudah remaja, yah dan Ibunya masih sangat omantis dan terlihat saling mencintai.
“Orang ini unik Bunda. Dia..dia orang yang enggak biasa”
“Enggak biasa, maksud kamu gimana?”
Rania merasa khawatir kalau Bundanya tidak akan menerima dengan siapa dia jatuh cinta , “Nia ingin Bunda janji terlebih dulu. Nia pengen Bunda janji tidak menghina ataupun merendahkan orang ini. Apakah bunda mau berjanji?”
Bunda mengangguk, mengangsurkan jari kelingkingnya “Bunda janji”
Setelah yakin dengan ucapan bundanya Rania menghembuskan nafas lega ” Orang ini enggak bisa mendengar Bunda. Dia anak sekolah sebelah, Itu loh SMA SLB. Namanya Aufar”
Lalu kisah itu mengalir begitu saja dari mulut Rania. Rania menceritakan bagaimana Aufar yang begitu baik membantunya berdiri saat jatuh di saat orang-orang lain hanya diam saja dan mengejeknya. Aufar yang kata abang fotokopi anak yang ramah dan sopan serta rajin. Aufar yang memiliki pandangan mata paling meneduhkan jiwa. Aufar yang selalu cuek ketika dia mendekatinya. Aufar yang acuh tak acuh.
“Jadi itulah Bunda alasan kenapa Rania ingin sekali mempelajari semua hal tentang Tuna Rungu. Rania ingin bisa berkomunikasi dengan Aufar. Rania ingin berteman dengannya.” tutur gadis itu
“Bunda, Rania ingin kursus bahasa isyarat. Rania ingin ngobrol dengan Aufar dan itu salah satu cara yang paling memungkinkan. Boleh kan Bunda” Pinta Rania tiba-tiba
Bunda tertawa “Nak, bunda senang Nia mau berkata jujur. Masalah cinta, bukankah Ayah juga memiliki mata yang teduh?”
kali ini giliran Rania yang tertawa “Bunda! Ayah memang akan selalu menjadi cinta pertama Rania, tapi…Aufar…entah kenapa Rania merasa ingin lebih mengenal Aufar. Kalau Bunda khawatir nanti Rania jadi enggak fokus sekolah, Rania janji sekolah tetap jadi prioritas utama. Hanya, Rania ingin mempelajari ini Bunda. Rania menemukan sesuatu yang ingin sekali Rania lakukan. Boleh ya Bunda? Please-please-pleaseee!” Kali ini Rania mengatupkan kedua tangannya sambil memohon-mohon dan memasang puppy eyes.
Bunda tertawa lagi lalu mengacak rambut Rania “Nanti, bunda diskusikan dulu sama Ayah ya nak”
#onedayonepost #rania #aufar #tunarungu
2 Komentar. Leave new
Mbaaaakkk.. Menurut cerita Di episode 3 aufar bisa mendengar, dia hanya tuna wicara. Tapi kok di episode 4 rania bilang kalo aufar tuna rungu?
aahhh baru baca komennya. makasih masukannya mbak litaa