Pilih Jogja, Tulungagung atau Tangerang Selatan nih untuk tempat tinggal?
– Madam A –
Seperti pertanyaan madam di atas, kamu bakal pilih yang mana? Jawabannya barangkali tergantung situasi dan kondisi sih ya, enggak bisa disamaratain. Bagaimanapun, setiap kota memiliki daya tarik masing-masing, sepaket dengan kekurangannya.
Qadarullah, saya dikasih kesempatan untuk tinggal di tiga kota ini sehingga bisalah nyrocos dikit tentang plus-minusnya. Yuk, simak review abal-abal madam.
Jogja Berhati Nyaman(TAN)
Saya yakin bahwa kota dengan Gudeg sebagai makanan khasnya ini merupakan sebuah wilayah yang diimpikan begitu banyak orang untuk bisa ditinggali. Coba bayangkan, diapit oleh gunung merapi di utara dan pantai di selatan, belum lagi biaya hidup yang konon katanya murah serta banyaknya kampus yang luar biasa. Magnet Jogja memang kuat banget!
Saya sendiri sebenarnya tidak lahir di Jogja, cuma memang tumbuh besar di kota ini. Semua level pendidikan mulai dari TK sampai kuliah bahkan menemukan jodoh saya lalui di sini.
Persis seperti kata orang, di sini banyak makanan ndeso dengan tingkat kelezatan maksimal yang harganya minimal. Mau soto, gudeg, bakmi jawa, pecel lele, sampai jajanan macam cakwe lengkap tersedia.
Baca Juga : Lima Rekomendasi Tempat Makan ala Madam
Bersekolah pun terasa nyaman, minim macet pula. Tapi itu dulu sih, sebelum Death Vader menyerang bumi *halah*
Begitu juga dengan sekolah, di sini saya yakin bahwa bapak-bapak dan ibu-ibu tidak perlu khawatir saat hendak menyekolahkan anak mereka di sekolah negeri. Soalnya eman bagus-bagus. Swasta juga sama bagusnya kok, asal kondisi keuangannya cukup saja, haha.
Hanya saja, setiap kali mudik ke kota ini saya selalu merasa seperti mendapatkan cubitan rasa sakit, karena Jogja banyak berubah. Hotel-hotel bintang lima ada di mana-mana, menimbulkan keresahan banyak warga di sekitarnya. Unggah-ungguh entah ke mana perginya, menyedihkan.
Tapi, jangan pernah berhenti mencintai Jogja. Kota yang berhasil membentuk saya menjadi sosok seperti ini. Menjadi seseorang yang selalu merasa bangga bila ditanya asalnya dari mana.
“Jogja dong!”
Tulungagung Yang Nyamannya Enggak Ketulungan
Kalian tahu enggak kalau saya sebelumnya enggak pernah dengar kalau kota ini tuh eksis di Indonesia Raya. Monmaap ya saudara-saudara, emang sempit banget pergaulanku jaman dulu, huhu. Namanya juga anak mama, saya jarang banget pergi keluar kota kalau bukan karena acara yang penting-penting banget.
Nah, tiga hari pasca menikah saya diboyong oleh Yusuf untuk tinggal di kota ini, menemani dia. Kami membawa mobil box yang berisi perlengkapan rumah tangga, mulai dari kasur sampai ke garpu. Awalnya sih deg-degan ya, secara ini benar-benar tempat baru dan saya enggak punya kenalan siapapun.
Alhamdulillah, lambat laun saya bisa bergaul degan tetangga kanan kiri/ Selanjutnya saya juga sudah berani untuk mengendarai kendaraan sendiri. Seru sekali, bikin senang hati. (Hey, it’s rhyme!)
Selama dua tahu tinggal di sana, satu kata yang bisa saya berikan : awesome! Tulungagung adalah kota yang luar biasa murah biaya hidupnya. Hanya dengan dua ribu lima ratus rupiah saya sudah bisa makan nasi pecel lengkap dengan tempe dan peyek teri. Tapi itu tahun 2012 sih.
Di sana ada perpustakaan kota dengan koleksi buku cukup banyak serta tempat yang nyaman. Tidak jauh dari sana terdapat alun-alun yang berisi lapangan pasir, kolam serta kandang merpati. Pokoknya asyik banget kalau kita jalan-jalan ke sana sambil bawa anak. Selain itu, terdapat juga hutan kota yang masuknya gratis.
Untuk masalah tempat wisata, pantainya bagus-bagus! Ada beberapa gua juga yang pernah saya datangi, cuma lupa namanya, hahaha. Saya juga sering berenang ke sebuah kolam wisata sederhana yang biaya masuknya per orang hanya lima ribu rupiah. Menjadi dua puluh ribu kalau ditambah indomie goreng.
Walau kota kecil tapi jangan salah, Tulungagung adalah sebuah kota yang maju. Banyak hal baru yang bisa diterima dengan baik oleh masyarakat sini. Makanan misalnya, mereka suka sama makanan-makanan jenis baru.
Di kota ini, saya belajar banyak sekali, terutama tentang kehidupan rumah tangga. Jadi, enggak salah lah kalau saya kemudian merasa memiliki keterikatan tertentu dengan Tulungagung.
Alhamdulillah, Yusuf juga merasakan hal yang sama. Jadi, kalau orang lain berpikir untuk retired untuk di Jogja, kami kok malah kepikiran untuk stay di sini saja. Hahahaha.
Tangerang Selatan, Change My Life
Kami pindah ke kota ini pada tahun ketiga pernikahan. Kala itu Yusuf diterima untuk melanjutkan jenjang pendidikannya, DIV di kampus PKN STAN. Saat tahu Yusuf lulus ujian saya menangis saat keras, ngeri rasanya membayangkan untuk pindah ke ibukota. Baru membayangkan loh itu, belum merasakan.
Aura kelam kehidupan pinggir kota membuat saya nyaris putus asa. Banjir, makanan berpengawet, pencurian, pembunuhan dan tindakan kriminal lainnya terjadi banyak sekali di sini. Saya sempat merasa ragu, sanggup enggak ya untuk tinggal di sini?
Alhamdulillah, ternyata Allah sanggupkan. Meski kami harus pindah dari rumah dengan ukuran yang sangat besar ke rumah petakan yang terdiri dari hanya tiga ruangan. Meski gaji suami dipotong hingga 40%, tanpa uang makan, dinas dan printilan lainnya. Fakta membuktikan bahwa kami bisa survive.
Separah apapun, di kota inilah saya menemukan passion saya : menulis! Di sini juga saya menemukan banyak teman-teman yang senasib sepenanggungan. Pokoknya mantul wis, eh mantap maksudnyaa!
Jadi, Kota Mana Yang Paling Nyaman?
Kalau menurut madam, semua kota nyaman sih, asal memenuhi satu syarat mutlak yaitu : Bersama suami. Asal masih satu kota dan masih serumah sama suami mau tinggal di antah berantah pun rasanya masih tenang dan tentram. Iya kan? Hahaha.
Itu versi saya, kalau versi kamu gimana?
2 Komentar. Leave new
Awal menikah aku ikut ke Jakarta. Karena suami kerja disana. Kemudian pindah-pindah dinas. Berusaha menikmati semua tempat.
kalau banjarmasin gimana? hihi. btw mertuaku juga tinggalnya di tangsel nih. depan UT