Sungguh, kematian adalah sebaik-baik pengingat
- – orang bijak –
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati (Al-Imron 185)
Setiap kalimat yang mengatakan tentang kematian selalu menghentak alam pikiran saya dengan begitu kerasnya. Mencipatakan getar dan debar kelam di hati. Membuat saya kembali mengenangan momen tak terlupakan saat berada dalam situasi antara hidup dan mati.
Singkat cerita, sehari sebelum melahirkan anak kedua saya mengalami demam tinggi. Setelah dirujuk ke sebuah rumah sakit dan besoknya diambil darah saya terkejut karena hasilnya menunjukan positif DBD (Demam Berdarah Dengue). Dokter segera memindahkan saya ke rumah sakit yang fasilitasnya lebih lengkap. Saya adalah kasus langka, terkena DBD saat akan melahirkan. Bagi orang normal hal itu sudah cukup mengkhawatirkan, apalagi saya yang sedang hamil besar.
Segala usaha menekan resiko dilakukan. Saya menghabiskan tujuh kantong darah untuk menaikan jumlah trombosit yang hanya empat puluh lima ribu, jauh dari batas normal. Bahkan ada saat di mana dokter obsgyn pun bilang kalau saya dan suami harus banyak-banyak meminta pertolongan dari Allah. Bisa bayangkan perasaan saya seperti apa?
Dalam kondisi tubuh yang makin lemah karena demam dan kontraksi samar-samar saya ingat kalau pernah mengatakan hal ini pada suami;
“Kalo misalnya aku mati terus kamu nikah lagi, awas aja. Kamu bakal tak hantuin, aku nggak rela! Nggak akan pernah relaa!”
Duh, lebay banget memang. Sampai malu rasanya kalau ingat. Tapi kemarin itu, di saat dokter pun terlihat tidak punya harapan, saya meraih tangan suami. Ada dua hal yang ingin saya lakukan padanya. Pertama meminta maaf, kedua memohon agar dia bisa ikhlas. Saya ingin sekali dia ikhlas melepaskan jika memang waktu untuk saya hidup di dunia sudah selesai.
Dan begitulah sampai akhirnya saya merasakan bahwa kasih sayang Allah itu nyata. Saya bisa melahirkan normal dan selamat walau sempat hilang kesadaran dan harus masuk ICU sampai dua hari.
Dari situ saya beranggapan, bahwa kehadiran saya saat ini adalah kali kedua. Pengalaman yang saya tuliskan di atas menjadi sebuah titik balik bagi saya untuk banyak-banyak intropeksi. Kehidupan kedua adalah hal yang sangat mahal harganya.
***
Banyak orang mengatakan kalau iman itu kondisinya tidak stabil. Kadang bisa naik, kadang bisa turun. Nah, sebulan yang lalu saya merasakan betul kalau kadar keimanan saya sedang ndlosor ke posisi paling bawah. Belum juga dua tahun berlalu sejak saya mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup, eehh fokus hidup saya kembali melenceng. Sebulan yang lalu saya berniat mengisi ramadhan dengan berjualan. Tentu saja niatan ini saya sampaikan kepada suami yang langsung dia tanggapi dengan kalimat berikut;
“Jangan mah, kalau bisa bulan ramadhan jangan kamu isi dengan sibuk jualan. Ini bulan yang penuh berkah, penuh rahmat. Lebih baik kalau kamu isi dengan ibadah maksimal. ini kesempatan terbaik kita untuk nabung pahala sebanyak mungkin. Apalagi dua tahun yang lalu, kamu full tidak puasa karena nifas. Sabar ya,” ucapnya lembut sambil mengelus rambut saya.
Saya kesal. Bagi saya, pendapat yang diutarakan suami tidak adil . Tapi itu adalah pemikiran saya sebulan yang lalu. Saat ini akhirnya saya paham banget kenapa suami ingin saya fokus ibadah di bulan ramadhan.
Ramadhan 2018 barangkali adalah ramadhan paling sedih bagi umat muslim se-Indonesia Raya. Bagaimana tidak, pada minggu pagi (13/5) terjadi tiga ledakan di tiga tempat berbeda di kota Surabaya. Bom diledakan di tempat yang sensitif, yaitu gereja dengan korban wanita dan anak-anak. Padahal, duka akibat rusuh di mako brimob belum saja usai. Sungguh, kenapa awan mendung sepertinya enggan pergi menjauh dari negeri ini sih?
Saya menghubungi teman-teman yang berdomisili di Surabaya maupun Sidoarjo, menanyakan kondisi, mendoakan serta meminta agar mereka berhati-hati. Banyak teman saya yang merasa ketakutan. Mereka takut kalau bom akan meledak sewaktu-waktu di dekat mereka. Seorang teman bahkan bercerita bagaimana ngerinya situasi tempat dia bekerja. Karyawan-karyawan yang sudah tidak bisa fokus dan saling curiga. Mereka begitu tertekan sampai untuk mengulas sebuah senyum pun terasa susah.
Sebegitu gentarnya kita pada kematian.
Sebegitu takutnya kita untuk meninggalkan dunia fana.
Allah…
Lalu, bagaimana bila ternyata kematian akan mendatangi kita sebentar lagi? Bagaimana bila, bila ini adalah ramadhan terakhir kita?
Kalau dulu, saya justru bahagia bila memang harus meninggal saat melahirkan karena alasan ini akan menjadikan kematian saya syahid. Posisi saya saat itu begitu spesial. Tapi sekarang? Ya Allah, sungguh saya gemetar…
Bisakah diri ini yang begitu hina diberikan ijin untuk menghuni salah satu syurga kekalnya? Masih pantaskah? Berulang kali saya berpikir, menelisik ke dalam diri, mencari alasan mana yang sanggup membuat saya sekedar menghirup wanginya.
Lalu saya berikhtiar untuk membaca lebih banyak, mencari lebih banyak. Ar rahman… Ar rahim… Allah maha pengasih lagi maha penyayang, tak ada yang tidak mungkin bila Dia telah berkehendak.
Maka, air mata saya menitik saat kata-kata Marhaban ya Ramadhan begitu ramai didengungkan. Hati ini bergemuruh membayangkan bila ini menjadi ramadhan yang terakhir. Ingin rasanya berteriak bahwa saya belum dan mungkin tidak akan pernah siap untuk dipanggil kembali.
Allah, ampuni hambaMu ini…
***
Dalam film-film barat, bila seseorang tahu bahwa ajalnya sudah begitu dekat mereka akan membuat apa yang disebut dengan bucket list. Itu adalah sebuah daftar hal-hal yang ingin dicapai/dilakukan sebelum kita mati.
Ramadhan adalah bulan yang begitu istimewa. Bulan penuh ampunan. Bulan penuh kebaikan. Bulan penuh pahala yang nilainya bisa dikalikan berkali-kali lipat. Bulan penuh rahmat. Bulan penuh kasih sayang. Bulan di mana banyak orang berlmba-lomba melakukan ibadah terbaik mereka.
Bila memang takdir memutuskan bahwa tahun depan saya tidak akan lagi bisa menyapa Ramadhan (Ya Allah, nulisnya sambil nyesek dan nangis). Tentu saja saya ingin melakukan semua ibadah kepada Allah dengan lebih dan lebih. Sholat yang lebih tepat waktu, dzikir yang lebih panjang, tilawah yang lebih merdu dan betul bacaannya serta kajian yang lebih sering dikunjungi. Itu adalah cara-cara untuk mendekatkan diri dan merayu sang Khaliq.
Selain ibadah, tentu saja saya memiliki beberapa hal yang ingin dilakukan sesegera mungkin dalam rangka membina hubungan yang baik kepada sesama manusia.
Hal yang pertama tentu saja meminta maaf. Kepada siapa? Kepada semua orang yang pernah saya temui ataupun bersinggungan secara langsung/tidak langsung dengan saya. Yang paling utama tentu saja kepada orang tua. Kepada mama dan papa, berterima kasih pada mereka untuk segenap kehidupan, cinta serta kasih sayangnya. Minta maaf kepada suami karena selama ini begitu sering menuntut, marah, bersikap egois bahkan kadang membantah nasihatnya. Yang paling utama, minta maaf kepada anak-anak karena selama ini begitu sering membentak, menekan dan bersikap layaknya bukan seorang ibu. Nak, maafkan mamamu ini yang jauh dari kata sempurna.
Hal kedua adalah membayar hutang. Hutang yang saya maksud bukan hanya sekedar uang. Saya ingin membayar hutang yang berupa janji, entah janji temu atau membuat atau bahkan mengirim sesuatu. Saya ingin menyelesaikan janji membacakan buku seri kebaikan pada anak sampai tuntas. Saya ingin memenuhi janji membuat masakan cumi cabe ijo untuk suami. Saya ingin melaksanakan janji temu bersama seorang sahabat yang memutuskan untuk berhijrah.
Hal ketiga adalah menyedekahkan barang-barang bagus namun tidak atau jarang terpakai. Setelah membaca sebuah artikel yang menulis bahwa mengoleksi sesuatu sesungguhnya tidak ada dalam Islam. Setiap benda yang kita miliki akan kita pertanggungjawabkan di hari akhir nanti. Semakin banyak barang semakin berat tanggung jawabnya. Ini menyeramkan. Saya ingin menyedikitkan barang agar melewati waktu hisab yang cepat di akhirat.
Hal keempat adalah menulis hal baik dan bermanfaat. Bila dibandingkan dengan Tere Liye atau Dewi Lestari, saya mungkin hanyalah seonggok sedotan ale-ale. Namun, saya ingin sekali meninggalkan jejak berupa ilmu yang bermanfaat di bumi ini untuk diteruskan kepada anak cucu. Bukankah ilmu yang bermanfaat adalah salah satu amal yang pahalanya akan terus mengalir walaupun kita sudah mati nanti.
Sungguh, memang betul bahwa kematian adalah sebaik-baik pengingat. Mengingat mati membuat saya sadar, bahwa kita tidak akan selamanya hidup di dunia ini. Ada kehidupan lain yang menunggu di ujung sana.
Mengingat kematian membuat kita mampu mengerem hawa nafsu. Saya ingat bagaimana suami selalu mengatakan bahwa harta, tahta dan jabatan tidak akan kita bawa mati, karena itu menunduklah. Maka ketika rasa iri muncul, perasaan itu terhempas begitu saja karena kita tahu betul, apa yang mau kita banggakan di hadapan Allah? Siapa kita di depanNya?
Mengingat kematian memang selalu membuat saya resah. Tapi, adakah teman-teman di sini yang tidak merasakan resah atau sedih jika membayangkan kalau ramadhan yang kita jalani adalah yang terakhir? Bagaimana perasaan teman-teman, apa yang kira-kira akan teman-teman lakukan jika tahun depan kita tidak lagi bisa berjumpa dengan ramadhan?
Atau barangkali, malah ada teman-teman yang ingin segera pergi dari dunia ini karena takut dengan tanda-tanda kemunculan fitnah dajjal yang makin terlihat?
Hiks,
Ya Allah, tunjukanlah kami jalan yang lurus.
Ya Allah, tetapkanlah hati kami di jalanMu.
Ya Allah, berikanlah kami kematian yang Khusnul Khotimah.
Aamin
Selamat menyambut bulan suci Ramadhan teman-teman. Mohon maaf lahir dan batin ya. Teriring doa agar negeri kita diberikan kedamaian penuh selama ramadhan ini.
#prayforIndonesia
#prayforsurabaya
Tulisan ini diikutkan dalam postingan tematik Blogger Muslimah Indonesia
#PostinganTematik
#PosTemSpesialRamadhan
#BloggerMuslimahIndonesia
27 Komentar. Leave new
Aamiiin…selamat menunaikan ibadah ramadhan juga ya Mba. Mohon maaf lahir dan batin.
iya mbak, sama-sama. saya mohon maaf lahir batin
Akupun merasa belum mempunyai bekal yang cukup menghadap-Nya. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Marhaban Yaa Ramadhan
banget mbak. aamin ya allah, semoga pahala kita diterima olehNya ya.
Btw, aku sudah BW ke blog sampeyan yaa
aamiin, aku juga sedih, kenapa menjelang puasa ada banyak kejadian yang ga diinginkan yaa di Indonesia ini 🙁
sangat sedih mbak. semoga indonesia segera terisi kedamaian ya/
Oh iya, saya sudah BW ke blog embak yaa
Kalau saya malah meminta jatinegara menikah dengan santriawati yang lebih muda, Mbak… seandainya ini Ramadan terakhir saya. Alasannya?
Yagitu deh… Lengkap nya di blog saya 🙂
Kok jatinegara sih? Jauh amat ya lancarnya hehehe…
Maksud saya suami, ya Mbak… Typo bawaan hp kayanya
Ya Allah mbak, saya sampai ngakak bacanya. memang hape jaman sekarang ya, kita mau nulis apa yang muncul apa.
saya sudah BW ke tempat sampeyan yaa
masyaallah, pernah DBD jg. jadi bisa membayangkan rasanya. apa lagi kalau bersamaan dengan melahirkan. semoga kita senantiasa menjadi pribadi yg lbh baik dr hari ke hari ya…
iya mbak, DBD rasanya luar biasa sekali. Aamin ya Allah.
Saya sudah BW ke tempat sampeyan yaa
Sepertinya memang semacam list bisa membantu kita sebagai pengingat ya, Mba…. Semoga ketika tiba waktunya, kita kembali dalam keadaan terbaik.
iya mbak bener. dibuat list jadi lebih mudh. selamt menyambut bulan ramadhan yaa
Semoga kita bisa memaksimalkan semua amalan di bulan Ramadhan. Dan semoga kita tetap istiqomah mengamalkannya meski ramadhan berlalu ya mbak
aamin ya allah. Doa dan harapan yang sama saya ucapkan kepada mbak yaa
Kematian pasti akan terjadi pada setiap makhluk hidup. Semoga nanti, ketika hembusan nafas terakhir kita bisa berada dalam keadan yang diridhaiNya. Mohon maaf lahir dan Batin Mba Ajeng
Amiin selamat menunaikan ibadah puasa ya mbak
Masya Allah, pengalaman yang luar biasa, Mbak. Semoga kali ini kita semua bisa memanfaatkan bulan mulia ini dengan sebaik-baiknya.
aamin Ya Allah. Terima kasih banyal. Taqaballallahu minna wa minkum, selamat hari Raya Idul Fitri. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan mengembalikan kita ke dalam kondisi fitri
Mudah-mudahan ujian dengan adanya bom sebelum Ramadhan kemarin menguatkan kita umat islam, dan semoga tidak ada lagi teroris yang membuat citra islam negatif T_T
Aamin Ya Allah. Semoga orang-orang yang seperti itu segera disingkirkan dari bumi Indonesia ya mbak. Saya ngeri, sedih, kesal dan marah sekali karena mereka jadi punya tempat di sini
I felt that, Mbak. Suami saya bekerja di Surabaya, perusahaannya tepat di depan Polda Jatim yang saat itu bersiaga 1. Was2 itu jadi meraja di hati saya. Sungguh awal Ramadan yang tak terlupakan. Tak ada pilihan lain: maksimalkan kebaikan di Ramadan kali ini, siapa tahu ini yang terakhir :'(
Allah. Mbak, saya merinding baca komentar sampeyan. Duh, enggak kebayang berada dalam posisi yang sangat dekat seperti itu deg2annya seperti apa. Umur memang tidak ada yang tahu ya, semoga selalu bermanfaat. Semoga mbak dan keluarga selalu diberikan kesalamatan oleh Allah
Jadi baper baca postingannya mbak. Apalagi pas membaca kisah perjuangan mbak saat melahirkan sampai dalam keadaan tak sadarkan diri krn terkena DBD tp alhamdulillaah Allaah masih ngasih kesempatan hidup ya..
Yah, jd bisa dipetik perlajarannya mbak.. memang kematian adalah sebaik2 pengingat dan dengan berandai2 ini menjadi ramadhan terakhir smg kita bisa lebih mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan semakin mengoptimalkan ibadah di bulan yang penuh mulia ini 🙂
Iya mbak, saya sendiri selalu merasa ini adalah kesempatan hidup kedua, hehehe. aamin ya ALLAH
This is really interesting, You’re a very skilled blogger. I have joined your rss feed and look forward to seeking more of your wonderful post. Also, I’ve shared your web site in my social networks!
Aamin ya Allah, aamin