“Kenapa harus jatuh cinta sama lelaki yang enggak sempurna gitu sih?”
Rania terlonjak kaget, dia menoleh ke samping dan menemukan Sasya yang sedang memiringkan kepala, mengamatinya. Rania merasa agak malu karena terpergok sedang melamun tadi.
“Siapa?” Rania balas bertanya. Bayangan seorang lelaki dengan pandangan mata yang teduh serta senyum mempesona kembali muncul di kepalanya.
“Kamu dan siswa SLB itu loh, sok banget pura-pura enggak tahu! Sahut Sasya kesal
Rania terkekeh “Apaan sih Sya, kok malah kamu yang jadi bete gitu. Lagian buatku, enggak penting dia sempurna secara fisik atau enggak”
Sasya hanya mendengus menanggapi jawaban Rania.
“Sya” Rania memanggil sahabatnya dengan lembut. “Jangan panggil dia siswa SLB Sya, dia punya nama. Namanya Aufar”
***
Butuh beberapa hari bagi Rania untuk mengetahui nama lelaki yang menyaksikannya koprol saat jatuh dulu. Ah, Rania sering membayangkan seandainya dia bisa melakukan sihir obliviate seperti dalam kisah Harry Potter. Rania mendadak menjadi tenar di sekolah gara-gara kejadian memalukan itu. Teman-temannya dengan tidak tahu malu mengonfirmasi kejadian tersebut lalu tertawa terbahak-bahak, membuat Rania kesal setengah mati.
Hari itu adalah hari paling sial bagi Rania, selain terpaksa memakai baju sekolah karena kemeja putihnya kotor dan roknya robek, baju pinjaman dari sekolah ukurannya cukup mini. Rania terpaksa menahan diri menerima celetukan ataupun siulan teman-teman lelakinya karena penampilannya yang seperti model majalah porno. Untung saja Sasya berbaik hati meminjaminya jaket untuk menutupi tubuhnya yang terbalut ketat.
Sepulang sekolah Rania sengaja berlama-lama menunggu di depan gerbang, dia penasaran banget dengan lelaki yang membantunya berdiri tadi. Sayang sekali angin berhembus kencang, awan-awan mendung mulai muncul. Siang itu Rania terpaksa mundur, dia tidak ingin kehujanan. Bajunya sudah cukup ketat, apa jadinya kalau ditambah guyuran air hujan?
Saat Rania berjalan menjauhi gerbang dia tidak menyadari kalau ada seorang lelaki dengan pandangan mata yang teduh juga keluar dari gerbang sekolah yang berbeda sambil menyampirkan tas ke bahunya. Lelaki itu memandang ke depan dan mengernyit saat melihat sosok seorang gadis yang tampak tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakannya. Gadis dengan kunciran kuda itu menarik-narik roknya ke bawah, berusaha menutupi lebih banyak kakinya yang terlihat dengan sia-sia. Lelaki itu menyandarkan sebelah bahunya ke tembok dan melipat tangan di depan dada, lalu…tersenyum…