Suatu hari di sebuah kelas belajar parenting online ada yang mengajukan pertanyaan seperti ini :
Halo semua, bolehkah berbagi pengalaman. Anak saya dua usianya 3,5 dan 1,5 tahun. Si adik ini sering sekali menginginkan mainan kakaknya walaupun sudah diberi mainan yang sama. Saya harus bagaimana?
Sesungguhnya, bukan kewajiban saya untuk menjawab pertanyaan di atas. Namun jempol ini entah kenapa terasa gatal sekali untuk mengetik. Maklum, saya juga pernah mengalami hal yang sama, setiap hari malah. Namanya juga mahmudagaamah muda anak baru tiga *sombong*
Oke, langsung saja ke jawaban sok tahu saya ya. Aslinya jawaban ini based on ahli parenting yang kemudian saya praktekan di rumah.
Halo Bunda, boleh share pengalaman jugakah?
Anak saya ada tiga bun. Si sulung berusia 5 tahun laki, si
tengah 20 bulan perempuan, si bungsu 4 bulan laki.
Untuk menghindari masalah rebutan saya biasa menerapkan sistem IJIN. Sejak si tengah berusia 1,5 tahun saya yakin dia sudah bisa memahami kata-kata. Nah, kasusnya hampir sama bund dimana si tengah ini suka sekali dengan semua mainan kakaknya. Tidak hanya masalah mainan, kakaknya juga selalu dikintilin kemana saja kapan saja sampai kadang si kakak merasa risih. Ya saya melihatnya sih, sosok si kakak ini menjadi manusia favorit baginya.
Makanan, mainan bahkan sampai cangcut milik si kakak sering banget diaku-aku oleh si tengah. Nah, bila si tengah ini menginginkan barang si kakak saya mulai membiasakan dia untuk bertanya
“Adek mau ini? Ijin dulu ya, itu punya abang”
Kalau si kakak mengijinkan maka masalah selesai.
Sayangnya hal itu jarang terjadi. Seringnya sih si kakak tidak mengijinkan ya. Kalau sudah begini si tengah tidak boleh ambil barangnya. Menangis, itu pastilah. Tapi bagaimanapun saya harus tetap menjaga harkat, martabat dan marwah si kakak di depan adiknya. Boleh berarti boleh, tidak boleh berarti tidak boleh, batasnya jelas.
Saat momen tangisan dimulai maka saya akan memisahkan si tengah dan si kakak. Saya peluk dan tarik emosinya.
“Adek sedih ya? Ya allah, adek pasti sedih karena nggak dipinjamin mainan sama abang”
Begitu sambil saya elus-elus punggungnya. Biasanya setelah emosinya keluar dia akan lebih tenang dan tangisnya mereda. Saat itulah baru saya tawari, “adek, main yang ini aja yuk?” Atau “baca buku aja yuk?”
Untuk si abang, biasanya saat mau tidur kami review kegiatan apa saja seharian tadi. Nah ketika itu saya bilang penuh sayang
“bang, mama sebenernya sedih loh abang tadi nggak mau berbagi mainan sama adek” lalu dilanjut dengan kata-kata “mama seneng kalo abang mau berbagi mainan sama adek besok… Adek itu sayang sama abang, makannya pengen deket sama abang terus.baik-baik ya sama adek. Mama sayang banget sama kalian berdua soalnya”
Dari sini si adek belajar bahwa si kakak itu harus dihargai dan dihormati keputusannya. Sebaliknya, Si kakak juga ketika tidak dipaksa, biasanya mau berbagi sama adeknya.
Jujur saya masih jatuh bangun menerapkan ini, tapi alhamdulillah cara ini lebih banyak berhasil nya. Kalau kata konselor kesayangan saya, ada yang namanya 1000jam terbang. Lakukan seribu kali, kalau belum seribu kali jangan mengeluh kenapa hal ini belum berhasil. Demikian
Nah, itulah sedikit cerita parenting ala-ala mamanya triplet. Semoga bermanfaat 🙂
#ODOP #parenting #onedayonepost