Kuliner Purwokerto ternyata cukup variatif, padahal kotanya enggak gede-gede banget.
– Madam A –
Heiho, apa kabar genks? Lagi musim pancaroba nih, panas dingin pergantiannya cepet banget, kayak hatinya dia *eh. That’s why, jaga kesehatan ya soalnya sakit itu enggak enak. Kebetulan madam juga lagi cakit, sentrap-sentrup, badan lemes dan kepala kliyengan. Tapi demi melihat postingan bulan Februari yang jumlahnya masih nol, mau enggak mau harus bangkit lah, hu hah!
By the way, minggu yang lalu madam diajakin sama Yusuf untuk nemenin dia keluar kota. Buat ganti suasana gitu katanya. Mungkin dia kasihan sama saya yang mulai uring-uringan karena anak-anak tingkahnya makin luar biasa, dalam artian positif.
Kalian bisa nebak kota tujuan kami? Bukan, bukan Maldives ataupun Santorini kok, kami cuma melipi ke Purwokerto. Masih dalam negeri, sepulau juga, tapi enggak apa-apa. Baru diajakin doang aja saya udah bahagia, receh banget emang. Padahal baru diajakin loh, belum kejadian beneran, wkwk.
Baca Juga : Merasakan Serunya Dunia Bawah Air di Jakarta Aquarium
Nah, kira-kira apa ya yang biasanya muncul di kepala saat kita hendak mengunjungi kota orang? Kalau saya sih makanan, enggak tahu kalau mas Anang. Ketika menulis ini saya bisa membayangkan teman-teman pembaca setia akan ngelus dada sambil mikir, “Ini penulis maunya apa sih? Cita-citanya kurus tapi kok yang dipikirin maem mulu?” Aih, penulisnya sendiri heran kok, ehehehe ehehehehe.
Monmaap, gimanapun saya selalu tertarik sama apa-apa yang tidak bisa ditemukan di tempat tinggal sehari-hari saya. Bagi saya, semua tempat kuliner unik, memiliki ciri khas dan kelezatan tersendiri yang menjadi magnet bagi para penikmatnya.
Puwokerto sendiri adalah tempat yang memiliki kekayaan kuliner cukup banyak. Mulai dari yang otentik sampai kekinian. Sayangnya, dari sekian banyak tempat yang direkomendasikan saya hanya sempat mengunjungi empat. Waktu yang tersedia cukup sempit, begitu pun kesempatan untuk keluar dari hotel tanpa didampangi suami. Bisa sih, tapi membayangkan bawa tiga anak ke tempat makan sendirian itu … semacam ritual bunuh diri. Dan karena saya masih ingin hidup, let me skip that choice.
Sebelumnya, saya sempat kasih tau tempat-tempat kuliner purwokerto yang menjadi pilihan via instastory sih. Tapi memang cuma sepotong-sepotong aja supaya bikin penasaran. Eh, tapi kalian bener pengen tahu kan? Kan? Kan?
Bhaique, langsung aja deh saya share empat tempat yang menjadi penyelamat saat perut dangdutan selama di Purwokerto. Cekidot!
EMPAT KULINER PURWOKERTO PILIHAN MADAM
1 Umaeh Inyong
Nah, ini adalah resto pertama yang saya datangi begitu mendarat dengan cantik di Purwokerto. Tempat ini dipilih berdasarkan saran embah google dan sahabat saya, Metri, yang memang kerja di sini. Pada awalnya Yusuf sempat menyarankan untuk makan di Soto Jalan Bank. Saya kontan memutar bola mata, bah udah jauh-jauh ke sini makannya kok soto? Selain itu, anak-anak juga butuh tempat untuk bergerak bebas setelah berjam-jam terkurung di dalam mobil. Kalau bisa, nyari tempat yang agak luas to yo.
Akhirnya kami berdiskusi lagi. Setelah berhasil mengumpulkan dukungan dari mbak Bela yang ada di mobil sebelah, endingnya diputuskan kami jalan ke sini. Sedikit masukan dari saya kepada bapak-bapak,tolong jangan tolak masukan dari istri ya, utamanya kalau istri kalian dalam perjalanan dan lagi kelaparan, demikian.
Lokasi Umaeh Inyong ini cukup strategis, deket sama alun-alun yang merupakan pusat kota. Tepatnya sih di jalan A.Yani nomor 47 Purwokerto. Sekilas dilihat dari luar, tempatnya tuh njawani banget. Ketika akhirnya masuk, eh bener dong suasana yang dibangun emang tempo doeloe.
Tempatnya nyaman dan teduh kan ya?
Saat itu kami mencari tempat lesehan, cuma gubuk-gubuknya kecil sehingga tetep aja kami pakai yang model meja kursi. Saya terharu banget ngelihat harga dari makanan yang dijual di sini. Yap, selain menunya banyak dan variatif, harganya pun terjangkau. Bagaikan langit dan bumi kalau dibandingkan ibu kota. Kisaran 5ribu-25ribu pokoknya.
Saya memesan nasi rames khas Banyumas, Yusuf tongseng kambing, dan Yuan nasi goreng jawa. Minumnya saya kepengen secang karena tenggorokan lagi enggak bersahabat.
Sambil menanti hidangan datang, kami bermain di tempat yang disediakan. Ada enggrang dan becak di atas sepetak tanah berumput yang terihat cukup fancy. Cucok meong buat foto-foto yang hasilnya bisa diposting di Instagram.
Puas bermain, kami pun makan. Nasi ramesnya lezat, pedasnya berasa. Sedih karena tenggorokan madam langsung cekit-cekit, akhirnya tukeran sama tongsengnya Yusuf. Yuan dan Luna cukup excited ngabisin nasi gorengnya, walau seperti biasa, potongan-potongan sayur disingkirkan. Aylan sendiri berbagi sama saya.
Overall, saya bisa bilang kalau makanan di sini cukup enak. Apalagi harga serta ambience yang disediakan oke punya. Asyik buat ngobrol seru-seruan. Pegawainya juga ramah-ramah. Insya Allah kalau ada kesempatan untuk main-main ke kota ini lagi, mau kok balik ke Umaeh Inyong.
Bakso Pekih
Ini adalah kuliner Purwokerto kedua yang saya datangi di hari yang sama. Sebenarnya saat di hotel saya udah sempet nge-Go Food indomie-nya Warunk Upnormal, jebul tetep wae, pas malem kok yo masih laper.
Setelah mempertimbangkan kondisi anak-anak yang baterainya mulai abis, kami memutuskan untuk makan bakso aja. Pokoknya yang cepet, abis pesen langsung dianter biar anak-anak enggak keburu crancky duluan.
Yusuf menyarankan Bakso Pekih, saya setuju, apalagi lokasinya cuman sakplenyikan sama alun-alun. Mana tau bisa sekalian ngajakin krucils naik odong-odong kan?
Menu yang menjadi andalan adalah bakso dengan tetelan sapi. Kalau di Umaeh Inyong saya terharu liat harganya, di sini saya udah nangis cirambay. Ya Allah, tolong mutasikan suami hambaMu ini ke Purwokerto, di mana harga semua bakso flat 15 ribu dan teh manis anget masih 3ribu perak. Aamin.
Ternyata warung bakso ini enggak di pinggir jalan besar, masih masuk gang dulu. Enaknya Purwokerto, bahkan untuk gang pun jalannya masih cukup lebar, muat untuk dua mobil dan motor. Warung baksonya besar, bagian depan dipakai untuk tempat parkir. Kami datang sekitar jam delapan malam namun warung masih sangat ramai.
Oh iya, pesanan kita akan dicatat menggunakan ponsel. Edun emang, warung bakso aja hi-tech, berasa kampungan eikeh wkwkwk. Alhamdulillah, pesenan betul-betul cepat datangnya. Bakso dengan tetelan daging yang cukup banyak tampak begitu menggoda.
Seperti biasa, ritual makan bakso yang saya jalani pertama adalah sruput kuahnya dulu. Kuah adalah kunci paling awal untuk menilai enak atau tidaknya semangkok bakso. Berdasarkan pengalaman, kuah yang kaldunya enggak boongan baksonya pasti endolita.
Finnally, saya cuma bisa ngangguk-ngangguk senang karena rasa kuahnya endes maksimal, begitu juga dengan baksonya yang padat tapi lembut itu. Enak bangettttt! Banget! Banget! Porsinya juga pas, enggak terlalu sedikit enggak terlalu banyak, persis kayak iklannya Pertamina.
Waktu ketemu dan ngobrol-ngobrol sama Metri, dia bilang kalau Bakso Pekih ini satu-satunya bakso yang bisa dia makan di Purwokerto. Enggak heran sih, karena rasanya memang mantap djiwaaaa!
Apakah akan balik lagi ke sana? Sepertinya sih 99% balik lagi , udah jelas enak soalnya. Temen-temen yang penasaran bisa langsung buka map ataupun waze, kalau enggak punya dua aplikasi itu, bisa pakai mode “tanya orang-orang di jalan”. Mestinya sih pada bisa nunjukin, terkenal kok.
Warung Bumbu Ireng Yu San
Pada hari kedua, saya dan keluarga mendapatkan sarapan di hotel. Pagi sampai siang nguntal berdua sama mbak Bela dan anak-anak ke kawasan wisata The Village. Sebetulnya, jam setengah dua siang kami udah balik ke hotel sih, niat awalnya mau ngajak para suami makan di manaaaaa gitu. Tapi rencana tinggal rencana, kami tepar banget.
Saya sendiri mau kedatangan tamu, yaudah akhirnya kembali mengandalkan Go Food. Sujud syukur karena layanan ini udah ada di Purwokerto, bermanfaat sekali untuk emak-emak mager kayak kami. Well, aslinya saya sih mau aja hang out berdua sama Metri, tapi entar tiga krucils itu gimana, secara ayah mereka juga kelelahan.
Malam harinya, selesai sholat isya’ Yusuf mengajak saya dan anak-anak untuk makan malam bareng teman-teman lain. Tempat yang dituju adalah Ayam Bumbu Ireng Yu San. Lokasinya di Jl. S Parman, agak berkelok-kelok dari hotel. Tapi tetep wae, di Purwokerto mah enggak ada yang jauh.
Kami datang saat teman-teman Yusuf sudah mulai makan malam sehingga kami harus memesan lagi. Duh, maaf ya suamiku karena harus ngurusin kami, dirimu jadi sering ketinggalan, hiks. Menunya sekitar ayam dan entok dengan bumbu ireng, selain itu ada terong, tahu, tempe serta telur. Mirip-mirip dengan menunya nasi uduk lamongan pinggir jalan sih, bedanya ini pakai bumbu ireng khas kayak bumbu Bebek Madura itu loh.
Zuzur ya, saya agak bingung mau nge-review makanan ini. Lha gimana, saat makan anak-anak pada crancky, jadi enggak fokus makannya, huhuhu. Udah gitu bumbu ireng dan sambelnya juga dipisah karena saya sambil nyuapin anak-anak, makin mewek deh, huhuhu.
Tapi ya enggak apa-apa, seninya bawa anak-anak kan gitu. Mau ngeluh kayak apa juga toh buktinya tetep abis kok, wkwkwk. Ayamnya empuk dan gurih, padahal ayam kampung. Bumbu irengnya sekilas saya icipin rasanya enak. Untuk masalah harga sih masih terjangkau lah ya, secara ini ayam kampung dan entok gitu loh. Range harga mulai dari 1.000-139.000. Cocok aja sih kalau ngajakin keluarga ke sini.
Apakah saya akan mampir ke sana lagi? Hmmm embuh juga ya karena waktu tanya-tanya sama mbaknya di Jogja juga ada cabang. Yasudah, mudah-mudahan kalau nanti mudik saya sama Yusuf bisa kembali mencicipi ini deh.
Choco’Klik- Choco House Cafe and Resto
Kuliner Purwokerto yang ini lumayan hits di kalangan AGB alias Anak Gahol Banyumasan. Saya sendiri pertama kali lihat waktu pulang dari Bakso Pekih dan langsung bilang ke Yusuf kalau kami harus menyempatkan diri mampir ke sana.
Banyak yang mengulas tempat ini, salah satunya adalah tripadvisor. Situs ini mengatakan bahwa kafe coklat yang saya datangi kemarin adalah surga para pecinta coklat. Yah, mau enggak mau saya memang harus setuju.
Saya datang ke tempat ini sekitar jam sembilan malam, sepulangnya dari Bumbu Ireng Yu San. Soalnya mumpung searah dengan jalan pulang. Saat itu yang udah tumbang si abang dan si teteh, sedangkan yang bungsu masih cenghar. Duh, padahal berharap bisa kentjan, hahahaha.
Mungkin karena ini kafe coklat atau karena udah memasuki bulan Februari banyak hiasan love-love di sekitar ruangan. Suasana yang dibangun juga manis dan romantis. Saya dan Yusuf menjadi customer terakhir di hari itu, kan udah mendekati jam tutup toko.
Dengan bantuan para pegawai di sana yang bersedia menjadi juru foto, alhamdulillah kami jadi punya waktu lima menit untuk bener-bener ngerasa dunia serasa milik berdua #tsaaahh. Biarlah untukk sementara para pelayan dan Aylan yang jalan keliling ruangan cuma pajangan aja, wkwkwk.
Harga kuenya cukup variatif, mulai dari lima ribuan dengan rasa yang enggak murahan. Mungkin yang agak pricey adalah harga untuk minuman. Tapi worth it kok karena rasanya juga emang enak. Kafe ini mengingatkan saya pada Omah Coklat yang ada di jogja sana.
Buat teman-teman di Purwokerto yang ingin lari sejenak dari kenyataan, tempat ini sangat saya sarankan untuk menjadi sweet escape. Tapi kalau kalian jomblo sebaiknya jangan, ntar cuma gigit jari liat pasangan-pasangan yang mamam di sana, kecuali iman kalian emang udah kuat. Eh tapi, mana tau malah dapet jodoh di sana juga kan?
Anyway, kafe ini ada tiga cabang kalau enggak salah. Saya lupa yang saya datangi itu cabang yang sebelah mana, pokoknya dekat hotel yang ada di depan Mal Pelayanan Publik Purwokerto. Bujug, salut banget sama kota kecil yang satu ini, takjub saya ngeliat mereka punya Mal Pelayanan Publik
NIKMATNYA KULINER PURWOKERTO
Nah, dari pemaparan saya di atas, kalian mau nyobain kuliner purwokerto yang mana nih? Semuanya ya kalau saya harap, hahaha.
Saya sendiri sebenernya masih ingin menjelajah kota yang orang-orangnya pada ngapak ini. Rasanya tiga hari dan dua malam kemarin kok kurang puas banget. Mudah-mudahan nanti ada kesempatan untuk datang ke sana lagi deh.
Sekian dulu dari saya, sampai ketemu dengan postingan tentang Purwokerto lainnya ya!
19 Komentar. Leave new
Aduh menunya itu lho menggugah selera, bikin laper aja mom, hihii. Harganya terjangkau banget ini mah, walaupun nama menunya sama dengan Jakarta tapi rasanya pasti beda, kapan nanti kalau lewat Purwokerto mau mampir kulineran ah.
Aduhhh aku gemaass sama tulisannya! Trus langsung pingin cari tiket kereta buat jalan-jalan ke sana dong!
Ratjun ih.
Ya ampooonnn, saya ngakak liat foto mesrah itu ternyata difotoin pegawai di sana?? hahaha
Bisaaa aja gitu bergaya mesrah padahal difutuin orang wkwkwk
Btw saya ngiler ama baksonya.
Mau beli bakso kok ya udah pukul 9 malam, huhuhu.
Nahan ngiler deh.
Sip deh madam, kali aja suatu saat kami nyasar di Purwokerto, bakalan mampir dehhhh
di..
kaefsii ahhahahahahaah
Bakso Pekih memang ngangenin. Saya pernah main ke Banyumas tapi oleh teman diajak ke Purwokerto demi nyicip bakso yang terkenal enak dan murah meriah ini
Semoga kapan kapan saya pun bisa balik lagi ke sana hehehe
Waaa.. rekomendasinya semua kesukaan akuu…. noted mbak.. aku ada saudara di daerah sana jadi lumayan sering ke sana
Wkwkwkw Santorini atau Maldives..ngakak bacanya mbak xixi. Itu yg bener Mentri atau Metri mbak? 🤣🤣 wah semua makanannya mantul ya, nasi rames, bakso sampai minuman teh yg harganya masih 3000.
Selama ini kalau ke Purwokerto cuma sebatas lewat doang sih saat mudik, tapi jadi kepengen mampir membuktikan lebarnya jalan kampung di Purwokerto hehe
fix rumah inyong dan choco house inceran banget. rumah inyong tempatnya enak banget outdoor gitu dan instagrammable. kece.
Waduh, baksonya menggoda banget. Saya belum pernah ke Purwokerto. Kalau kapan2 ke sana, daftar wiskul ini akan saya jadiin rekomendasi.
Waduh, baksonya menggoda banget. Saya belum pernah ke Purwokerto. Kalau kapan2 ke sana, daftar wiskul ini akan saya jadiin daftar rekomendasi.
huwaaa… enak semuaaaa itu, mbaaa….
Duluuu banget ke Purwokerto ga mampir makan-makan 😀
Warung Bumbu ireng itu mirip sama masakan bebek khas madura ya Mba? Btw aku harus catat buat modal mudik nih. Sapa tau bisa mampir kesana, makasih informasinya ya mba
Ya ampoon aku baru tahunya makanan khas purwokerto itu cuma mendoan haha… ternyata bunayaak yes. Tapi di Jogja harga bakso juga cuma segituan loh. Ada malah yg 12 ribu hehe,,, yuk main main ke Jogja
Rekomendasi kuliner buat liburan akhir tahun nanti nih jalan-jalan ke Jawa. Makasih mbak infonya, inshaAllah kalau jadi aku mau nyicip ahh..
Paling suka nih kalau ada kalimat “aman di kantong” haha soalnya pengen jajan enak apalagi di tempat hits tapi yang murce aja harganya haha 😛
Noted mbak rekomendasi kulinerannya kalau aku ke Purwokerto, thanks yaaa
Yongalah kenapa aku buka ini pas lapar ya…kan aku jadi pengin bumbu ireng itu. Apa sejenis kluwak ya bumbunya kok ireng?
Dan itu coklat dan yoghurt, pertanyaannya adalah, terus anake yang sudah mau tumbang tadi apa disuruh moto gitu? dimana mereka berada?
Tapi angle nya pas…aku sukaaaa
Mbak, bumbu irengnya pake petis? Kalo iya, pasti enak banget ini, pengen nyicipin. Cabang Jogja sebelah mana, ya? Aku juga tinggal di Jogja, nih.
Wah … ternyata ada makanan terfavorit di puwokerto, mampir akh kalau lagi berkunjung kesana. Yg terpenting harga ramah di kantong
sama dengan aku, cita citanya kepengen kurus tapi makan lanjut terus, dietnya besok besok lagi aja, yang penting hari ini kenyang… hahahaha
Kuliner itu kayak syurga dunia banget ya mbak, tiap kali aku travelling ke beberapa daerah pasti aku wajib cari recommendasi kuliner khas daerah tersebut