“Mbak Ajeng, sebulan berapa kalo bertengkar sama suami?”
Begitulah kira-kira pertanyaan kepo tetangga saya ketika kami sedang asyik mengikuti workshop yang diselenggarakan Blogger Perempuan Network.
“Hehehe, lah baru kemarin itu kami bertengkar, tapi langsung baikan lagi sih” jawab saya sambil nyengir.
Iya, pasangan suami-istri mana sih ya ng enggak pernah bertengkar coba? Apalagi saya dan Yusuf yang kepribadiannya berbeda banget. Walau kami sama-sama berjuang saling menurunkan standar supaya bisa ketemu di tengah-tengah namanya kres mah tetep bae. Lagian, bertengkar enggak selalu jelek kok, kadang malah bisa bikin hubungan makin lengket asal bisa menanggulanginya.
Pertengkaran kemarin disponsori oleh janji yang tak terlaksana. Yusuf berniat mengajak saya dan anak-anak makan hokben sepulang dia bekerja. Anak-anak sangat excited sampai-sampai mereka mau disuruh bobo siang dengan mudah. Namun, rrncana hanyalah rencana karena pada akhirnya Allah yang maha menentukan segalanya. Yusuf pulang jam sembilan malam, ngaret sampai tiga jam.
Kebayang kan kecewanya anak-anak? Dan juga saya.
Maka ketika dia pulang saya acuh tak acuh, saya menolak permintaan maafnya dan menampik uluran tangannya. Saya marah, saya kecewa. Saya benci ketika dia menguraikan alasan keterlambatannya… Saya menyuruhnya untuk berhenti bicara, dan saya…saya menangis…
Karena melihat saya menangis, Yusuf pun meletakkan Yuan yang tertidur di pangkuannya dan berjalan mendekati saya lalu memberikan pelukan yang sangat erat.
“Kamu kecewa banget ya mah, maaf ya..maaf, aku sendiri juga kecewa” kata dia, terdengar seperti membenci diri sendiri.
Kami berpelukan cukup lama, mencoba menurunkan emosi masing-masing. Saya menengadah, melihat wajahnya. Ada bulatan hitam yang cukup jelas di bawah kelopak matanya, tanda kurang tidur dan banyak pikiran. Matanya terlihat lelah, dan saat saya tanya sudah makan atau belum jawabannya adalah belum.
Mendadak saya diserang rasa malu dan berdosa yang amat sangat. Ya allah, suamiku ini…kasihan banget pulang kantor kok dimarah2in istrinya.
Maafkan aku ya suamiku, maaf…