Hape hilang di daerah Ceger, Pondok Aren. Eh ketemunya kok di daerah Mustika Jaya, Bekasi. Empat puluh kilometer bok!
– Madam A –
Hai semua! Saya mau bercerita agak panjang tentang sebuah kejadian yang belum lama ini menimpa saya. Sebuah kejadian yang mungkin juga sempat terjadi sama teman-teman.
Intinya, saya kehilangan hape di daerah Jalan Ceger, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Tapii… alhamdulillah pada hari yang sama, hape itu berhasil ditemukan dan kembali ke pangkuan saya.
Waah, kok bisa?
Iya, sampai hari ini pun saya masih enggak percaya kok hape saya bisa kembali dengan selamat. Meski dengan kondisi LCD yang agak remuk karena jatuh membentur aspal.
Supaya enggak bikin teman-teman makin penasaran, langsung saja ya. Begini cerita lengkapnya…
KAPAN DAN DI MANA HAPE HILANG?
Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, pada tanggal 18 Juli kemarin, saya kehilangan handphone alias hape. Benda itu jatuh dalam perjalanan dari rumah menuju stasiun pondok ranji, ketika hendak mengantar Si Abang ke sekolah.
Jadi, waktu itu hape saya selipkan di saku sebelah kanan rok jeans. Mungkin karena saya sedang ngebut atau memang kondisi jalanan yang ajrut-ajrutan banget (you know-lah jalanan sini) dia meluncur keluar begitu saja tanpa ijin. Sungguh, hape mah emang suka gitu banget.
Untung saja kartu e-money saya simpan di tempat terpisah. Padahal biasanya saya selipkan di wadah hape juga. Setidaknya, walau hape hilang saya masih bisa masuk stasiun dan naik kereta. Enggak kebayang kalau dua-duanya hilang barengan. Alamat Si Abang enggak bakal sekolah hari itu.
Dalam kondisi gILS-gUE-pANIK-Banget! saya tetap memaksa diri untuk berpikir efisien. Dalam waktu semenit saya memutuskan hape hilang adalah urusan tiga ratus tujuh puluh lima. Pokoknya yang penting naik dulu. Ada Si Abang yang harus pergi mencari ilmu. Dan itu, paling nomor satu.
Begitu duduk manis di KRL, air mata mulai menitik. Ternyata, saya tetep baper. Sudahlah malam sebelumnya saya teler berat gegara kopi, pagi enggak sempat masak bekal, deadline tulisan sebentar lagi, eh malah hape hilang juga. Kesal, sedih, kecewa, marah campur aduk jadi satu. Kayak gado-gado dicabein sepuluh biji.
Baca Juga : Pengalaman Ke Psikolog Untuk Menyelesaikan Masalah Dengan Suami
Dalam kondisi demikian, Si Abang yang duduk di sebelah saya mencoba menenangkan. Tangannya yang kecil mengelus-elus punggung saya sambil mengeluarkan kata-kata positif.
“Mama jangan sedih. Mama jangan marah.”
Duh, digituin sama anak sendiri saya malah jadi pengen makin mewek ~
Akhirnya, saya pinjem hape anak SMA yang duduk di samping saya. Saya cerita apa yang terjadi, dan bermaksud pinjem hapenya untuk menghubungi Cucup (Nama panggilan suami di blog). Mungkin, karena kaget kok tetiba ada ibu-ibu bawa anak nangis pagi-pagi di kereta, dia pun senang hati meminjamkan.
Nah, sampai di sini kalau kalian mengira dengan meminjam hape si anak semua masalah selesai, kalian salah. Kalian keliru. Karena oh karena, saya lupa dengan nomor suami sendiri…
*kemudian hening*
Gini-gini, bukan berarti saya adalah istri yang belum solihah karena nomer suami aja enggak ingat, bukan. Saya baru ingat kalau Cucup sudah ganti nomor dari Indosat ke Simpati. Entah kenapa Indosat tuh sinyalnya jelek banget di kantor Cucup. Mau enggak mau hapenya yang utama pakai nomor simpati, bukan indosat lagi.
Ya Allah, rasanya pengen banget teriak sambil nangis dan guling-guling di lantai KRL Ya Allah…
Why oh why saya dulu menggampangkan masalah ini? Ternyata tergantung banget sama contact hape lebih banyak mudharatnya dibanding manfaat.
Bismillah, saya tetap coba untuk menelpon nomornya yang indosat. Meski pesimis. Mana tau dia ngangkat kan?
Hmmm…dari nada-nadanya sih tersambung, tapi 5x saya coba tetap enggak diangkat. Mungkin hape dia yang Indosat sedang di silent. Bahkan mungkin, di mana hape itu berada pun Cucup tidak tahu.
Mengerti kalau yang saya lakukan sia-sia, hape saya kembalikan. Saya hanya bisa menghela nafas panjang sambil terduduk lesu. Putus asa. Saya iri sama Yuan, yang masih bisa asyik aja lihat-lihat pemandangan. Yang kayaknya enggak ngeuh kalau emaknya ini lagi baper berat.
Lalu, saya mencoba untuk bermuhasabah. Semingguan ini saya memang sedang sibuk sekali, membuat tulisan, mengejar deadline, mempersiapkan Yuan masuk SD, bikin bekal, dll dll. Semalam pun saya sempat marah sama Cucup, yang tetap memilih untuk futsal padahal saya berharap dia cepat pulang karena saya sedang kliyengan.
Saya sholat cepat-cepat. Saya juga jadi jarang ngobrol asyik sama anak-anak. Saya sibuk dengan diri sendiri.
Mungkin, saya sedang dzolim sama keluarga karena kurang perhatian ke mereka.
Teringat hal ini, langsung deh banyak-banyak istighfar, terus meluk si abang. Saya peluk dia kencang-kencang, sambil ngelus rambutnya sambil minta maaf.
Alhamdulillah, setelah melakukan hal tersebut saya merasa agak enakan. Saya hapus air mata dan mulai menyusun rencana untuk nanti setelah sampai di stasiun cicayur.
Kereta sampai di tujuan, dan kami turun perlahan-lahan. Hati ini berdebar-debar, mulut tidak komat-kamit baca doa, memohon semoga Allah mudahkan semua rencana.
Saya segera mendatangi salah satu petugas commuter yang berjaga. Cerita kalau hape jatuh dan butuh menghubungi suami. Petugas ini tampak bersimpati dan mau meminjami. Problem is, dia enggak punya pulsa.Mski demikian, dengan cepat dia memanggil petugas yang lain.
“Woi, ibu ini hapenya jatuh. Mau telepon suaminya buat ngabarin. Ada yang punya pulsa?”
Salah satu petugas yang paling muda kemudian menyodorkan hape miliknya.
“Pake aja bu.” Katanya ramah yang langsung saya terima dengan penuh terima kasih.
Langsung saya ketik nomernya Cucup. Alhamdulillah Allahu Akbar, setelah dua kali nada sambung, hapenya diangkat!
Saya langsung cerita apa yang terjadi dalam aktu sesingkat-singkatnya. Sudah bisa ditebak, respon pertama yang keluar adalah,
“Hah, hapenya hilang? Kok bisa?”
Saya mengabaikan kekageten Cucup dan minta dia untuk segera memesankan gojek buat kami. Cucup setuju, kami lanjut membicarakan hal-hal penting yang harus dilakukan.
Begitu telepon ditutup, saya merasa sangat lega. Satu beban terangkat. Yuan buru-buru saya bimbing untuk keluar dari stasiun menuju pos ojek online.
Alhamdulillah, begitu sampai di tempat, ada mas-mas memanggil kami.
“Bu Ajeng ya? Pesan atas nama Yusuf ya?”
Saya langsung mengangguk dan menghela nafas plong. Ternyata Cucup sudah bilang kalau yang akan naik adalah istri dan anaknya. Kami pun naik dan berangkat ke sekolah.
Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah,atas ijin Allah tugas mengantar anak sekolah tercapai!
TENTANG SEDEKAH YANG MEMUDAHKAN
Pulang dari sekolah si abang, saya harus kembali ke stasiun untuk selanjutnya pulang ke rumah. Sebelumnya, saya mampir ke abang nasi kuning di dekat pos ojek online. Setelah sampai, saya beri tip yang cukup besar buat mas-mas gojek sebagai rasa terima kasih. Bahkan menawarinya sarapan nasi kuning meski dia menolak.
Kemudian, saya pun memesan nasi kuning 4 bungkus. Untuk siapa? Untuk para petugas commuter yang tadi sudah membantu saya Tapi, yang paling utama sih untuk mas yang pulsanya dipakai menelpon Cucup dan menolak saat hendak saya ganti uang.
Nah, teman-teman tahu enggak raut wajah si petugas saat saya menyerahkan bungkusan isi nasi kuning itu? Dia kaget! Awalnya malah dia menolak. Dia bilang dia ikhlas membantu saya. Saya tak menyerah. Saya memaksanya untuk menerima. Saya bilang saya beli empat bukan cuma satu. Saya beli lebih supaya dia bisa menikmati bersama petugas commuter yang lain.
Akhirnya, nasi kuning itu diterima. Berulang kali kami saling mengucapkan terima kasih. Saya sampai geleng-geleng kepala. Mungkin petugas ini tidak tahu kalau bantuan yang dia beri betul-betul sangat berarti bagi saya.
Selesai melakukan hal tersebut saya merasa jauh lebih ringan. Emang bener kok salah satu quotes di buku NKCTHI yang bilang
Pokoknya, memberi itu obat. Terbukti, dalam perjalanan pulang saya bisa berpikir lebih jernih. Udah bisa senyam-senyum malah. Sambil gelantungan di kereta yang padat penumpang itu saya mencoba menghitung berkah yang saya dapatkan hari ini.
Alhamdulillah, yang hilang cuman hape bukan dompet. Kan lebih ribet itu ngurusnya.
Alhamdulillah, masih dipertemukan dengan orang-orang baik yang mau membantu.
Alhamdulillah, masih pegang uang tunai.
Alhamdulillah, masih bisa nganter si abang.
Alhamdulillah, masih bisa pulang.
Alhamdulillah, masih bisa nafas.
Alhamdulillah, masih sehat wal afiat tanpa kekurangan satu apapun.
Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah, pokoknya Alhamdulillah teruuuuusss aja.
Saya lalu menyadari, bersyukur membuat masalah jatuhnya hape menjadi sesuatu yang kecil, karena nyatanya saya masih mendapatkan kemudahan dan keberkahan yang jauh lebih besar.
Dan karena masalah hape hilang sudah bukan sesuatu yang gede, saya mencoba fokus pada hal lain. Saya hanya ingin segera sampai rumah dan mengirim email pada orang-orang yang memiliki sangkutan pekerjaan dengan saya. Mengabarkan kalau hape hilang, dan mundur karena tidak bisa menyelesaikan tugas.
Tapi ternyata…
Allah berkehendak lain…
Baru juga menginjakkan kaki di halaman rumah, terdengar nada dering dari hape Cucup yang Indosat. Ternyata, untuk memudahkan komunikasi, dia hanya membawa hapenya yang Simpati, yang Indosat ditinggal. Supaya kami tetap bisa saling tersambung.
Buru-buru saya mengambilnya. Namun, kegiatan mengangkat telepon tiba-tiba berhenti ketika melihat nama yang muncul di layar.
“Half of My Heart memanggil”
Itu…itu… Ya Allah, Half Of My Heart adalah nama kontak saya di hape Cucup. Dan hape saya baru saja hilang. Dan saat ini hape saya menghubungi. Ini berarti…ini berarti…
“Halo?” Kata saya sambil berusaha menenangkan diri.
“Halo, mohon maaf, saya menemukan hape ibu. Ini hapenya dikunci dan hanya bisa menelepon ke nomor ini. Ibu tinggal di mana? Mau saya kembalikan.”
Untuk sedetik, saya bengong.
“Halo buk, halo?” panggil suara di seberang sana lagi.
“Eh iya pak, ini hape saya. Saya tinggal di Bintaro Mutiara.” Sahut saya cepat.
Pebicaraan berlanjut. Ternyata hape saya saat ini posisinya ada di Bekasi. Bekasi gaes! Bekasi! Itu puluhan kilometer jauhnya dari tempat hape tersebut jatuh. Mas yang menemukan bilang dia baru akan kembali ke daerah Pondok Aren hari Sabtu. Saya yang masih takjub antara percaya enggak percaya cuma jawab iya iya aja.
Saya masih tetap bengong setelah telepon selesai. Lemes, enggak percaya, takjub. Is this for real? Ini bukan mimpi kan? Ini beneran? Ini beneran hape saya jatuh, ada yang menemukan, yang nemu menghubungi dan mau kembalikan?
MELACAK HAPE YANG HILANG
Begitu bisa menenangkan diri, saya menghubungi Cucup. Cerita tentang orang yang tadi nemu dan mau balikin. Usut punya usut, ternyata setelah saya bilang kalau hape saya hilang, Cucup langsung ngotak-atik email saya dan melacaknya.
“Jam tujuh pagi hapenya ada di sekitar TB Simatupang.” Kata dia memberitahu.
“Habis itu hapenya aku kunci dari sini dan aku pasang tulisan hape hilang.” Lanjutnya. “Aku masukin nomerku yang Indosat sebagai kontak untuk dihubungi.”
Jadi, berdasarkan informasi dari Cucup, hape saya yang hilang tidak bisa digunakan untuk apapun selain untuk mengangkat telepon atau menghubungi nomor yang terpasang khusus di sana. Di bagian call owner ituh!
“Kok kamu bisa bikin kayak gitu?” Tanya saya.
“Embuh, pokoknya karena email kamu juga nyambung ke hapeku makannya bisa aku cari-cari jalan. Aku enggak tahu ini pakai apa, pokoknya tadi cuma aku lock aja.”
Uwuwuwuwuwuwu, denger beginian dari suami saya jadi terharu. Tapi yang Cucup lakukan buat saya lebih dari itu, dia bahkan menjemput langsung ke Bekasi. Siang hari, panas-panas menempuh jarak 3 jam pulang-pergi naik motor untuk mengambil kembali hape saya hilang.
Siapa yang enggak meleleh coba?
Jadi auto jatuh cinta lagi dan lagi eui, hahahahaha.
Saat ditemukan, hape saya agak remuk di bagian ujung. Tak apa, karena yang paling penting adalah data-data di dalamnya. Ketika akhirnya Cucup pulang dan menyerahkan hape tersebut pada saya, saya tahu betapa Allah sangat menyayangi saya.
HIKMAH HAPE HILANG
Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian. Mau itu kejadian yang nyenengin, atau nyebelin. Atau nyebelin yang berubah jadi nyenengin, kayak yang saya alami ini.
Saya jadi sadar kalau khilaf saya banyak banget. Mulai dari terburu-buru, marah-marah ke suami, mengurangi perhatian ke anak, dan kurang sedekah. Yang terakhir saya sebut ini bahkan penting banget, sedekah adalah penangkal bala. Dan saya lupa.
Saya masih merinding betapa empat bungkus nasi kuning ternyata bisa menjadi pembuka pintu hape saya kembali. Wallahualam, mungkin memang sudah qadarullah, tapi saya percaya ketika kita ikhlas memberi maka Allah akan membalasnya berkali-kali lipat. Tidak melulu uang, tapi bisa juga kemudahan.
“Kamu enggak membesar-besarkan masalah. Hape memang jatuh, hilang, tapi kamu tetap fokus ke anak. Kamu enggak marah berlebih, enggak sedih berlebih, makannya aku mau aja ngambil hape itu walau jauh banget. Itu bentuk apresiasiku ke kamu. Kamu hebat.”
Begitu kata Cucup saat kami sedang pillow talk di atas kasur ketika anak-anak sudah tidur.
Nah, mengecilkan masalah memang adalah pelajaran lain yang saya dapat hari ini. Ini juga terinspirasi dari salah satu quote di buku NKCTHI. Masalah boleh datang, tapi kalau kita fokus pada penyelesaiannya bukan pada masalah itu sendiri solusi pasti akan hadir. Pasti ada jalan. Tentu dengan menyertakan Allah dalam setiap detik prosesnya.
Saya sendiri takjub kok bisa move on secepat itu, hahahaha. Padahal biasanya kalau ada masalah pasti bakal langsung membesar kayak api disiram bensin. Masalah handuk aja basah disimpen sembarangan aja, serumah bisa geger.
Saya dan Cucup bersyukur sekali karena yang menemukan hape saya adalah orang baik. Banyak sekali kasus di mana kalau ada hape jatuh yang ada malah dijual, bukan dibalikin.
Oh iya, dalam momen itu, saya juga minta maaf ke Cucup. Sorry for being a jerk wife, sorry for a non stop heartbreaking arguing, sorry for everything.
Ini minta maafnya udah sampai mata berkaca-kaca, tapi dia cuma nguyel-nguyel kepala saya. Hihihi dasar. Tapi enggak papalah, namanya juga cinta kan?
Yang lebih membahagiakan adalah, ternyata saya masih diperbolehkan untuk mengambil pekerjaan yang sebelumnya hendak saya mundurkan. Alhamdulillah, masih rejeki.
Anyway, setelah tanya beberapa teman, aplikasi untuk melacak hape yang hilang adalah find my devices. Boleh googling untuk cari informasi lebih jauh.
Semoga cerita ini bisa memberikan manfaat bagi teman-teman yang membacanya. Ambil baiknya, buang jeleknya. See you at another story. Muach!
12 Komentar. Leave new
Waaaaa aku juga pernah kehilangan hp gini. Terus dilacak pakai email juga, untungnya hpnya ketemu cuman hilang case handphonenya aja bagian belakang ke gores. Alhamdulillah hpnya gak ada retak.
Emang bener banget ya ketika kita mulai ikhlas , Allah akan memberikan yang lebih. Alhamdulillah 😁
Masya Allah Maaak kuterharu :”””))) Alhamdulillah masih ketemu ya Mak :”) Beneran aku yang cuma baca juga ikutan terharu. Ngerasain gimana paniknya,tenangnya,dan bahagianya apalagi pas bagian pengorbanan suami :”)
Hp ku pernah ilang 2 kali, to case nya dicopet, semuanya di KRL, dan udah nyoba caranyg sama tp ga balik :’)’:, mbuh gimana mgkn langsung dimattin dan di hard reset kali ya huhu
Mba masih ga ngeti cara sambungin pake emailnya gimana? mantap nih Pak Cucup sigap banget yg nemuin langsung buang yah 😀 da ga bisa diapa2in
Masyaa allah aku juga pernah diposisi ini mbak. Ngeletakin barang disaku baju emg paling enak mbak. Dan alhamdulillah ketemu lagi. Tapi waktu jatuh dilampu merah hape ku gak ketemu lagi mbak.
Alhamdulillah, ketemu masih rezeki ya Mba. Aku minggu lalu dompet hilang, huhu. Baper sebentar, berusaha tegar. Tapi yg penting mah semacam KTP, bpjs. ATM pun untung gak ada isinya, haha. Tapi, ku cek d ibank, saldo masih ada. Entah dimana keberadaannya sekarang, hilang di masjid. Hal hal begini, bener2 jadi muhasabah ya mba, teguran. Allah lagi ingetin, barangkali kita “lupa”. Semoga banyak hikmah dari kejadian seperti ini 🙂
ya ampuuun mbak, kok saya ikutan terkuras emosi bacanya,,, antara sedih dan akhirnya bahagia karena hp akhirnya kembali, dilain sisi saya takjub, bahwa perbuatan baik terutama sedekah juga mampu menyelesaikan masalah ya
Masya ALLAH.. meski nampak sepele, namun kehilangan hape terasa berat ya Mbak.. saya sendiri mungkin nggak bisa secepat itu move on dan berpikir jernih, karena buat jaman sekarang kayaknya mending ketinggalan dompet daripada ketinggalan hape, apalagi sampai kehilangan.. next time lebih hati-hati ya Mbak..
Aku nangis lho baca ini, Mbak. Ada cinta di tulisan ini. Sukaaaaa banget. Semoga mbak Ajeng dan keluarga senantiasa dalam Lindungan Robbuna ya. Barakallahufiik, mbak Sayang. 💕
Alhamdulillah ya mba, HP hilang sudah sejauh itu bisa kembali lagi. Saya nih yang suka teledor dan lupa harus lebih waspada supaya ga kejadian hp hilang, soalnya panikan juga.
wah ajaib ya, alhamdulilah bisa ketemu
wahh seneng nya bisa ketemu ya, walau hp nya sedikit retak..dulu saya pernah ilang hp trus ktemu lagi dan yg ngambil temen saya wkt kls 2 ..dan ketauaannya pas kelas 3 🙂