Ada satu cerita menyusui yang hingga saat ini enggak bisa aku lupa yaitu ceritaku menaikkan berat badan bayi usia sebulan-dua bulan dengan ASI. Sebuah bukti perjuangan untuk bahwa aku bisa menyusui dengan keras kepala meskipun rasanya ambyar puol.
Supaya temen-temen, khususnya para ibu yang sedang struggling menyusui enggak putus asa dan tetap semangat meng-ASI-hi, berikut aku paparkan kronologinya ya.
Bermula Dari Angka Birilubin Tinggi Hingga 22,9
Cerita tentang proses kelahiran Aylan sempat aku tulis di blog. Coba cek pengalaman melahirkan tanpa jahitan (cukup klik aja tulisan yang berwarna). Aku masih menginap semalam sehari setelah melahirkan, baru besokannya pulang ke rumah.
Aku mendapat sambutan yang luar biasa dari kakak-kakaknya Aylan, ketika sampai di rumah. Meskipun sudah jadi kakak, mereka itu masih kicik-kicik loh. Si Abang usia saat itu 5 tahun dan Si Teteh 7 bulan. Mereka ngerubungi adek bayi dan mamanya, maklum karena akupun rindu banget sama mereka. Malam kepulangan itu jadi spesial karena merupakan malam pertama kami tidur berlima.
Masalah mulai muncul ketika di hari berikutnya, badan Aylan menguning. Kebetulan jaman Si Abang bayi sempet kuning meskipun enggak yang kuning banget. Cuma, instingku sebagai seorang ibu tiba-tiba saja menyala karena warna kuningnya menjalar hingga ke kuku.
Aku sampaikanlah masalah ini ke suami dan kami sepakat untuk pergi ke dokter besok harinya. Sambil menunggu waktu berangkat, aku tetap berusaha menyusui dan menjemur Aylan.
Long short story, kami berangkat ke dokter. Sebelum diperiksa, Aylan diambil darah untuk pengecekan bilirubin. Oh iya, setelah lahir Aylan juga diperiksa golongan darahnya, jadi golongan darah dia adalah B, sama dengan Cucup karena golongan darahku sendiri O.
Baca Juga : Saat Gendang Telinga Aylan Pecah
Begitu hasilnya keluar, kami masuk ke ruang dokter. Setelah menyambut ramah, bu dokter membuka kertas yang berisi hasil tes milik Aylan. Tiba-tiba saja beliau panik dan langsung menyerahkan kertas itu kembali ke aku.
“Ibu ini anaknya harus langsung di sinar ya.” kata beliau.
Aku yang masih pah poh kebingungan cuma bisa memasang wajah bertanya-tanya.
“Ibu ini bilirubin anaknya tinggi banget, sampai 22,9. Untung saja sudah dibawa kesini, jadi langsung dirawat kasih sinar biru dulu ya.” kemudian tanpa ba bi bu, bu dokter memanggil perawat dan meminta untuk langsung menyiapkan ruang rawat untuk penyinaran.
Aku panik dong. Enggak menduga kalau ternyata hasilnya mengkhawatirkan banget. Suami telepon ke mama dan papaku yang jagain anak-anak lain di rumah karena mendadak kami harus menginap lagi. Jujur aku sempat bingung kok aku juga harus ikutan menginap karena biasanya prosedur di RS itu hanya bayinya saja yang dirawat sedangkan ibunya pulang ke rumah tapi harus setor ASIP.
Aylan yang berusia 4 hari akhirnya ditidurkan di box khusus dengan hanya memakai popok dan mata ditutup sambil dikasih sinar warna biru lewat lampu. Dia nangis luar biasa, meronta-ronta kesana-kesini nyariin mamanya. Aku yang lihat cuma bisa sesenggukan juga.
Penyinaran ini dilakukan selama 3 hari penuh sampai hasil tes menunjukkan bahwa angka bilirubinnya cenderung turun, meski masih agak tinggi. Kami dibolehkan pulang ketika bilirubin dia ada di angka 16-an. Memang belum yang normal banget, tapi aku udah stress dan capek luar biasa.
Aku ngobrol-ngobrol sama dokter dan beliau cerita kalau salah satu penyebab bilirubin Aylan bisa setinggi itu adalah perbedaan golongan darah kami. Aku O dan dia itu B sehingga ya tentu saja prosesnya tidak selancar ibu dan anak yang memiliki golongan darah sama. Aku sedih sih, soalnya masalah golongan darah ini kan di luar kuasaku, hahaha.
Anyway, kami akhirnya kembali pulang ke rumah, berkumpul berlima lagi. Rieweuh banget memang karena kakak-kakak Aylan tingkahnya macem-macem banget saking pengen diperhatikan sama mama yang udah lama enggak di rumah. Tapi aku justru senang, stress yang dirasakan hilang karena bisa bersama mereka.
Kenaikan Berat Badan Bayi Tipis
Aku pikir, bilirubin tinggi udah cukup menjadi masalah yang harus dihadapi pasca Aylan lahir. Ternyata aku salaah, huhuhu. Masih ada masalah lain yang muncul dan bikin mumet dan itu adalah : berat badan bayi irit naik.
Ya Allah *nangis di pojokan*
Ceritanya setiap bulan aku kan kontrol ke dokter ya, untuk vaksin, cek BB, dan cek kondisi pasca penyinaran. Waktu ditimbang, kenaikan berat badan Aylan ternyata kecil banget, bahkan 500 gram pun enggak ada. Aku udah aware juga masalah ini karena meski bayi ASI, tapi Aylan tuh kecil, enggak montok.
Awalnya aku ya denial, menganggap kalau kecilnya Aylan itu cuma perasaan sesaat. Tapi ketika fakta menunjukkan bahwa BBnya naik tipis, aku udah enggak bisa mengelak lagi. EMANG BB-NYA ENGGAK NAIK.
Huhuhuhu.
Temen-temen pasti tahulah perasaan para ibu dalam kondisi ini. Kalut, khawatir, sedih, kecewa sama diri sendiri, takut, pokoknya overthinking banget. Waktu masuk ke ruang periksa aku juga deg-degan. Takut banget bakal digimana-gimanain.
Tapii, alhamdulillah itu enggak terjadi.
Bu dokternya juga notice kalau BB Aylan enggak naik. Beliau menenangkan dan menguatkan bahwa ini adalah masalah yang masih bisa diperbaiki. Jadi, kami duduk bertiga (aku, suami, bu dokter). Menggunakan pulpen dan kertas, beliau menjelaskan masalah yang harus kami perhatikan banget, yaitu kenaikan berat badan yang tidak mencapai target minimal.
Bu dokter bertanya apakah aku menyusui atau tidak, aku jawab iya. Bu dokter bertanya lagi, apakah aku masih ingin berjuang untuk tetap bisa menyusui Aylan atau tidak, terus aku jawab iya. Akhirnya beliau membuat coretan-coretan di kertas dan menunjukkannya pada kami.
“Jadi, untuk bisa naik 1kg, Aylan membutuhkan kalori sebesar xxxx setiap harinya. Angka xxxx setara dengan yyyy ml ASI. Ini kita bagi lagi, misal dalam sehari dia menyusui sebanyak 8kali, berarti untuk sekali menyusu dia harus menghabiskan setidaknya yyy ml ASI. Sampai sini paham kan ya?” tanya beliau yang kami jawab dengan anggukan.
“Nah, kalau dari menyusui langsung, saya khawatir jumlah yang dikonsumsi Aylan itu enggak ketahuan ada berapa banyak. Jadi, kalau bisa untuk satu bulan ini, demi mengejar berat badan yang sesuai, sebaiknya Aylan disusui dengan ASIP. Supaya asupannya terukur dengan jelas. Nanti Mama bisa membuat catatan tentang berapa jumlah ASIP yang diminum Aylan setiap harinya.” tegas beliau.
Aku paham yang dimaksud dengan bu dokter tapi ya agak ragu-ragu. Aku takut banget kalau Aylan terbiasa minum ASIP dari botol, dia akan mengalami bingung puting. Padahal aku ada di rumah dan bisa menyusui dia secara langsung.
“Tentu saja masih boleh menyusui langsung. Tapi sebaiknya Mama tetap mengusahakan agar Aylan mendapatkan yyy ml dulu, baru setelahnya disusui langsung bila belum kenyang.” ujar bu dokter saat menjawab kekhawatiranku.
Sore itu aku pulang dengan suntikan semangat perjuangan. Aku sudah gagal menyusui hingga dua tahun untuk anak keduaku karena kesundulan dan aku enggak mau melewatkan kesempatan sukses menyusui Aylan.
Sejak itu, aku mulai mengatur waktu kapan harus menyusui langsung, menyusui pakai ASIP, dan memerah ASI menggunakan pompa asi dapat banyak. Ini sesuatu yang sangat enggak mudah, tapi alhamdulillah tetap bisa jalan. Setiap habis menyusui atau memerah, aku pasti langsung minum yang agak banyak. Supaya enggak lemas dan tetap deras, aku juga makan sayur, makanan-makanan enak plus menjaga pikiran positif.
Baca Juga : 5 Manfaat Kurma Untuk Ibu Hamil & Menyusui
Jujur, stok ASIP aku itu ngepas banget, apa yang kuperah hari ini akan diminumkan buat besoknya. Beneran, baru kali itu aku harus kejar-kejaran menyediakan ASI. Untungnya aku juga sudah menemukan ART yang bisa membantuku untuk mencuci dan mensterilkan segala perintilan menyusui sehingga aku cukup fokus pada tugas ngurusin anak-anak dan memastikan ASIP selalu ada.
Aylan sendiri kadang ogah-ogahan minum dari botol. Sesekali harus dipancing dulu dengan DBF (Direct Breast Feeding) lalu diganti botol pelan-pelan. Bahagiaa banget rasanya kalau setiap ASIP yang ada di botol tuh diminum habis.
Aku inget betapa disiplinnya diriku pada momen itu. Tengah malem, ngantuknya kayak apa aku tetap bangun, menyusui Aylan sambil memerah ASIP. Kadang Cucup ikutan bangun, kadang cuma ikut ambilin air minum terus balik tidur lagi. Setiap kali payudaraku terasa keras, langsung ambil alat pompa terus diperah.
Seminggu dua minggu aku melihat kondisi Aylan mulai berubah, kulitnya yang dulu keriput sekarang tampak berisi. Pipinya tambah gembul, badannya tambah sekal. Aku senang banget dan jadi makin semangat untuk menyusui atau memerah ASIP.
Sampai akhirnya waktu untuk kontrol lagi di bulan berikutnya telah datang. Aku harap-harap cemas waktu Aylan diambil oleh perawat dan hendak ditidurkan di atas timbangan. Saat angkanya keluar, aku hampir menjerit karena kenaikannya hampir 800 gram. Memang belum yang 1kg banget, tapi 800 gram adalah angka yang cukup signifikan.
Bu dokternya Aylan pun tak lupa memberiku apresiasi. Beliau mempersilahkan aku untuk melanjutkan metode menyusui menggunakan ASIP yang ukurannya terukur hingga 2 minggu ke depan, dan bila BB-nya kembali naik, aku boleh kembali menyusui langsung sepenuhnya.
Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah.
Rekomendasi Pompa ASI : Gabag Kolibri Minimax
Salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilanku menaikkan BB anak dengan ASIP tentu saja pompa ASI. Nah, buat ibu-ibu yang bingung kira-kira harus memilih pompa asi yang mana, cobain deh pompa asi gabag Kolibri Minimax.
Pompa asi yang satu ini punya banyak kelebihan yang membuat new moms alias emak-emak newbie merasa nyaman. Sebagai pompa asi handsfree terbaik, kita jadi lebih leluasa untuk memerah ASI, kapan saja, di mana saja (eh, di tempat tertutup ding). Aku sendiri tipikal orang yang enggak suka ribet dan pompa asi ini bener-bener simpel, bentuknya menyerupai payudara dan mesinnya berukuran minimalis.
Favoritku adalah bobotnya yang super ringan, cuma 126 gram tok. Terus karena bentuknya yang ergonomis, ketika mau merah ASI kita enggak perlu buka baju. Cukup longgarin kerah sedikit, terus selipin aja ke dalam bra. Selesai!
Oh iya, meski cuma berukuran segenggaman tangan, Kolibri Minimax Breastpump ini bisa menampung hingga 180 ml ASIP yang which is banyak banget. Pompa asi gabag ini otomatis ya, kita bisa mengatur kekuatan memompanya hingga level 9 (paling maksimal). Hisapannya juga mantep tanpa menimbulkan rasa sakit karena bahannya menggunakan silikon, jadi enggak perlu takut lecet yak.
So, kebayang kan ya kalau pakai pompa asi handsfree kayak gini, berarti kita cukup selipkan dalam bra, setel kekuatannya lalu biarkan bekerja. Sambil menunggu ASI terkumpul, bisa banget melakukan aktivitas lain seperti beberes, kerja, atau main sama anak.
Alasan lain kenapa harus memilih Pompa ASI Gabag Kolibri Minimax adalah, suaranya yang relatif senyap. Salut sih sama Gabag yang enggak berhenti berinovasi, dengan frekuensi suara lebih rendah, hingga dibawah 55Db sehingga ibu-ibu enggak perlu worries bakal bangunin anak-anak waktu butuh memompa di malam hari.
Bentar, aku jabarin deh spesifikasi lengkap dari pompa asi kesayangan emak-emak yang anti ribet ini:
Di dalam box, ibu-ibu akan menemukan :
– 1 Pcs Mesin Kolibri MiniMax
– 1 Pelindung silicon
– 1 Badan Penghubung
– 1 pcs Valve
– 1 Diafragma
– 1 Wadah ASI
– 1 Adaptor
– 1 USB Line TYPE C
– 1 pcs extension/pengait bra (dipakai khusus menggunakan bra menyusui)
Fitur :
– Terdapat LED screen untuk memudahkan mengecek durasi pompa
– 9 level mode expression
– 9 level mode Unique suction
– Terdapat fitur auto memory untuk menyimpan setting terakhir pakai
– Touch button operation
Apa sih Expression tuh? Ini adalah mode yang menjaga ASI tetap mengalir. Sedangkan untuk mode Unique Suction penjelasan mudahnya adalah gerakan yang menyerupai kombinasi pijat dan irama hisapan alami bayi untuk memicu refleks ke bawah dan membuat ASI tetap mengalir
Oh iya, karena Pompa ASI PROCUP SET MINIMAX ini enggak nyolok kabel, jadi pastikan untuk selalu mengisi dayanya lebih dulu ya. Kapasitas baterainya cukup besar yaitu1200MAh. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan isi daya sampai penuh sekitar 120-180 menit. Nah, dengan baterai yang full kita bisa menggunakannya kurang lebih selama 90menit. Lumayan bingit kan?
Selamat Berjuang Menaikkan Berat Badan Bayi !
Nah, itu dia cerita perjuanganku menaikkan berat badan bayi. Buat temen-temen lain yang berada dalam fase ruwet karena BB bayi kok enggak naik-naik, mungkin bisa pakai cara aku, tapi sambil konsultasi ke dokter spesialis anak dulu yah!
Jangan lupa untuk memilih Breastpump Gabag Kolibri Minimax yang bakal jadi sahabat mengASI-hi. Ingat, kalau aku aja bisa melaluinya, teman-teman juga pasti bisa. Bismillah, fighting!
Notes : Untuk teman-teman yang ingin tahu lebih banyak tentang pompa ASI dari Gabag silahkan klik https://www.gabag-indonesia.com/
1 Komentar. Leave new
Terima kasih atas sharing nya ttg keadaan dedek Aylan. Memang kita harus berusaha keras menghadapi bayi baru lahir, ada aja kekhawatirannya. Kebetulan anan pertama ku juga kena kuning, bilirubinnya tinggi juga.
Semoga kak ajeng dan