Masih enggak percaya kalau kemarin bisa kencan kilat berdua tok sama Yusuf.
– Madam A-
Bapak, Ibuk, kapan terakhir kali pergi keluar alias kentjan alias nge-date alias pacaran berdua tok til tanpa digandulin anak-anak?
Sayup-sayup terdengar suara di kejauhan “Kencan itu apa? Saking lamanya bahkan udah enggak inget.”
Kalau yang sama-sama kerja sih biasanya tiap hari masih punya kesempatan untuk boncengan dan ngobrol berdua yak. Misalnya pengen sarapan bareng pun bisa disiasatin untuk berangkat lebih pagi, atau pulang lebih malem supaya bisa berduaan dulu.
Baca Juga : Cemburu dan Cara Terbaik Untuk Menyampaikannya
Sayang sekali hal diatas jarang banget dirasakan oleh pasangan yang satu bekerja, satunya Ibu Rumah Tangga. Apalagi anaknya lebih dari satu, dan tanpa pembantu. Saya bilang begini based on pengalaman serta pengamatan ke beberapa teman yang kondisinya serupa ya.
Kadang, kalau lagi enggak waras rasanya iri banget loh.Saking siriknya, enggak jarang saya ngomong dalam hati, duh aku kok kepengen ya kayak gitu, pagi-pagi udah bisa lepas dari kewajiban ndulang, ngajak main, dan bersihin pup anak-anak, ketemu lagi malam hari, pas mereka udah ngantuk. Sepertinya kok enak banget ~
*eaaa julidnya keluar*
Alhamdulillah, ketika pikiran itu muncul, saya sering mencoba untuk memosisikan diri jadi anak-anak. Gimana ya perasaan mereka yang pagi-pagi udah ditinggal? Kadang posisi baru bangun banget, masih ingusan dan ileran, cuma kebagian cium dijidat terus ayah ibunya sudah melesat pergi lagi.
Kalau mikirin ini, biasanya sih otomatis saya kembali jadi agak waras, agak yaaa. Baru bener-bener waras biasanya kalo udah selesai sarapan, *eh.
Tapi itu tadi cuma pikiran selintas saja kok. Saya sadar banget kalau ini memang sudah menjadi keputusan kami berdua. Biarlah dia memenuhi kewajiban untuk bekerja dan saya membantu membersamai anak-anak. Sesuatu yang tidak pernah berhenti saya syukuri karena saya memiliki privilege untuk melakukan hal tersebut.
Tapi memang yang namanya perasaan enggak bisa dibohongi. Jauh di dalam hati yang terdalam, sesekali saya juga pengen kembali merasakan pergi berdua saja. Jalan di mall sambil gandengan dan gelendotan. Tanpa perlu merasa horor saat harus melewati toys kingdom . Tanpa perlu ambil jalan memutar untuk menghindari game fantasia serta amazone.
Well, ini bukan berarti saya enggak sayang anak-anak sehingga tidak ingin mereka ikut loh. Bukan banget. Rasanya cukup manusiawi deh bila saya punya keinginan untuk bisa makan berdua dengan tenang. Sambil ngunyah sambil ngobrol santai tentang segala hal. Terus suap-suapan. Terus kode-kodean. Eaaaakk
Selain itu, sebagai pasangan, saya dan suami meyakini bahwa kami tetap membutuhkan bahan bakar untuk menjaga ‘sparks’ itu tetap ada.
Baca Juga : Makanan Afrodisiak Untuk Pasangan
Masak iya kemesraan antara suami dan istri setelah memiliki anak hanya ada di atas ranjang saja? Ya emoh dong. Dipikir istri adalah boneka nganu-nganu yang siap pakai kalau pak suami lagi pengen po? Dipikir istri enggak punya jiwa dan rasa, pengen dirayu dulu sebelum tangannya situ mau grepe-grepe ke mana-mana?
KENCAN KILAT , BOLEH ENGGAK SIH?
Boleh enggak boleh, tergantung situasi dan kondisi masing-masing pasangan. Jika memang suami istri udah juaraaanggggg banget memiliki waktu berdua yang berkualitas sehingga hubungan terasa hampa, sebaiknya sih harus diusahakan ya. Tapi kalau emak dan bapaknya udah berduaan melulu pas pagi dan malem ya mbok sadar diri, anak-anak juga butuh perhatian.
Pengalaman pribadi selama ini, saya dan Yusuf berani untuk kencan kilta bila kami pulang ke Jogja. Soalnya di sana ada kakek-nenek serta sepupunya. Intinya, banyak keluarga yang bisa dipercaya untuk menitipkan anak. Toh anak-anak juga asyik main bareng, enggak ngeh kalo orang tuanya ngacir bentar ke nanamia pizza misalnya.
Kami juga enggak segan untuk membiarkan anak-anak bersama kakek dan neneknya. Mereka ini jarang bertemu. Jadinya, mereka seneng-seneng aja sesekali direpotin sama cucu (dan menantu).
Tapi sedihnya, hal ini adalah sesuatu yang jarang bisa terjadi.
Saya sadar banget kalau keluarga kecil saya sudah bertambah anggotanya. Ini berarti jumlah tiket yang harus dibeli untuk PP lumayan. Jadilah kami pulang ke sana jarang-jarang, kalau enggak lebaran ya lebaran haji.
To sum up, dalam setahun saya hanya punya waktu SEKALI untuk pergi berduaan sama suami. Sedih amat enggak sih? *kemudian menghela nafas*
Saya masih ingat, terakhir kali kencan kilat sama Yusuf adalah saat saya hamil Aylan. Ketika itu kami nonton di CGV Hartono Mall. Itu loh, bioskop yang ada kasurnya ntuuh. Yusuf sengaja pesen tiket di sana karena lihat saya yang udah ngamuk dan mewek-mewek, pulang ke Jogja tapi enggak diajak jalan. Ngerasa anak istri udah aman di tangan mertua serta orang tua, dia malah asyik main dota.
Ya Allah ya rabb, baper setengah modar akutu kalau Yusuf udah mainan dota. Mangkel banget. Soalnya udah pasti kalah pamor kalau harus face to face sama dota.
Meski endingnya memang berjalan baik, keinginan untuk nonton tercapai, tapi tetep aja gondok. Kok ada gitu ya orang yang rela ngabisin duit berjuta-juta buat beli tiket dan bercapek-capek di perjalanan hanya untuk menikmati dota. Dan kok ya kenapa harus kejadian sama saya gituh, huks.
KENCAN KILAT 90 MENIT
Mari kita move on dari kisah sedih kencan karena enggak mau kalah sama dota.
Usia Aylan saat ini setahun 4 bulan. Kalau dihitung pakai jari, setidaknya sudah 16 bulan sejak terakhir kali kami pergi layaknya orang pacaran.
Saya sendiri udah hopeless , udah mencoba ikhlas untuk menerima nasib kalau kencan kilat berdua hanyalah halu semata. Pokoknya yang penting komunikasi kami masih baik dan anak-anak sehat, itu semua lebih dari cukup. Wis pantes disyukuri.
Tapi… enggak tahu kenapa, ketika kita pasrah dan enjoy dengan kehidupan, semesta justru bersatu padu menyiapkan sebuah kejutan. Senin, 25 Februari 2019 barangkali bakal jadi hari yang tak terlupakan. Sekitar jam 10 pagi Yusuf tiba-tiba telepon, nanya apakah ART kami bisa extend sampai jam 7 malam.
“Enggak tahu, emang kenapa?” tanya saya yang saat itu lagi ngunyah indomie.
“Aku mau ngajak kamu pergi sebentar, sejam juga enggak apa-apa, yang penting berdua. Anak-anak biar sama si mbak dulu, kita makan. ” jawabnya.
Saya langsung keselek. Mie yang saya makan nyangkut di tengah tenggorokan.
“Halo..halo, kok kamu diem? Kamu masih di sana kan?”
Ya Allah, suamiku kesambet apa kok mendadak banget bikin rencana, buat berduaan pula? Ini beneran Yusuf atau Keanu Reeves sih? batin saya, ngarep. Sambil sesekali nyubit pipi, khawatir kalau saya sudah berpindah di dunia yang enggak nyata.
“Mah, yowis pokoknya kamu nanti kabarin ya jadinya gimana. WA aja.” lanjutnya lagi.
Kemudian telepon ditutup, meninggalkan saya yang masih enggak percaya. Alih-alih bertanya sama si embak, saya justru sibuk menetralkan degup jantung yang berantakan. Baru juga diajakin buat nge-date, hati ini udah deg-degan enggak ketulungan! Rasanya kayak melayang sampai akhirnya kembali ke bumi karena kejedot eternit.
Jujur, malam sebelumnya kami sempat berselisih paham. Pagi hari pun saya masih bersikap agak dingin karena bete-nya belum hilang. Makannya, jangan-jangan ajakan kencan kilat ini adalah bentuk permintaan maaf? Hmmm….
Niatnya sih mau tetap melanjutkan protes bersikap kaku dan buang muka, tapi…
Yes! Yes! Yes! Mau permintaan maaf kek, mau permintaan sumbangan kek, mau permintaan guling-guling kek, saya enggak peduli. Toh gagasan ini datang dari dia. Dari sekian ratus purnama, akhirnya doski punya inisiatif untuk memulai. Sesuatu yang pantas untuk diapresiasi, dan disyukuri.
Siang harinya dia WA, kebetulan banget dia dapet tugas yang mengharuskan kunjungan ke luar. Nah, gara-gara tugas inilah dia jadi punya kesempatan untuk pulang ke rumah lebih cepat. Saya memutar bola mata, heran. Niat baik suami tercinta ternyata diberkahi oleh Sang Pemilik Alam.
Sebetulnya, saya sempat merasa ragu, ini beneran enggak apa-apa anak-anak saya tinggal? Egois enggak ya kalau saya pergi berdua aja? Terus, yang jadi pertanyaaan utama adalah: si Yusuf ngajakin makan keluar tuh uang darimana, kan uang dia aku bawa semua? Hmmm…
Setelah seratus ribu kali berpikir ulang, barulah saya merasa yakin bahwa I need to take this chance. Enggak usah mikir yang jelek-jelek, jalani aja, nikmati aja. Betul kalau anak-anak butuh kita dahulukan kesejahteraannya. Tapi menjaga keutuhan hubungan dengan suami pun boleh kok sesekali dilakukan.
Seperti ABG yang mau diajak kencan pertama, saya membuka lemari dan bingung, mau pakai baju apa? Mikir terus sampai akhirnya Yusuf datang jam 4 sore. Badalah, kaget saya karena dia betul-betul dateng jam segitu. Kan biasanya ngaret, wkwkwk.
Ujung-ujungnya saya ngambil baju secara waton, bahkan enggak sempat mandi. Cuman pupuran dan lipenan. Yusuf mengamati warna baju yang saya pakai, kemudian dia pun ganti baju, menyesuaikan. Ini hal receh. Sederhana banget. Tapi ngelihat dia mau ngelakuin ini, rasanya kok terharu.
Saya memastikan makan malam anak-anak, tidak lupa menitipkan uang pada si embak, barangkali ada kebutuhan. Karena sebelumnya saya juga sudah sounding, alhamdulillah kami bisa berangkat tanpa drama.
Senang sekali ketika akhirnya bisa motoran berdua. Saya bisa bebas memeluknya dari belakang. Sesekali bersandar pada punggungnya yang bidang. Dibilangin lebay juga biar, masak yang udah sah kalah sama yang belum ada kejelasan #tsaah.
Yusuf juga nyebelin sih, dikit-dikit ngerem. Nyari kesempatan banget *If you know what I mean* Bahahahahak!
“Mau makan di mana?” tanya saya
“Holycow mau?” jawabnya balik bertanya
“Emang kamu punya uangnya?”
“Enggak usah mikir, kamu mau atau enggak?”
Kali ini saya tidak berpikir seratus ribu kali untuk menjawab ya.
***
Tidak sampai lima belas menit kami sudah sampai di Holycow Bintaro. Masih sepi. Dari parkiran, dia menggamit tangan saya, baru dilepas saat memilih meja.
Saya dibebaskan untuk memilih menu. Senang juga bisa memilih makanan yang betul-betul kita mau karena seringnya saya memesan makanan yang bisa dimakan oleh anak-anak. Begitu selesai kami ngobrol berdua.
Dan…teman-teman tahu, dari tingkahnya yang canggung saya bisa mengambil kesimpulan bahwa sebenarnya dia pun gugup banget. Kami berdua bener-bener kayak abege alay. Gemes lihatnya, hahaha.
Topik obrolan kami selama berdua tentu saja tentang anak-anak. Bagaimana si abang, bagaimana si teteh, dan bagaimana si bungsu. Hati saya menghangat. Meski kami hanya membicarakan hal receh, momen itu tetap terasa istimewa.
Kejutan masih berlanjut karena begitu selesai makan, dia ngajakin untuk foto berdua. Saya dirangkul pula. Duh, mendadak tingkat kegantengannya jadi melebihi Justin Trudeau. Le Min Ho pun jadi berasa rempeyek.
At the end of time, sisa-sisa permasalahan semalam langsung hilang tak berbekas.
KENCAN KILAT, SEBENTAR TAPI SEMPURNA
Setelah ditotal, waktu yang saya habiskan untuk berduaan dengan suami adalah 90 menit. Ini sudah termasuk waktu untuk di perjalanan pulang dan pergi. Sebentar banget kalau dibandingkan waktu-waktu yang tidak kami habiskan bersama.
Tapi tetep aja, saya happy luar biasa saat tahu bahwa getaran di antara kami masih ada. Almost seven years of marriage and we still have it.
Dan memang harus diusahakan untuk selalu ada sampai maut memisahkan sih yaaa.
Kemarin itu saya agak kaget juga karena diajaknya ke tempat yang agak fancy. Soalnya bagi saya, makan di mana tuh enggak penting-penting banget asalkan sama dia. Cuma jajan batagor ataupun bakso pinggir jalan juga enggak masalah.
It’s not about the place that make a moment special. It’s the people you spend it with
anonymous
Mungkin karena emang sifat dasar emak-emak yang lebih mikirin beli popok dan susu kali ya? Jadi berasa sayang kalo habis buat mamam berdua tok, hihi. Tapi yawis, kan enggak setiap hari ini.
Alhamdulillah ketika pulang, anak-anak juga baik. Saya jadi tenang dan enggak terlalu merasa bersalah udah ninggalin mereka.
Apakah kencan kilat kayak gini akan dilakukan lagi? Maybe yes maybe no, pokoknya tergantung situasi dan kondisi aja. Kalau bisa mah hayuk bae, kalau enggak bisa yaudah. Pengalaman mengajarkan, rencana impulsif lebih banyak berhasilnya dibanding yang direncanakan.
Lagian, kalau terlalu sering dilakukan takutnya jadi enggak berasa istimewa lagi, hahah.
Anyway, kalau temen-temen sendiri, apa nih yang dilakukan supaya api cinta tetap membara? Sini kasih tau, kali-kali bisa ditiru 🙂
18 Komentar. Leave new
Mbaaaaaak… Aku senyam-senyum sendiri bacanya. 😀
Kerasa banget sama diriku sendiri, yang lagi LDM-an dan haus kencan begini. Huhu. Sesekali mau deh begini juga *copas link terus kirim ke WA suamik* *kode apa nyuruh* 😂
Iya aku pernah mba,,, jd keingetan awal2 sblum menikah😁 boleh banget malah kncan kyk gini sama misua biar menimbulkan rasa2 yg kyk dulu
Wah justru daku mau meniru Mbak Ajeng, tapi yah nanti pas udah halal, hahha.. Kenapa juga harus 90 menit, kok seperti lagi menghadapi ujian sekolah 😂😂😂
Pengen juga ngeDate gitu.. Hiks, sayangnya kami perantau yang jauh dari sanak saudara bingung nitipin anak. Xixixi.. TApi sebenarnya hal receh gini bisa membuat jatuh cinta berkali-kali kepada pasangan kita
Aihh kudu di tiru ini..walaupun suami ga romantis tapi kalau sering sering di ajak kencan pastin luluh juga ya sama istri
Asyeeekk bisa kencan kilat. Aku jg suka merasa iri kok mbak sama yg bisa sering2 kencan haha. Kalau aku paling skrng ini bisanya ninggal anak saat ke minimarket atau pasar barang sejam sama suami, ya itu wes kencannya. Anak2 dah bisa ditinggal klo kyk gtu haha. Kalau ngemol, makan, nonton, nunggu mbahnya atau tantenya datang ke rumah😆😁
Terakhir pergi berdua suamo bulan lalu, dia nganter,nungguin saya event eh bukan termasuk kencan ya hehehe. Sejak punya anak belum pernah kencan lagi hehe
Saya bacanya ngakak2, Mba.. hahahaha.. semua yg ditulis tuh bener banget. Saya terakhir kencan sama pak suami pas aniversary yg ke 16th. Kencannya nyobain naik railink ke bandara soetta hahaha.. sederhana sih.
Tapi itu ga mendadak dan full planning buat nibggalin bocil. Ituoun ide saya, karena memang mau ngerasain kencan bedua. Saya masih ngg nih inisiatif dari dia. ^_^
So sweett bangeeett. Aku intip-intip di sg kelihatan banget sumringahnya hihii. Btw, baca ini dari atas sampai bawah aselii campur aduk antara ngakak dan senyum-senyum mupeng hihii
Asyikkk..meski kilat tapi bermanfaat…Suka, jadi mupeng ngedate 90 menit akutuu
Aku sih meski anak udah gede ya tipsnya curi-curi waktu. Misalnya, saat anter atau jemput ke bandara-pas Paksu ke luar kota, biasa cuma berdua,karena anak-anak sekolah. Nah, di situlah kami sempatin ngopi sebentar di dekat gate. Atau pas dianya pulang cepet sementara anak-anak masih les, kami sempatin deh keluar bentar cari rujak cingur.dekat rumah.Pokoknya singkat-singkat tapi lumayan sering
Wah baru tahu nih kalau ada kencan kilat. Kalau udah nikah dan punya anak kayaknya waktunya terbatas banget deh. Nanti kalau aku udah nikah dan punya anak maka aku pengen juga deh bisa kencan kilat tapi waktunya lebih dari 90 menit. Hehehehe.
uhuuuiii, berasa kencan pertama gitu yaaa Mbak, alalaa ABG, dag dig dug serrrnya gak tahaaann, hihihih..
saya ama Suami? kapan yaaa terakhir kencan gini? hiiuuuu,, orangnya malasaann klo diajak ngedate, hiksss
Aku dan suamiku sama-sama jalankan usaha bareng mba, jd kita punya banyak waktu di rumah tapi tetap aku merasa perlu dan butuh banget nge-date berdua saja. Tetap waktunya suka ngga ada ahaha. Jd mau kerja salah satau atau keduanya jalankan usaha bareng, tetap selama masih punya anak kecil, kita jarang punya waktu nge date ahaha
Romantis ya mba.. Dan keromantisan in memang sebaiknya selalu dijaga. Kalo Saya apa yaaa..? Kayaknya momen-momen naik motor deh, Kan dia di depan Saya di belakang. Atau ketika anak-anak udah pada bobok, sempatin ngeteh berdua walo di rumah aja..
Aku bacanya sambil mesem-mesem mbak. Ikut bahagia. Semenjak punya anak waktu pacaran jadi hilang ya. Aku sih anak masih satu dan kecil. Jadi masih dibawa kemana-mana. Pernah ninggalin buat nonton konser, lama sih 5 jaman soalnya kena macet juga. Gak enak soalnya anak ngamuk. Huhu. Pada akhirnya kita cuma boleh kencan kilat ya. Gak bisa lama-lama
Gak kebayang gimana rasanya pacaran kilat mbak, kl udah punya anak pastinya tetap kepikiran sama anak anak di rumah ya mbak
Aduh jadi baper akutu mbak. Hehe.. aku sih kalau jalan apalagi konteksnya kencan gitu, nah itu pasti luamaa. hehe But this is new.
Saya termasuk beruntung karena selain sekantor dengan paksu, anak yang no. 1 & 2 sudah remaja, jadi sekarang justru saya yang menghayo hayo mereka untuk ikut pergi dengan kami yang biasanya juga banyak gagalnya.. alasan utama MAGER (andalan bangets kids jaman now )
Tapi memang beberapa tahun belakangan saya sering sekali kencan dengan paksu, ntah sekedar makan siang bareng atau yang jalan – jalan lebih serius. Hanya saja kebiasaan ini berkurang drastis sejak anak bontot saya lahir, karena usianya yang baru bilangan bulan, saya agak malas pergi2, gembolannya udah kaya orang pindah soalnya. Kangen juga sebenarnya pergi berduaan, tapi ngga apa2lah.. kami sendiri juga sedang menikmati masa masa punya anak bayik diusia yang sudah terbilang muda, yang ada malah ledek2an nanti kalo nganter si bontot sekolah jangan sampe dibilang diantar kakek atau neneknya neeehhhhh hahahaha