Yoga Andika dengan begitu serius menyampaikan bahwa dia pernah melihat bagaimana temannya, yang masih berusia SMP terpaksa berhenti sekolah dan menikah karena hamil di luar nikah. Kala itu, setelah menikah sang teman melahirkan seorang anak yang beratnya hanya 1kg saja. Tak sampai seminggu, anak tersebut akhirnya meninggal dunia. Kejadian ini begitu membekas, membuat nya bertekad agar tidak ada lagi hal seperti ini di desanya.
Baca Juga : Lima Pertanyaan yang Harus Terjawab Sebelum Menikah
Yoga yang pada tahun 2014 masih bersekolah di jenjang SMA merupakan ketua dari Laskar Pencerah, sebuah organisasi yang beranggotakan para pemuda dan pemudi di Tosari, Pasuruan. Dua tahun sebelum itu, yakni pada tahun 2012 angka pernikahan dini di desa tempat Yoga bertumbuh memang tinggi, yakni 22 orang.
Pernikahan dini tak ayal membuat permasalahan sosial yang pelik. Pernikahan yang dijalani oleh dua orang dengan usia yang sudah cukup matang secara umur dan finansial saja tidak selalu berjalan mulus, apalagi jika dilakukan oleh anak-anak. Banyaknya dampak negatif yang muncul akibat kawin di usia muda membuat Yoga dan teman-temannya berdiri melawan dengan mendirikan Posyandu Remaja.
Berdirinya Posyandu Remaja
Posyandu Remaja pertama kali didirikan pada tahun 2014 di Desa Wonokitri, Pasuruan, Jawa Timur. Sesuai dengan namanya, Posyandu ini dikelola olah para remaja dan untuk remaja. Jadi, anda jangan membayangkan sebuah program yang di handle oleh bapak-bapak atau ibu-ibu Puskesmas. Di sini, para remaja yang justru memberdayakan diri mereka.
Namun anda tidak perlu khawatir, karena Posyandu Remaja dibina oleh dokter dari Puskesmas Tosari sehingga berbagai agenda penyuluhan yang diadakan tidak salah informasi. Bagi para remaja di sana, membicarakan pendidikan seksualitas masih dianggap sebagai hal tabu. Padahal informasi tersebut justru sangat penting untuk diketahui.
Salah satu penyebab tingginya angka kawin muda di desa-desa juga karena anak-anak remaja tidak tahu tentang proses reproduksi dan tidak cukup mengetahui tentang organ reproduksi mereka sendiri. Oleh karena itu, di sinilah Posyandu Remaja bekerja. Agenda utama dari Posyandu Remaja adalah KIE (Konfirmasi, Informasi, dan Edukasi).
Posyandu Remaja melakukan penyuluhan di sekolah-sekolah yang berada di desa seperti Wonokitri, Mororejo, Tosari, dan desa-desa lain. Sepak terjang Yoga dan kawan-kawan lewat posyandu Remaja banyak mendapatkan respon positif.
Ida Purwati selaku Kepala Desa Wonokitri misalnya, menyampaikan bahwa ada perkembangan yang sangat baik dari remaja di desa setelah muncul Posyandu Remaja. Para remaja jadi semakin termotivasi untuk membangun kapasitas diri mereka.
Hal senada pun disampaikan oleh Musirini selaku Kepala SMAK Baithani Tosari. Beliau sangat mendukung langkah Posyandu Remaja dan sangat berharap agar berbagai penyuluhan terkait kesehatan remaja terus dilakukan setiap tahun.
Apa Saja yang Dilakukan oleh Yoga Andika dkk di Posyandu Remaja?
Yoga Andika mengatakan bahwa Posyandu Remaja lahir karena beberapa permasalahan seperti :
- Hamil di luar nikah
- Putus Sekolah
- Merokok di usia remaja
- dll
Posyandu Remaja sendiri merupakan kegiatan masyarakat dengan sasaran anak remaja dan tujuan akhir untuk mengurangi angka pernikahan dini dan juga anak yang putus sekolah. Lalu, apa saja yang dilakukan oleh Posyandu Remaja ketika sedang berkegitan?
Baca Juga : Marwan Hakim, Pencetus Pendidikan di Aikperapa, Lombok Timur
Hal yang paling pertama adalah mengecek kesehatan para remaja yang hadir. Mereka wajib melakukan absensi, mengukur Tinggi Badan, Berat Badan, tensi, dan juga penyuluhan. Materi yang disampaikan ketika penyuluhan berkisar tentang akibat negatif free sex, dampak buruk pernikahan usia muda, pengenalan berbagai penyakit berbahaya seperti HIV Aids, bahaya merokok, narkoba, dan masih banyak lagi.
Bagi Yoga, usia remaja adalah momentum untuk semakin banyak membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan juga pengalaman hidup. Kehidupan remaja tidak seharusnya berhenti karena hamil di luar nikah serta putus sekolah.
Hambatan & Dampak Positif Hadirnya Posyandu Remaja
Meski memiliki tujuan yang jelas dan baik, apa yang dilakukan oleh Yoga Andika dan kawan-kawannya tidak melulu tanpa rintangan. Tidak semua desa menyambut dengan baik Psoyandu Remaja, beberapa justru ogah-ogahan.
Hambatan lain datang dari orang tua para remaja itu sendiri. Mereka khawatir jika anak-anak teredukasi dan lebih memilih untuk melanjutkan sekolah. Para orang tua ini takut tidak mampu membiayai anak-anak mereka untuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka juga tidak paham dengan apa itu Posyandu Remaja sehingga tidak begitu mendorong anaknya untuk menghadiri agenda yang dilakukan oleh Posyandu Remaja.
Hambatan berikutnya adalah kaderisasi di organisasi Laskar Pencerah itu sendiri. Yoga mengatakan bahwa Lasakar Pencerah maupun Posyandu Remaja dikoordinir oleh para pemuda yang biasanya berada di jenjang SMA. Namun sebelumnya, harus ada kaderisasi terlebih dahulu sehingga agenda dan nilai-nilai organisasi tetap berada di jalur yang tepat.
Yoga yang pada tahun 2019 berkuliah di Malang menyatakan bahwa dirinya cukup sulit membagi waktu antara Laskar Pencerah, Posyandu Remaja, dan juga kuliah yang mesti diselesaikannya dengan penuh tanggung jawab.
Selain ketiga hambatan tersebut, ada juga hambatan lain seperti benturan dengan upacara adat. Namun. untuk hal ini, Yoga tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Keberadaan Posyandu Remaja yang digawangi oleh para pemuda Laskar Pencerah nyatanya membawa dampak positif yang luar biasa. Yang paling disorot adalah, pada tahun 2016 angka pernikahan usia dini turun menjadi 12. Harapannya, angka tersebut bisa turun terus hingga nol pada tahun-tahun berikutnya.
Dampak positif lain adalah perubahan mindset dari para remaja itu sendiri, khususnya remaja putri. Setelah semakin teredukasi, mereka tidak lagi ingin menikah di usia muda dan memiliki mimpi untuk bisa sekolah tinggi, bekerja, dan juga berkarier sehingga dapat memiliki kehidupan yang lebih baik.
Para orang tua juga mengalami perubahan pola pikir. Kini mereka mendorong anak-anaknya untuk lebih teredukasi dalam hal apapun. Anak-anak di desa Tosari, Mororejo, dan Wonokitri semakin banyak yang bersekolah ke jenjang SMA dan bahkan bangku kuliah.
Mendapatkan Penghargaan SATU Indonesia Awards
Pada tahun 2016, Yoga Andika mendapatkan pengahrgaan SATU Indonesia Awards di bidang kesehatan. Apa yang dilakukan oleh pemuda dari Pasuruan ini memang begitu hebat. Dia berani untuk menginisiasi sebuah program bertajuk Posyandu Remaja untuk menjawab permasalahan sosial yang ada di desa tempat tinggalnya.
Yoga bekerja dengan ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan atas apa yang dilakukannya. Dia melakukan hal tersebut dengan senang hati dan berharap agar tidak ada lagi kejadian sedih seperti nikah muda dan juga kematian.
SATU Indonesia Awards adalah program pemberian apresiasi untuk generasi muda Indonesia yang berprestasi dan mempunyai kontribusi positif untuk masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Rasanya tidak mengherankan dan Yoga Andika memang sangat pantas untuk mendapatkan penghargaan ini.
Yoga berharap agar Posyandu Remaja bisa diduplikasi oleh pemuda-pemudi dari desa lain. Seperti yang selalu dia sampaikan, saat remaja seharusnya diisi oleh berbagai kegiatan bermakna dan juga bermanfaat.