Awas aja kalau sampai ada yang bilang belajar sex education itu enggak penting. Ini jaman edan woi !
– Madam A –
SEX EDUCATION : TABU DAN SARU
Beberapa waktu yang lalu, saya dan teman-teman mengadakan kelas parenting yang membahas tentang sex education bersama ibu Safithrie Sutrisno. Tidak lama setelahnya, saya iseng ingin berbagi sakuprit cerita dengan membuat sebuah instastory di instagram. Pada tayangan awal, sebuah pertanyaan pun dilempar ; Wahai para orang tua jaman milenial, seberapa penting sih bagi kalian memahami tentang sex education?
Semua yang vote, baik itu emak-emak atau babe-babe ternyata memilih penting banget. Hamdalah dan sujud syukur untuk itu.
Tidak perlu menunggu lama sampai sejumlah teman mengirim pesan pasca cerita tersebut tayang. Mereka bertanya tentang segala tingkah polah anak yang ada kaitannya dengan sex education. Dari beberapa diskusi singkat, saya bisa menarik kesimpulan bahwa memang kami para orang tua ini miskin ilmu, terutama ilmu tentang masalah begituan. Ya, kalo tentang jurus atau posisi bikin anak sih udah pada hafal di luar kepala deh, yaqin aqu. Tapi coba begitu berhadapan sama anak yang tanya “Mama, kenapa tytyd aku begini tapi tytyd si otong begitu” dijamin langsung bingung celingukan dan kebakaran jenggot. Cuma bisa mangap karena kehabisan kata-kata, ye kan?
Masih sedikit orang tua yang tidak malu atau merasa risih bahkan untuk mengajari anaknya mengenal jenis kelaminnya masing-masing. Akibatnya anak-anak menerima informasi yang tidak tepat. Kalau boleh jujur, saya pun dulu terjebak pada pola perilaku semacam ini.

Komunikasi yang tepat sangat membantu penyampaian sex education yang benar
Iya saya tahu, saya paham banget bagaimana kondisi masyarakat kita yang menganggap bahwa pembicaraan tentang sex itu sesuatu yang tabu dan saru. Padahal ya enggak juga loh, semua tergantung pada sejauh mana keterampilan berkomunikasi kita dengan anak. Tapi ya justru ini akar masalahnya, komunikasi yang tepat.
Baca Juga : Parents, bangun komunikasi yang baik yuks!
MENGAPA KITA PERLU MEMAHAMI SEX EDUCATION?
Kalau ada teman-teman yang membaca blog ini dan masih merasa ragu tentang betapa seriusnya masalah memberikan pemahaman yang benar tentang sex kepada anak, mari sini saya ceritakan sesuatu pada kalian. Fyi, cerita ini nyata ya, dipaparkan oleh bu Fithrie di awal kelas dan sukses membuat kami semua yang hadir merinding menahan nafas.
Cerita 1 ~
Alkisah, ada seorang anak SD yang bertanya kepada orang tuanya, pertanyaan yang mudah aja sih aslinya. Pertanyaan yang hampir pasti ditanyakan oleh semua anak di muka bumi.
“Ma, adek bayi itu datangnya dari mana?” tanya dia dengan polosnya.
Sama seperti kita, para orang tua yang fakir ilmu kalau ditanyain hal begini. Si ibu kontan kaget, panik dan tidak siap. Kemudian, alih-alih menjawab, si ibu ini justru marah.
“Nanti, kalau kamu udah dewasa kamu bakal tau sendiri,” ucapnya kesal sambil menyuruh si anak untuk diam.
Yap, ini adalah tipe jawaban standar termudah bagi orang tua yang enggak mau ambil pusing. Nggak usah denial, faktanya orang tua kita jaman dulu melakukan hal yang sama kan? Dan kita pun menduplikasi bagaimana cara orangtua kita yang dulu. Hanya saja, sayang sekali, si anak yang tidak puas dengan jawaban alakadar ibunya ini malah jadi semakin penasaran. Kenapa sih mama enggak mau jawab? Ada apa? Mungkin itu yang dia pikirkan dalam hati.
Lalu anak ini bertemu dengan tetangganya, seorang anak laki-laki usia SMP. Entah bagaimana, si anak mengajukan pertanyaan yang sama yang dia ajukan ke mamanya kepada si tetangga. Kalian tahu jawaban dari tetangganya yang anak SMP ini?
“KAMU PENASARAN YA? SINI AKU AJARIN”
Sampai di sini, kami semua shock. SHOCK BERAT! Tahukan kalian, anak SD ini “diajari” oleh tetangganya yang SMP itu selama dua tahun. DUA TAHUN YA ALLAH, BAYANGKAN! Dua tahun si anak mengalami pelecehan seksual tanpa diketahui oleh orang tuanya.
Lalu pada suatu waktu, si anak mengeluhkan sakit pada alat kelaminnya. Ketika hal tersebut akhirnya terbongkar, semuanya sudah sangat sangat sangat terlambat …
***
Cerita kedua adalah kisah nyata yang saya alami sendiri. Sempat saya posting di laman Facebook pribadi dan dishare sampai puluhan kali walau tidak viral.
Cerita 2 ~
“Mah, itu si Yuan bilang kalau penisnya tiba-tiba kerasa geli terus jadi lurus” kata Yusuf (suami saya) tiba-tiba, dengan suara yang agak panik.
Saya mengernyitkan dahi, bingung. “Lah, emang kalian habis ngapain to?” Tanya saya yang tahu kalau ayah dan anak ini habis melakukan aktifitas berdua.
“Aku ngajakin Yuan nonton Final Fantasy bareng. Enggak ada yg aneh-aneh, cuman emang tokoh perempuannya pake celana pendek,” jawabnya. Saya mendeteksi ada nada meminta maaf dari ucapan Yusuf.
Saya muntab. Kesel! Rasanya pengen ngambil gada terus nggeprukin ke Yusuf berkali-kali atau njejelin cabe seratus biji ke kepalanya. What? Emang sih saya penggemar pasangan Yuna dan Tidus dari FF IX yang muncul di lagu Melodies Of Life. Tapi tapi tapi, mengajak anak umur lima tahun untuk menonton film yang saya tahu betul tokoh perempuannya berpakaian agak terbuka itu, itu..
antara Yusuf sudah bosan hidup, atau kangen saya omelin.
Namun alih-alih pergi ke tukang sayur untuk mewujudkan impian jejelin cabe ke suami saya tersayang, saya pergi menghampiri Yuan. Saya peluk dan elus rambutnya perlahan. Ya allah, tidak terasa si bayi itu sekarang sudah sebesar ini.
“Abang, tadi ayah cerita katanya abang ngerasa penisnya geli ya?” Tanya saya lembut
Dia mengangguk dan menjawab dengan wajahnya yang polos ” Iya mah,tadi yuan lihat gambar perempuannya, terus penis yuan kerasa geli. Eh, jadi lurus, ihihihi”
Saya menghela nafas sambil terus mengelus rambutnya. Ya Allah, betapa saya seorang fakir ilmu, untuk kasus seperti ini saja saya masih bingung bagaimana cara menghadapinya. Alhamdulillah, sampai titik ini minimal kami tidak panik histeris.
Saya berpandang-pandangan dengan Yusuf. Setelah melakukan telepati akhirnya kami sepakat untuk menanyakan hal ini pada Bu Fithrie.
Malam harinya saya menanyakan hal tersebut pada si ibu
“Bu, kalimat apa ya yang kira-kira pas untuk menanggapi pengalamannya si Yuan?” Tanya saya setelah bercerita panjang lebar.
“Oh, kalau masalah itu sih ajeng tinggal katakan kalimat ini : “Alhamdulillah, itu artinya Yuan adalah anak laki-laki yang sehat. Sudah, sampai situ saja” jawab si ibu, lugas dan mudah dipahami, seperti biasa.
Akhirnya saat hendak pergi tidur, saya dan Yuan merecall kejadian tadi siang. Apa yang disampaikan si ibu saya sampaikan kembali ke Yuan. Saya katakan bahwa Yuan adalah anak laki-laki yang sehat.
Saya bersyukur Yuan tidak malu ataupun menolak untuk berbagi cerita tentang hal tersebut kepada saya ataupun ayahnya. Bagaimanapun, kami berdua berusaha sebisa mungkin untuk menjadi teman tempatnya berbagi. Ngeri banget kalau Yuan sampai menyembunyikan hal ini dan cerita ke temen2nya dan justru mendapatkan pemahaman yang salah.
Bagaimana dengan tanggapan Yuan? Oh dia tersenyum bahagia karena disebut anak laki-laki yang sehat. Baiqla, untuk sementara ini, case closed.
***
Cerita terakhir based on true story juga ya. Pertanyaan ini dilemparkan oleh seorang ayah yang memiliki anak gadis yang sudah sekolah dasar. Diskusi ini cukup seru dan bikin kami manggut-manggut juga.
Cerita 3 ~
“Ayah, fuck itu apa? Kok temen-temenku suka sekali ngomong fuck?”
Kalimat itu keluar dari seorang ayah yang gusar dengan pertanyaan anak gadisnya yang berusia tujuh tahun (SD). Ketika itu kami sedang mengikuti kelas parenting bersama Bu Fithrie.
Seketika kelas menjadi hening.
“Lalu bapak jawab apa?” tanya ibu.
“Saya jawab saja kalau itu kata yang tidak baik,” jawab si bapak
Bu Fithrie tersenyum, “Lalu apa tanggapan anak bapak?”
“Nah, itulah bu. Anak saya jadi tanya lagi, tidak baik di bagian mananya? Apanya yang tidak baik? Saya jadi bingung gimana harus menjawabnya” keluh si bapak sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Katakan saja arti adanya dari fuck itu,”ucap beliau sambil memandang kami semua.
Tiba-tiba bu Fithrie mangacungkan jari tengah lalu menghadapkannya ke bawa dan berkata “Ayah bunda semua, ini adalah FUCK,” katanya dengan suara tegas.
“Ini,” Bu Fithrie menggerakan jari telunjuk yang diacungkannya ke arah bawah “adalah PENIS. Sedangkan ini,” beliau menggunakan tangan satunya untuk menunjuk dua jari di kanan-kiri yang dikepal “adalah SKROTUM. Itu properti lengkap kemaluan laki-laki”.
Kami semua menganga.
“Setelah itu katakan dengan jelas bahwa : AYAH MARAH SEKALI KALAU KAKAK SEMBARANGAN MENGUCAPKAN KATA ITU,” terang beliau lugas.
“Oh iya, hal ini berlaku untuk semua kata kotor apapun ya. Terangkan artinya kemudian jelaskan bahwa kita akan sangat marah bila kata itu diucapkan sembarangan,” tambah beliau.
Notes: saya membuka beberapa kamus, arti dari kata fuck sebenarnya lebih pada intercourse. Namun saat mengatakan fuck biasanya dibarengi dengan tindakan mangacungkan jari tengah.
Pemaparan di atas adalah cara termudah bagi orang tua memaparkan hubungan kata dan tindakan saat melihat orang lain mengatakan fuck. Terutama bila anak-anak kita di bawah 17 tahun.
***
PENGERTIAN SEX EDUCATION SESUNGGUHNYA
Apa moral of the story yang bisa kita ambil dari tiga cerita nyata di atas? Apakah sudah cukup menampar dan membangkitkan kesadaran kita semua akan kenyataan problematika sebagai ortu jaman now yang makin rumit? Betapa kita sangat perlu banyak-banyak belajar tentang seksualitas. Eh tapi nggak cuman itu, kita juga butuh tahu bagaimana cara menyampaikan hal tersebut pada anak. Fiuuhhh *elapkeringet*
Sekali lagi tolong dimengerti, anggapan tabu dan saru yang tidak tepat justru menghambat proses pemberian sex education. Sini deh tak kasih tahu, sex education adalah pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi serta cara menjaga dan memeliharanya. Seiring bertambahnya usia anak, sex education juga menjadi landasan pengetahuan mengenai cara bergaul yang sehat dan bertanggung jawab sesuai nilai-nilai agama dan norma yang berlaku di masyarakat.
Piye, jauh banget kan arti sebenarnya sex education sama prasangka yang sudah dibangun sama masyarakat jadoel?
Baca Juga : Hal Sederhana Untuk Ibu Bahagia
Dalam kasus cerita pertama, itu adalah contoh nyata bagaimana bila anak-anak tidak mendapatkan pendidikan seksualitas yang genap. Mereka, anak-anak yang penasaran itu akhirnya lari ke TV, internet, buku atau teman. Kebayang dong apa yang akan mereka temui nanti di internet? Hiiiiii, seremnya ngalah-ngalahin ketemu genderuwo tauk.
TIPS & TRIK YANG BISA DILAKUKAN
Terus harus gimana jeng? harus gimanaaaaaa?
Belajar.
Iya belajar. Cuman itu yang bisa kita lakukan. Mungkin manteman bisa ikut seminar atau bikin kelas parenting tersendiri seperti saya atau baca buku atau baca blog ini misalnya *uhuk*.
Ada beberapa tips dan trik yang akan saya tuliskan di sini dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan atau tingkah laku anak yang berkaitan dengan sex education. Tips dan trik ini saya dapat dari Bu Fithrie dan pengalaman pribadi ya. Barangkali teman-teman bisa menduplikasinya. Monggo disimak.
- Don’t Be Panic! Saya tahu dan paham banget gimana rasanya dapat pertanyaan tidak terduga dari anak. Walaupun saat itu ingin teriak “what are you asking about dudeee???, kita harus tetap menahan diri dan menampilkan wajah kalem. Tunjukan pada anak-anak bahwa pertanyaan mereka adalah suatu hal yang biasa wae. Bila memang hal itu bikin kita shock banget dan terasa sulit, teman-teman bisa minta waktu untuk tarik-hembus nafas sambil istighfar dulu. Hati dan pikiran yang tenang menghasilkan jawaban maksiat, eh maksimal maksute.
- Cari tahu seberapa jauh pemahaman anak. Selesai menangkan diri, tersenyumlah wahai engkong dan enyak semua. Coba deh tanya balik ke mereka. Bagaimanapun, jawaban yang kita berikan harus sesuai dengan usia, kemampuan berpikir serta perkembangan emosi anak. Mungkin, untuk kasus yang bertanya adek datang dari mana kita bisa menangkis dengan kalimat “Kalau menurut kakak, adek datang dari mana…?” Bila jawabannya adek datang dari Planet Mars, fix itu warning anak kita kebanyakan nonton anime enggak jelas. Nah, jawaban si anak akan menjadi salah satu landasan kita untuk menjawab pertanyaan inti. Kalau masih balita bilang saja dari perut mama, sudah sampai di situ saja. Kalau sudah SD tapi masih kelas rendah bisa dikatakan dari Vagina. Kalau SD kelas tinggi, bisa diajak nonton videonya Harun Yahya yang menjelaskan tentang sel repdroduksi. Lima belas menit awal aja sudah cukup, kalau kelamaan takut bosen. Video ini yang di sarankan oleh Bu Fithrie ya. Saya sendiri sudah menyiapkannya kalau-kalau tetiba nanti Yuan mulai bertanya-tanya lagi.
- KISS (Keep Information Short and Simple). Sampai usia lima tahun anak-anak hanya menerima tujuh kata di awal ya manteman. So, gunakan kata-kata yang pendek dan sederhana. Seperti dalam kasusnya Yuan, tanggapan “Karena Yuan anak laki-laki yang sehat” itu sudah cukup.
- Jika belum punya jawaban, tunda dan katakan dengan jujur. Kadang walau sudah exhale-inhale dan istighfar sampai seratus kali kita masih merasa bingung. Biasanya ada dua alasan, antara enggak bisa nyusun kata-kata untuk jawab dan enggak tahu apa-apa sama sekali. Bila memang sudah stuck, ya sudah tinggal berkata JUJUR dan MINTA WAKTU. Contoh kalimatnya mungkin bisa begini, “Wah, pertanyaan abang sepertinya agak membingungkan. Boleh mama minta waktu lima hari untuk mencari tahu dulu? Nanti kalau sudah ketemu mama akan kasih tahu”. Sedikit catatan, kalau sudah terjadi kesepakatan, orang tua jangan lari dari tanggung jawab dengan berharap anak akan lupa ya, jangan! It’s a big no, ini artinya malah ngajarin bohong. Setelah lima hari dan anak lupa, ingatkan saja dengan lembut. “Bro, masih inget enggak obrolan kita kemarin dulu itu…” gitu.
- Buat batasan. Nah, ini penting banget banget banget bangettttttt!!! Orang tua wajib menetapkan batasan yang jelas supaya tidak melebar kemana-mana. Bentar, masih bingung ya? Contohnya gini, untuk setiap diskusi tentang sex education ucapkan “Kakak, kalau ada pertanyaan lagi, tentang apapun juga, tanya langsung ke ayah atau bunda saja ya”. Dengan kalimat ini, diharapkan anak tidak akan bertanya (terutama tentang hal sensitif) kepada orang lain. Kalimat pengunci ini menjadi alat pencegah terjadinya kasus seperti anak SD di atas.
- Ungkapkan perasaan kita dan ucapkan terima kasih. Hal yang tidak kalah penting adalah terima kasih. Sujud syukur yang banyak kalau anak-anak masih menjadikan kita sebagai tempat bertanya yang pertama dan utama. Kita mesti curiga kalau anak kita kok kayak enggak ada rasa penasaran terhadap apapun. Kalimat seperti “Wah, mama sebenernya kaget abang tanya begitu, tapi terima kasih ya sudah mau bertanya ke mama.” telah sangat membantu terciptanya komunikasi positif antara kita dan anak loh. Jadi, jangan lupa untuk lakukan ini ya.
MANFAAT PEMBERIAN SEX EDUCATION SEJAK DINI
Huffthh, walau terkesan berat dan menakutkan, mengajarkan sex education sejak dini kepada anak menjadi hal yang wajib dilakukan orang tua loh. Kenapa harus sejak dini? Karena belajar tentang hal ini enggak gampang, butuh proses yang panjang mulai dari sejak anak lahir sampai tahap remaja akhir.
Kita perlu memahami kalau anak-anak sudah terbiasa mendapat bekal sex education yang tepat maka anak akan mengenal yang namanya rasa malu, lebih menghargai diri sendiri dan memiliki kepribadian yang sehat. Efek lanjutannya jelas, anak dapat melindungi diri dari bahaya perundungan seksual, perilaku seks bebas dan hal-hal lain yang selalu membuat kita berkata ‘Ya Allah amit-amit’ sambil elus-elus perut.
Baca juga : Kontrasepsi, Solusi Berhubungan Nyaman dan Aman
Btw, saya menuliskan ini sebagai pengingat bagi diri saya sendiri yang memiliki pengalaman dengan buruknya pemberian sex education pada anak. Komunikasi saya dengan anak jelek, ilmu saya cetek. Hal ini menjadikan saya orang tua yang tidak tahu bagaimana cara menyikapi perilaku anak.
Saya menyesal, menyesaaaaaaall sekali.
Untuk itulah, kalau teman-teman mengaku sayang sama anak, hayuklah mulai peduli dari sekarang. Jangan jadikan ketidaktahuan kita sebagai pembenaran untuk bersikap abai. Be a smart parent, a lovely parent. Bagaimanapun, kita tidak mau menyesal kan?
Pondok Aren, 26 Juni 2018
P.S Insya Allah tulisan selanjutnya akan membahas mengenai pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan anak seperti “Mama menikah itu apa?” dan lain sebagainya. Nantikan yaa!
36 Komentar. Leave new
Awalnya saya juga merasa risih bila membahas tentang hal ini ke anak-anak. Dulu ditanya bagaimana adik bisa lahir aja, saya bisa panik. Tetapi, lama-lama udah bisa lebih tenang.
Seperti kemarin, saya dan anak-anak baru aja membahas tentang pergaulan bebas. Apalagi anak-anak saya udah pada SMP. Ya waktu zaman saya, usia SMP mungkin masih level cinta monyet. Tetapi zaman sekarang belum tentu. Makanya saya ajak mereka untuk berdiskusi
Wah mbak, kebayang deh tantangannya punya anak udah SMP. Sebisa mungkin kita sebagai orang tua memposisikan diri sebagai sahabat ya, supaya mereka tidak lepas dari kita. Semangat mbak, saya harus banyak-banyak belajar dari sampeyan.
anak ku masih kecil kak, saat ini baru menginjak usia 20 bulan tapi terus terang, soal sex educaion ini sudah menjejali isi kepala saya terlebih karena ia adalah anak perempuan. Makasi banyak infonya mba, kalo ada kelas soal sex education boleh share ke aku juga kah kak? I need it for myself.
Wah, seumuran sama anakku yang udah 25 bulan. Aslinya banik anak lelaki maupun perempuan, keduanya butuh diberikan pendidikan sex yang baik. Aku paham banget rasanya punya anak perempuan mbak, beneran *peluk. Mbak cici, nanti kalau ada kelas lanjutan tentang sex education aku kontak yaaa
Pembahasan ini yang sampai sekarsng membuat aku ragu dan bimbang bagaimana menyampaikan dan mengajarkan anak dengan cara yang tepat. Tulisan ands bagus sekali. Thanks for sharing. Aku akan simpan dan akan aku praktekan jika tiba waktunya.
Iya mbak, pembahasan masalah ini jujur kerasa berat buat aku. Waktu itu bu Fithrie bilang untuk diskusi masalah ini, waktu yang dibutuhkan maksimal banget adalah lima belas menit saja. Alhamdulillah kalau tulisan ini bermanfaat
Hai mbak, tulisannya bagus. Sangat membantu. Jujur saya jg msh ada keseganan/kebingungan memilih kata penjelasan. Seperti soal kelahiran, so far saya blm menjelaskan bahwa partus itu bisa lwt vagina. Krn memang dua anak saya semuanya lewat sesar. Duuh mmg challenging banget yaah..
Hai mbak Lisdha, salam kenal yaaa. Mungkin bisa dijelaskan kalau melahirkan bisa dengan dua jalan, vagina atau perut. Bisa gunakan bahasa yang simpel dan mudah dimengerti. Tantangan yang berat banget ini mbak, tapi wajib dilakukan karena kondisi jaman sekarang yang udah ngeriiii
Bermanfaat sekali mbak sharingnya. Kebetulan saya juga punya anak laki2 usia dua tahun setengah yang terus bertambah usianya. Saya setuju Di zaman milenial seperti sekarang ini secara educational bukan hal tabu lagi. Tapi sudah menjadi pengetahuan wajib bagi orangtuanya untuk bisa membimbing anak anak kita
Hai mbak, alhamdulillah kalau tulisan ini bermanfaat. Usia dua setengah tahun biasanya akan mulai mengenali alat-alat kelamin mbak, semangat yaaa. Tantangan jadi orang tua jaman now memang luar biasah!
Sex education mmg penting banget. Zaman now ga bs disamakan dg zaman dulu. Cm mgkn yg jd PR adl cara komunikasi yg baik dg anak ttg ini. Krn anak ya begitu kepooo.. Haha. Kalau pas lg sibuk bs2 jawabnya ga pas. Jd mupeng pengen nulis hal serupa nih. Kebetulan anak sy jg sering bertanya ini itu n blm di dokumentasikan. 😀
Nah itu mbak, waktu-waktu untuk membahas sex education memang khusus menurut saya. kalau saya biasanya ngomong langsung untuk menunda pembahasan, ditunggu sampai benar-benar siap supaya jawabannya tidak belepotan, hahahaha. Hasyiikk, ayok mbak dituliiis
Anakku usia 5 dan 3 tahun, beda jenis kelamin, udah tahu istilah vagina dan penis. Vagina buat cewek dan penis buat cowok. Lalu kujelaskan itu hanya boleh dilihat sama bunda, ayah, dan dokter.
Kalau zaman skrng kyknya penting emang sex education sejak dini, klau zaman dulu dianggap tabu. Yg penting cara penyampaiannya aja, utk melindungi anak jg.
Bener Mba Ajeng sekarang jaman edan. Ngeriiiii. Sayangnya banyak orangtua yang masih blum tahu betapa ganasnya zaman saat ini. Semoga tulisan ini bisa membantu kita semua untuk mengedukasi diri kita sebagai ortu
Bunda dan ayahda tidak ada lagi kata tabu soal sex education. Jangan sampai anak kita jadi korban
Bacanya sambil ngangguk-ngangguk nih aku. Ak kayaknya belum siap nih mba klo mengalami kejadian-kejadian di atas. Sampai sekarang bibir aku rasanya masih berat sekali untuk mengucapkan kata vagina dan penis. Ak lebih memilih menggunakan kata burung dan pipi. Huaaaa
Maaf klo bisa jangan pakai kata tadi burung dan pipi. Krn pernah dapat cerita dari pengalaman seorang guru, ada anak yang saat berkenalan dengan guru baru nya yang kebetulan bernama sama “pipi” si anak jadi aneh, ga mau mendekat sama sekali ke guru baru nya. Ternyata setelsh didekati oleh guru lain, ditanya baik-baik si anak jawab “aku jijik…krn pipi itu kn tempat untuk keluarnya pipis” 😀
Dan sebenarnya masih banyak istilah lain yang akhirnya juga menyesatkan hehe.. misal burung…kata burung kan ada ada makna yang lebih nyata, jenis hewan yang bisa terbang. Jadi ga bs disamain dong.
Syerem juga ya kalau anak kita dapat sex education dari orang yang salah.
Saya pernah dapat pertanyaan yang terkadang bingung saya jawab. Dijawab saru eh apa ya pokonya merasa kok kayaknya belum waktunya dia tahu. Gak dijawab bikin penasaran si anak. Tapi saya biasanya jawab secara singkat dan padat. Maklum anak saya masih TK.
Colek ya mbak kalau artikel tentang pertanyaan – pertanyaaan yang sering diajukan anak sudah tayang.
Penting banget memang adanya kedekatan antara orangtua dan anak sebagai seorang teman. Biar kalau ada apa-apa cepet paham, dan si anak nggak perlu cari jawabannya di luar sana yang takutnya malah menjerumuskan yah
Soal penyampaian ttng sex harus benar2 disampaikan ya mbak apalagi kepada anak2 agar lebih paham. Kl dulu dianggap tabu banget buat disampaikan pada anak, padahal sangat penting dismpaikan ya mbak
Sex education memang penting banget buat anak-anak, untuk memberikan pemahaman yang benar tentang fungsi organ sex. Untungnya dulu aku dibekali ensiklopedia macam-macam sama orang tua, jadi belajar banyak tentang fungsi tubuh. Jaman sekarang media belajarnya udah banyak, apalagi di sekolah juga dapat sex education
Saya setuj banget nih mba. Apalagi sekarang zaman emang bener2 edan, jd harus memberikan ilmu ttg seks ke anak-anak kita.
iya mbak, minimal membuat mereka memahami bagian-bagian tubuh yang penting untuk dilindungi. Kita kan enggak bisa selalu berada di dekat mereka soalnya
Makasih mba, sharingnya 😀
Bekal saya juga yang masih jadi calon ibu untuk terus belajar
Intinya keep calm yah, mba.. Apa lagi sekarang apa-apa tinggal gugling, takut anak-anak nanti malah seringnya gugling dibanding nanya orang tuanya, hiiii sereeeem… Kadang ajah kita suka keywordnya apa yang keluar apa…
Sebagai orangtua kita harus pintar2 ya mbak dalam menjawab pertanyaan demi pertanyaan anak kita dan ajak mereka terbuka. Saya harus bnyak belajar nih mbak
Hahaha jadi inget waktu pertama kali mba Ajeng cerita soal ini di motor. Kaget juga. Tapi pelajaran juga buat aku nanti. Makasih sharenya 😉
Bismillah. Jazakillahu khairan bun sudah berbagi. Td sy nemu blog bunda di tautan postingan salah satu Member di KBM (apakah itu, bunda? 😉). Sangat membantu bun walaupun saya blm menikah tp rasanya informasi ttg sex education yg mnurut kebanyakan org tabu ini sangat2 perlu dimengerti setiap org. Supaya tdk ada lagi miscom antar org dewasa dg anak2 yg punya rasa ingin tahu yg begitu besar. Sekali lg jazakillahu khairan. InsyaAllah bermanfaat 🙏
Mba makasih banyak, share ini yg saya cari, pas banget cara menjelaskannya ke anak. Anak sekarang lebih kritis, alhamdulillah kaka masih bertanya ke bundanya, dan alhamdulillah terkadang lieur jawabnya haha. Sekarang saya bisa lebih pinter jawabnya kalo kaka bertanya hal lainnya. Oiya saya dapat link ini dari FB di KBM 😊
terima kasih banyak sudah berkenan mampir bunda, benar yang share di KBM adalah saya sendiri 🙂
Assalamualaikum mba…
Terima kasih banyak sudah berbagi melalui tulisan ini. Tulisannya sangat bermanfaat buat saya pribadi. Terlebih saya jga punya anak laki2 (skrg sdh 1,5 tahun). Info tetang sex education ini memang sangat penting bagi kita orang tua dan anak. Terlebih zaman sekarang yg mengharuskan kita untuk tetap waras menhadapi segalanya.
Barakallah mba.. 🙏😊
terima kasih banyak sudah berkenan mampir bunda 🙂
Asslamualaikum mba .. sebelum nya aku ucapkan terima kasih bgt buat mba karna sudah membuat tulisan yg sangat bermanfaat ini. Aku mau tanya mba..
Jadi, kaysa (anak pertama saya) tepat bbrp minggu sblm 5 tahun tiba2 ketika dia lihat aku ama suami pelukan, dia bilang ” ummah kenapa ya, kalo kaysa liat ummah ama ayah pelukan vagina kaysa geli ”
Itu gimana ya aku ngadepinnya.
Waktu lalu, aku yg kaget cuma bisa berucap ” masyaallah, kaysa udah besar ya. Hmm kenapa ya ? Nanti ummah cari tau dulu ya ”
Aku ampe detik ini merasa ini peer dan sikapku blm bener kayaknya.
Dan sampai sekarang, dia kalo melihat gambar pelukan, vagina nya masih geli. Sikapa apa yg harus aku ambil ya mba untuk anakku ?
Terima kasih mba
Halo mbak syifa! Terima kasih sudah berkenan mampi ya. Kalau anak melihat orang tua pelukan enggak masalah kok, jawab aja ” Ini kan tandanya ayah sayang sama bunda, karena ayah suami bunda/” begitu kurang lebihnya ya bunda 🙂
Assalamualaikum mba Ajeng,
Suka sekali sama tulisan mba dan baru pertama kali saya baca tentang sex education walaupun saat ini belum dikaruniai keturunan . Intinya persiapan dan belajar dulu sebelum nanti timbul pertanyaan dari anak setidaknya kita sudah punya bekal untuk menjawab hihi
Assalamualaikum mba..
Sore tadi, saya dapet pertanyaan dari sulung saya, laki2 usia hampir 7tahun.
Mama, kenapa perempuan ga punya “lolok”
Karna saya bingung menjelaskan pake bahasa dia, jadilah saya alihkan. Kakak mandi dulu, mama beberes dulu, baru nanti kita ngobrol ya.. syukurnya dia lupa, tapi saya takut besok2 dia ingat.. kira2 gimana saya jelaskan ke dia, dengan bahasa yg mudah dia mengerti.. makasih mba
[…] pendidikan seksual itu juga penting ya boeboooo. Seneng banget eui masalah ini disebut sama Teh Patra karena banyak […]
[…] Baca Juga : Memahami Sex Education Part 1 […]
[…] Baca Juga : Memahami Sex Education Part 1 […]