Alhamdulillah, time flies so fast karena baru nyadar kalau kok tiba-tiba udah hari sabtu lagi ya? Inilah nasib emak-emak, nggak bisa ngerjain tugas kalau support system alias mas bojo ada di rumah buat jagain anak-anak. Hiks.
Tanpa babibu yang lebih banyak lagi, langsung saja deh ya kita beranjak ke tugas minggu ke 5
NICE HOMEWORK #5
MATRIKULASI INSTITUT IBU PROFESIONAL BATCH #4
? BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR? (Learning How to Learn)
Setelah malam ini kita mempelajari tentang “Learning How to Learn” maka kali ini kita akan praktek membuat Design Pembelajaran ala kita.
Kami tidak akan memandu banyak, mulailah mempraktekkan “learning how to learn” dalam membuat NHW #5.
Munculkan rasa ingin tahu bunda semua tentang apa itu design pembelajaran.
Bukan hasil sempurna yg kami harapkan, melainkan “proses” anda dalam mengerjakan NHW #5 ini yg perlu anda share kan ke teman-teman yg lain.
Selamat Berpikir, dan selamat menemukan hal baru dari proses belajar anda di NHW #5 ini.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
Jawab :
Design pembelajaran ala saya sesungguhnya super simple, tidak rumit. Kadang kok jadi malu ngeliat temen-temen lain yang cara belajarnya sungguh luar biasa. Saya mah cuma remah-remah rempeyek.
Ketika mencoba mengenali diri sendiri, maka saya menemukan bahwa metode pembelajaran yang paling masuk buat saya adalah Learning by Doing.
Sejak SD sesungguhnya saya sangat menyukai pelajaran praktikum, entah itu menanam biji kacang hijau, membawa nasi untuk dites ada atau tidak kandungan karbohidratnya, menari, membuat prakarya dan masih banyak lagi.
Saya juga menemukan bahwa pemaparan di depan kelas secara normatif itu sangat tergantung oleh bagaimana cara si penyampai menyampaikan materi. Jika si penyampai terasa datar, maka saya akan mengantuk. Namun sebaliknya, penyampai yang unik , lucu dan komunikatif tentu mampu membuat saya merasa segar dan bersemangat menerima materi.
Hal lain yang membantu saya belajar adalah buku. Hobi membaca ini sungguh membantu langkah-langkah saya sampai saat ini. Buku-buku pelajaran yang ditulis secara menarik tentu akan lebih mudah diingat materinya bukan?
Nah, itu kira-kira bagaimana saya belajar cara belajar. Selanjutnya untuk anak-anak.
Yang saya temukan untuk Yuan metode pembelajarannya super simple bok : Learning while Playing.
dan siapakah yang pusat pembelaran anak? ORANG TUA
Saya menyadari bahwa dalam usianya yang 4,5 tahun ini dia masih mengalami masa-masa duplikasi. Meniru, hanya meniru tanpa merasa perlu memahami arti ini dan itu. Orang tua adalah role model, sehingga peranan saya dan suami sangatlah vital dalam proses pembelajaran anak.
Jujur, saya tidak begitu memaksakan pembelajaran tentang Calistung pada anak, kami berdua berkeyakinan bahwa anak kami akan mampu pada saatnya nanti. Tapi kami tetap berusaha mengajarkan membaca Iqro serta menanamkan pentingnya memiliki kemampuan untuk membaca Al-Quran.
Pintar itu tidak ada artinya kalau tidak tau Adab. Saya mencoba berpegang teguh pada prinsip ini, sehingga yang saya ajarkan pada anak adalah sopan santun terlebih dahulu. Cara berbicara misalnya, bagi saya sampai saat ini masih merupakan tantangan karena kadang dia terpengaruh dari luar. Kami berusaha sebaik mungkin menjadi contoh sempurna untuk masalah bertutur yang baik, sekali lagi. Orang tua adalah contoh, kami percaya selama dirumah dia tidak menemukan orang tuanya bermudah-mudah berkata kotor, maka kemungkinan dia meniru mengecil. Kami juga mengajarkan untuk menyapa dengan ramah orang-orang yang kami kenal di jalanan. Tidak sembarangan membongkar mainan di rumah orang lain atau masuk kamar temannya tanpa ijin.
Berdasarkan beberapa bacaan serta seminar parenting dan membaca langsung surat Luqman yang ada di dalam Alquran, saya menemukan bahwa setelah adab, yang sangat penting diajarkan pada anak adalah TAUHID. Keyakinan tentang Allah, bahwa Allah itu ada, nyata dan kita wajib beriman kepadaNya.
Metode pengajaran tauhid ini saya sampaikan dengan alat bantu buku-buku 25 nabi, siroh dan kadang via youtube. Bahkan sering sekali kami menyampaikan ketauhidan pada Yuan hanya dari kejadian sehari-hari saja. Misalnya, ketika dia pulang dari bermain sambil menangis, mengatakan kepada kami bahwa dia takut hantu. Di situlah kemudian ilmu tentang tauhid pelan-pelan kami masukan.
“Loh, kita itu manusia bang, enggaklah kalau takut sama hantu. Takut itu hanya kepada Allah”
“Bang, takut sama Allah bukan karena Allah itu jahat dan galak, takitlah kalau kita kehilangan kasih sayang Allah”
Kurang lebih, percakapan seperti itulah yang saya sampaikan.
Nah, adab sudah, tauhid sudah, selanjutnya untuk metode pengajaran ilmu pengetahuan.
Dari hasil seminar parenting yang saya datangi bersama ibu Safiti Sutrisno saya mengetahui bahwa Yuan kebanyakan mewarisi sifat-sifat saya. Hal ini tentu saja membuat saya berkesimpulan bahwa mengajari Yuan memang tidak bisa dengan metode normal begitu saja. Saya biasa membuat ilustrasi atau video atau mencari gambar-gambar secara langsung untuk memberikan penjelasan kepada dia.
Mungkin gambar saya yang acakadut dibawah ini contohya;
Suatu hari, Yuan pulang dengan membawa pertanyaan tentang meteor yang jatuh dan akan menghancurkan bumi. Saya akhirnya membaca sedikit dan menjelaskan kepada Yuan tentang apa itu meteor dengan bahasa yang semudah mungkin.
Saya mengambil crayon, membuat gambar Bumi, menjelaskan tentang Atmosfer yang membungkus dan melindungi bumi seperti bungkus permen. Kami berbincang seru sekali tentang benda-benda langit, seperti matahari, awan dan bulan. Saya menjelaskan bagaimana meteor bisa menghasilkan api karena gesekan dengan atmosfer dan efeknya bila jatuh ke bumi dengan crayon.
Alhamdulillah, dia memahami dan merasa senang dengan penjelasan saya.
Di akhi diskusi, lagi-lagi saya tidak lupa untuk memasukkan ilmu tauhid : Siapa pencipta ini semua kak?
dan akhirnya saya akan tersenyum mendengar jawabab dia yang bersemangat, hahaha.
kurang lebih, begitulah cara saya belajar dan mengajari anak saya 🙂